BAB 11

199 2 0
                                    

Satu bulan berlalu pernikahan Aariz dan Nadia tampak bahagia. Aariz juga menunjukkan kesungguhannya untuk mengarungi bahtera rumah tangga bersama Nadia. Sampai suatu ketika Tuhan menguji cinta mereka.

Perusahaan yang dipimpin oleh Aariz sedang membutuhkan banyak bantuan karyawan. Semenjak Zuraya tiada Aariz memutuskan untuk tidak mencari sekretaris pengganti, karena selama ini yang menjadi sekretaris pribadinya adalah Zuraya dan Zurayalah yang menghandle semua pekerjaan Aariz. Namun, sekarang Aariz membutuhkan bantuan sekretaris karena proyeknya semakin besar dan maju.

Aariz memutuskan untuk mempekerjakan sekretaris kembali.

"Gian, Lo udah dapetin sekretaris yang cocok buat gue ga? kayaknya gue mesti ada sekretaris dech sekarang.

"Kayaknya ada Riz, tapi cewek. Apa Lo mau punya sekretaris cewek?" Gery sedikit ragu pada pilihannya.

"Emang ga ada yang cowok?" Aariz mencoba bernegosiasi.

"Ga ada Riz, tapi gue yakin orang ini bakal berkompeten jadi sekretaris Lo. Coba lihat aja profilenya dulu," pungkas Gian menyerahkan file lamaran yang ada ditangannya.

Aariz membaca isi file tersebut dengan saksama dan benar saja kriteria yang ia lihat cocok, tapi ada satu hal yang membuat Aariz sedikit merasa penasaran. Foto wanita yang ada di file itu mengingatkannya pada seorang sahabatnya.

"Gian, kayaknya gue kenal dech sama ni cewe," ucap Aariz pada Giant.

"Emangnya Lo pernah kenal dimana?" selidik Giant pada sahabatnya itu.

"Kayaknya dia teman kuliah gue dulu tapi gue ga yakin sich. Coba Lo suruh dia nemuin gue," pinta Aariz pada sahabatnya. Gian langsung memanggil wanita yang dimaksudkan oleh Aariz.

"Nona Kezia Evelline silahkan masuk, anda di panggil untuk wawancara," ujar Gian pada wanita itu dan ia segera mengikuti perkataan Gian.

***

Kezia masuk ke ruangan Aariz dan betapa terkejutnya Aariz saat mengetahui calon sekretarisnya itu adalah orang yang sangat dikenalnya.

"Kezia, jadi benar orang itu kamu?" Aariz merasa tidak percaya. Orang yang telah lama ingin ia lupakan kini dipertemukan kembali dengannya.

"Aariz, kamu pemilik perusahaan ini?" wanita yang bernama Kezia itu tak kalah terkejutnya dengan Aariz.

Ada sedikit rasa canggung yang kini dirasa oleh keduanya, mengingat apa yang pernah mereka lewati dulu.

Masih jelas teringat oleh Aariz, sebelum ia menikah dengan Zuraya, ia pernah menjalin hubungan dengan Kezia, lebih tepatnya saat mereka sama-sama kuliah di Inggris, tapi mereka berpisah tanpa Aris tahu alasan jelas dari Keiza meninggalkannya. Rasa itu masih terasa lagi tapi Aariz harus menutup semua kenangan bersama Kezia karena kini ia telah menikahi wanita shalehah yang teramat baik yaitu Nadia.

"Aku ga nyangka Riz kita ketemu di sini, kamu masih seperti yang dulu," ucap Kezia dengan tatapan memuja pada Aariz.

"Ahm, sebaiknya kita lupakan tentang masa lalu kita fokus sama pekerjaan saja," pungkas Aariz mengalihkan perhatiannya dari Kezia.

Ia tidak ingin mengulang kembali masa lalu bersama Kezia.

Kezia hanya menatap lekat pada Aariz seakan masih menyimpan harapan padanya.

Aariz masih menyibukkan diri dengan berkas lamaran Kezia, dia sengaja tidak memperhatikan Kezia.

"Oh ya, maaf tentang waktu itu," ucap Kezia ingin kembali mengingatkan Aariz tentang hubungan mereka.

"Aku sudah bilang tidak perlu membahas masa lalu. Sekarang kamu fokus dengan pekerjaan barumu saja. Aku menerima kamu sebagai sekretaris ku," ujar Aris kembali padanya. Wanita itu hanya mengangguk tapi tetap saja ia mencuri-curi pandang pada Aariz.

Mengapa dia berubah seperti ini? bukankah dia dulu sangat tergila-gila padaku? lihat saja Aariz aku akan disini bersamamu. Apa kau akan kuat menghadapiku dengan sikap dinginmu itu? ucap Kezia dalam hatinya. Ia benar-benar terpancing untuk menggoda Aariz.

"Oh ya Riz, kamu sudah menikah?" pancing Kezia menyelidiki tentang Aariz
"Sudah, baru satu bulan," ucapnya datar.
"Oh kalau begitu selamat ya. Kapan-kapan ajak aku ketemu istri kamu dong aku penasaran sama istri kamu," Kezia mendekat untuk memancing Aariz.

"Ya, nanti kalau sudah waktunya aku akan kenalkan kamu sama istriku," ucap Aariz tanpa mau menatap Kezia.

Sebenarnya Aariz jengah dengan Kezia yang terlalu agresif mendekatinya. Aariz tidak ingin terpancing untuk jatuh dalam pelukan Kezia.

Sementara itu dari luar, Gian merasakan ada sesuatu yang tidak beres antara kedua orang di dalam sana. Gian penasaran siapa perempuan yang berpenampilan sedikit terbuka itu?

"Riz, ini tadi ada berkas yang perlu di tandatangani, tolong Lo periksa dulu," tiba-tiba Gian menyelonong masuk kedalam ruangan Aariz. Dia begitu penasaran dengan wanita yang berada diruangan Aariz ini.

Gian sangat mengenal sahabatnya itu, ia tidak akan sembarangan dekat dengan wanita, apalagi yang penampilannya seperti Kezia. Gian memperhatikan wanita itu dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Cantik sich, tapi kalau sekretaris kayak begini bagaimana Aariz bisa menahan dirinya? pikir Gian dalam hatinya.

Kezia yang ditatap oleh Gian secara intens merasa risih. Ia menunjukkan sikap tidak senangnya pada Gian. Lelaki itu tidak hanya merusak rencananya untuk menggoda Aariz tapi juga membuatnya tidak nyaman dengan tatapan intens itu.

Sedangkan Aariz, dia hanya memeriksa berkas yang diberikan Gian padanya, Aariz sempat mengernyitkan dahinya melihat isi berkas itu yang sebenarnya tidak ada isi sama sekali tentang pekerjaan disana. Hanya sebuah tulisan kecil, yang isinya seperti ini:
sorry gue ga bermaksud memata-matai Lo tapi gue ngerasa curiga sama perempuan yang bernama Kezia itu. Lo pura-pura aja memeriksa berkas biar gue buat Kezia ingin pergi dari ruangan Lo.

Aariz hanya tersenyum kecil membaca surat kecil dari sahabatnya itu, sepertinya Gian mulai protektif padanya.

Ada untungnya juga kalau Gian bersikap seperti itu, setidaknya Aariz bisa terhindar dari godaan Kezia.

Kezia sendiri mulai risih dengan tatapan Gian yang seakan ingin memangsanya, Kezia bergegas keluar dari ruangan itu dengan wajah kesal.

Dasar cowo sialan! Lo sengaja lama-lama disini supaya gue ga bisa deketin Aariz. Gue ga akan nyerah buat dapatin hati Aariz lagi. Lihat saja Aariz bakal kembali sama gue, gerutunya dalam hati. Kemudian Kezia melangkah keluar ruangan Aariz dan menuju ke ruangannya.

Setelah kepergian Kezia, Aariz dan Gian tertawa puas dengan kekesalan Kezia.

"Bisa banget Lo bikin anak orang jadi cemberut gitu, Lo lihat gimana mukanya Kezia berubah memerah menahan marah," Aris sampai memegang perutnya karena terpingkal membayangkan wajah pias Kezia.

"Jadi Lo kenal dia sejauh apa?" Gian mulai penasaran dengan sahabatnya.

"Ya dulu memang gue pernah punya hubungan sama dia, tapi dia sendiri yang ninggalin gue, dia lebih memilih untuk pergi sama cowo bule yang jauh lebih tajir dari pada gue. Lo tau sendiri waktu kuliah dulu gue belum punya apa-apa. Gue masih seorang mahasiswa yang belum punya skil apapun. Gue cuma bisa ngabisin uang orang tua gue, tapi sekarang gue udah jauh berbeda dari yang dulu," jelas Aariz, dan Gian hanya mengangguk paham.



Menjadi Istri Pengganti (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang