Gian ikut menghadiri acara pemakaman Bu Salamah. Ia tampak begitu terpukul karena kepergian orang yang telah merawatnya sedari kecil.
"Bu, kenapa Ibu pergi begitu cepat? Padahal aku baru saja mau memberikan kabar gembira pada Ibu. Lihatlah! Aku membawa calon istriku bersamaku, Bu," Lirih Gian di makam Bu Salamah. Cheryl yang melihat Gian mengusap pelan punggung lelaki itu untuk menenangkannya.
"Relakan kepergian Bu Salamah, Sayang. Ibu pasti sudah bahagia di sana," bisik Keyzia pelan padanya. Gian hanya mengangguk, matanya tampak berkaca-kaca.
Setelah menyelesaikan pemakaman Bu Salamah, Gian kembali ke Jakarta bersama Keyzia.
"Gian, Lo udah kembali? Bagaimana kabar Bu Salamah?" cecar Aariz yang baru saja sampai di perusahaan.
"Ibu sudah tiada. Beliau mengalami sakit jantung dan sudah di rawat berhari-hari di rumah sakit, tapi aku sama sekali tidak tahu kabar Ibu," sesal Gian yang masih larut dalam kesedihannya.
"Aku ikut berduka, Gian. Maaf aku baru tahu kabar ini darimu," sesal Aariz.
"Ga apa-apa, Riz. Gue juga baru tahu semua ini tadi. Hanya saja yang membuatku masih kepikiran saat ini, di mana anak-anak panti saat ini?"
"Memangnya, panti asuhan milik Bu Salamah tidak di tempat yang sama?"
"Gue dengar dari pedagang yang tinggal di dekat sana, tanah untuk panti asuhan itu telah dijual dan anak-anak tidak diketahui keberadaannya."
"Bagaimana bisa begitu? Kalau memang tanah itu telah di jual, si pembeli harus memberikan kompensasi untuk tempat tinggal anak-anak," tukas Aaris.
"Aneh, memang. Seperti ada sesuatu yang tidak beres!" Gian membenarkan ucapan Aariz.
"Bagaimana kalau kita selidiki?" usul Aariz padanya.
"Hmm, gue setuju Riz."
"By the way, gimana rencana pernikahan Lo dan Keyzia?" Aariz mengingatkan Gian.
"Rencananya dalam waktu dekat ini. Kasihan Keyzka kalau terlalu lama menunggu, diakan lagi hamil. Gue juga ga mau nanti kondisinya malah bikin Cheryl jadi ghibahan."
"Hmm, bagus itu. Gue semoga dilancarkan semuanya sampai hari H," pungkas Aariz sambil menepuk pelan pundak sahabatnya.
****
Selesai bicara dengan Aariz, Gian meminta orang suruhannya untuk menyelidiki tentang tanah Panti Asuhan yang dijual.
"Alex, coba selidiki bagaimana tanah panti asuhan bisa sampai beralih tangan kepada orang asing dan jangan lupa selidiki juga kematian Bu Salamah. Aku curiga ada sesuatu yang tidak beres,"
"Baik, Bos. Akan saya selidiki secepatnya,"
Setelah selesai bicara dengan Alex, Gian menemui Cheryl untuk membeli baju pengantin.
"Sayang, kamu sudah siap?" tanya Gian yang baru saja sampai di depan rumah Keyzia.
Saat akan ke rumah Keyzia, dia telah meminta Keyzia untuk bersiap-siap pergi bersamanya tapi Gian tidak mengatakan akan membawanya kemana. Gian ingin memberikan kejutan untuk calon istrinya.
"Kamu mau mengajakku ke mana? Bukankah hari ini hari pertama kamu kembali bekerja?" tanya Cheryl keheranan.
"Sudah, ikut saja. Inikan jam istirahat sayangku. Aku ingin menikmati waktu bersamamu. Kamu pasti bakalan suka," ajak Gian sambil tersenyum. Entah mengapa hari ini Keyzia tampak begitu cantik dimatanya. Lelaki itu langsung menggenggam tangan Keyzia dan mengajaknya ke mobil.
Setelah beberapa waktu berlalu, mereka sampai di sebuah butique.
"Sayang, ayo cepat turun," ujar Gian padanya. keyzia merasa kaget karena Gian mengajaknya ke sebuah butique.
"Kamu mengajakku ke butique?"
"Iya, Sayang. Kita akan memilih baju pengantin untuk pernikahan kita," ucap Gian sambil tersenyum. Keyzia tersipu oleh sikap manis Gian tanpa ia sadari, ia memeluk Gian. Lelaki itu tersenyum sembari mengusap kepala Keyzia.
Dibutiqe tempat mereka akan fitting gaun pengantin. Disana ada beberapa gaun yang telah dipilihkan oleh karyawan butique.
"Silahkan bu dicoba dulu bajunya,"
Keyzia mencoba beberapa baju yang telah diberikan karyawan itu padanya, tapi tidak satupun yang disukai Kenan.
"Sayang, ini bagaimana?" Keyzia memperlihatkan gaun yang dikenakannya pad Gian. Gian mematut gaun itu dengan saksama.
"Ganti Sayang, ini terlalu biasa," Keyzia meminta karyawan butique untuk mencarikan gaun sesuai permintaan Gian, tapi sudah beberapa kali ia mencoba tetap saja Gian belum menyukai baju yang dikenakannya.
"Sayang, ini sudah gaun ke lima yang aku coba, jangan bilang tidak suka lagi," Cheryl merasa kesal dengan sikap Gian.
"Tapi aku tetap tidak suka, pilih gaun yang limited Edition," ucapnya tanpa rasa bersalah.
"Hah?!" kesal Keyzia padanya.
"Ini gaun yang termahal dan limited edition yang butique kami punya pak," tukas karyawan butique itu pada Gian.
Gian memperhatikan gaun itu dengan teliti. Setelah merasa pas ia pun meminta Keyzia untuk mengenakan gaun itu. Keyzia menuruti permintaan Gian dan mencoba gaun ke lima yang ditunjukkan karyawan boutique padanya.
Hari ini Gian benar-benar ribet, tidak biasanya ia bersikap seperti itu. Keyzia sedikit merasa kesal padanya tapi tetap mencoba untuk memahami keinginan calon suaminya itu.
"Hm, coba kamu berdiri sini," pinta Gian pada Keyzia ketika wanita itu telah mengenakan baju yang selanjutnya.
Keyzia berdiri dihadapannya. Terlihat gaun itu benar-benar cantik dan pas ditubuh mungil Keyzia.
"Ini, bagian dadanya apa ga bisa tidak terlalu terekspouse? Sama bagian punggungnya jangan keliatan seperti ini!" protes lelaki itu yang melihat gaun Keyzia yang menampakkan bagian dada dan sebagian punggungnya.
"Sayang, dimana-mana gaun pengantin emang seperti ini. Kalau kamu mau yang tertutup kenapa kamu suruh aku pakai gaun? Kenapa ga pake baju syar'i aja?" Keyzia merasa kesal dengan kelakuan absurd calon suaminya itu.
"Ya, maksud aku yang lebih tertutup biar sopan gitu," kilahnya pada Keyzia.
"Ah sudahlah kalau masih ga suka ya udah kita ga usah beli gaun pengantin aja," rajuk Keyzia yang merasa lelah karena dari tadi hanya membuang waktu untuk memilih satu gaun saja.
"Jangan ngambek gitu sayang. Aku cuma ga mau kalau kamu pake gaun itu nanti malah jadi pusat perhatian," Gian beralasan.
"Kalau tidak diperhatikan buat apa dipake?" kesal Keyzia lagi.
"Maksudķu, aku tidak suka jika lelaki yang menatapmu akan terfokus pada tubuhmu. Aku tidak suka itu. Karena dirimu hanya untukku,"frustasi Kenan yang terpesona pada kecantikan calon istrinya itu.
"Ini yang terakhir!" ucap Keyzia menunjukkan gaun terakhir pilihannya dan betapa terkejutnya Gian saat menatap keindahan yang terpampang nyata di depan matanya. Gian tidak menyela ataupun memprotes lagi. Dia hanya terpukau menatap kecantikan Kwyzia.
"Sayang, kenapa diam saja? Aku lelah," keluh Keyzia sambil mencebikkan bibirnya.
"Sempurna! Aku suka gaun itu Sayang. Mbak tolong di bungkus ya. Sekalian baju untuk saya juga," ucap Gian sambil tersenyum. Cheryl merasa lega. Akhirnya Gian mau membeli gaun itu tanpa memprotes lagi.
"Aaahh syukurlah," ucap Keyzia sambil mengusap pelan dadanya.
"Maaf Sayang, aku tidak bermaksud rempong padamu. Tadi itu sebenarnya aku sedang menunggu kurir yang mengantarkan ini, jadi aku cari alasan supaya kamu ga berasa di sini," jelas Gian padanya.
"Apa? Kamu ngerjain aku!"
"Bukan begitu Sayang, aku mau memberikan kejutan untukmu. Ini cobalah!" ucap Gian sambil menunjukkan sebuah kotak kecil.
Keyzia membuka kotak itu dengan hati yang sedikit kesal dan betapa terkejutnya dia saat melihat sepasang cincin di sana.
"I–ini untukku?" Gian mengangguk kemudian mengambil kotak kecil itu kemudian memasangkan cincin itu ke jari manis Keyzia. Wanita itu tersenyum merekah. Ia benar-benar merasa sangat bahagia atas perlakuan Gian padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Istri Pengganti (Tamat)
Romansa"Berjanjilah kau akan menikah dengan Aariz dan menjadi ibu dari putraku Ezhar, setelah aku tiada. aku sudah tidak sanggup lagi menahan rasa sakit ini," pinta Zuraya saat ia baru saja melahirkan putra satu-satunya. Zuraya mengalami plasenta previa, a...