BAB 25

189 3 0
                                    

Setelah pertemuan dengan Fany, akhirnya Nadia menginap di rumah Fany malam itu.

"Nad, sebaiknya Lo istirahat aja dulu, Lo pasti cape dari tadi sibuk dengan urusan syukuran," ujar Fany pada sahabatnya sambil melihat ke arah sahabatnya dan kandungan Nadia.

"Iya Fan, aku akan istirahat. Terimakasih sudah memberikan tempat tinggal untukku dan calon bayik," ucap Nadia pelan.

Entah mengapa hati Nadia tidak bisa tenang malam itu. Berkali-kali ia menutup matanya mencoba untuk tidur tapi tetap saja bayangan wajah si kecil Erhan selalu berada di pelupuk matanya. Senyuman, tangisan dan tawa byk mungil itu membuat Nadia merindukannya setengah mati, tapi ia tidak bisa melihat bayi itu saat ini, bahkan ponselnya saja tertinggal di rumah.

"Nad, Lo belum tidur?" Fany yang baru saja hendak tidur melihat keadaan Nadia, ia ingin memastikan bahwa sahabatnya itu baik-baik saja.

"Belum Fan, aku tidak bisa tidur. Pikiranku ke Erhan terus, apa dia sudah makan atau belum ya? apa tidurnya nyenyak atau tidak?" lirih Nadia pada sahabatnya. Sungguh, ia sangt menyayangi putra sambungnya itu.

"Hmm, yakin Lo cuma kangen sama Erhan doang? terus gimana sama mas Aariz, apa Lo ga kengen sama dia?" goda Fany pada Nadia. Sontak saja ucapan Fany membuat pipi Nadia bersemu merah.

Nadia tidak menjawab pertanyaan Fany tapi dari ekspresi wajahnya dapat dipastikan kalau Nadia tidak hanya merindukan putra sambungnya saja tapi juga merindukan suaminya.

"Ya sudah, kalau begitu gue temenin Lo tidur. Besok kita kembali ke rumah masing-masing Aariz, gimana?" Fany mencoba membujuk Nadia lagi.

"Iya Fan, makasih ya kamu baik banget sama aku," Nadia memeluk sahabatnya mengungkapkan rasa bahagianya.

***

Pagi harinya, Nadia tengah bersiap-siap untuk kembali ke rumah Aariz, tapi Nadia dikejutkan dengan kedatangan seseorang ke apartemen Fany.

"Lo, mau apa datang ke sini?" Fany yang baru saja membukakan pintu apartemennya terkejut melihat kedatangan Keyzia.

"Gue ini saudara Lo, jadi bolehkan gue mengunjungi Lo. Kenapa Lo malah marah-marah gitu sama gue?" tanya Keyzia yang dengan santainya masuk ke dalam apartemen Fany.

Keyzia sengaja datang ke apartemen Fany hanya sekedar berkunjung tapi sambutan Fany berbeda dari biasanya. Kalau dulu saat Keyzia datang menemuinya, Fany akan menyambutnya dengan penuh semangat tapi semenjak kejadian di acara syukuran Nadia, Fany merasa jengah pada Keyzia.

"Keyzia?" Nadia yang berada di dalam keluarga melihat tamu yang datang.

"Kebetulan banget ada Lo di sini. Jadi gue ga perlu repot-repot datang ke rumah Lo," ucap Keyzia yang sedikit terkejut melihat kehadiran Nadia.

"Lo jangan ganggu Nadia. Asal Lo tahu Key kalau Lo berusaha untuk mengganggu rumah tangga Nadia, lo bakal berhadapan sama gue,"  kesal Fany pada Keyzia. Bukannya berhenti untuk mengganggu Keyzia malah tertawa mengejek.

"Lo dengarkan gue baik-baik. Sebentar lagi Aariz akan segera meninggalkan perempuan ini dan dia harus bertanggung jawab atas kehamilan gue!"  ujar Keyzia dengan tidak tahu malunya, Nadia masih berusaha menenangkan hatinya.

"Lo ..."

Fany baru saja hendak membalas ucapan Keyzia, tiba-tiba Nadia menjawab.

"Saya lebih mempercayai suami saya dari pada orang lain. Sekalipun kamu mengatakan kamu hamil, dan kamu bisa membuktikannya. Saya tidak akan percaya begitu saja kalau anak yang kamu kandung adalah anak dari suami saya," ucap Nadia dengan sangat tenang.

Nadia masih ingin membuat kondisi sekondusif mungkin. Ia tidak ingin ada keributan di apartemen Fany.

"Jadi maksud Lo, ini bukan anak Aariz? Lo tahu sendirikan malam itu dia datang ke apartemen gue dan Lo tahu sendirikan apa yang akan terjadi jika lelaki dan wanita berada dalam satu ruangan, jadi sudah dapat dipastikan Aariz adalah ayah biologis anak gue!" tegas Keyzia kembali.

Nadia menghela nafas berat. Rasanya ingin sekali ia menampar wajah wanita tidak tahu malu itu saat ini juga, tapi Nadia tidak ingin membuat keributan dan lebih memilih tenang.

"Udah Nad, ga usah dilayani orang yang otaknya sengklek kayak dia. Yuk kita pergi saja," ucap Fany sambil mengajak Nadia pergi dari hadapan Keyzia.

Setelah kepergian mereka Keyzia hanya tersenyum kecut, lihat saja apa yang bakal gue lakukan sama Lo perempuan kampung. Gue pasti bakal mendapatkan Aariz kembali, ucap Keyzia dalam hatinya.

***

Di perjalanan Fany memperhatikan sahabatnya itu. Nadia hanya banyak diam.

"Nad, maafin sepupu gue ya. Dia terlalu terobsesi sama Aariz. Gue atas nama Keyzia sepupu gue minta maaf atas semua perlakuan Keyzia ke Lo," ucap Fany menyesali sikap sepupunya.

"Ga apa-apa Fan, kamu ga perlu minta maaf seperti itu. Justru aku yang harusnya berterimakasih sama kamu, karena kamu mau memberikan tempat tinggal untukku saat aku pergi tanpa tujuan," Nadia tidak ingin membuat Fany merasa bersalah terus-menerus padanya.

Tidak berapa lama kemudian, mereka sampai di rumah Aariz. Rumah itu tampak sepi karena masih terlalu pagi.  Fany mengajak Nadia untuk masuk bersamanya.

Fany mengetuk pintu rumah Aariz, tidak perlu menunggu lama, seseorang membukakan pintu rumah itu dan tanpa di sangka-sangka yang membukakan pintu adalah Aariz.

"Nadia?" sontak saja mata Aariz terbelalak lebar. Saat itu juga Aariz memeluk erat tubuh Nadia. Seakan Nadia menghilang terlalu lama Aariz tidak mau melepaskan pelukannya walau sesaat.

"Mas, lepasin dong. Ga enak ni ada Fany di sini," ucap Nadia merasa malu. Ia tak enak hati pada Nadia yang memperhatikannya sedari tadi.

"Ciiieee yang kangen berat, udah ga keliatan aja orang di sekitar," ledek Nadia pada Aariz. Lelaki itu, melepaskan pelukannya dan tersenyum kecil.

"Jadi semalaman tadi kamu ada di apartemen Fany?" Aariz, Fany dan Nadia kini sedang duduk di gazebo.

"Iya, sebenarnya aku mau kasih tau ke mas Aariz kalau Nadia ada di apartemen gue tapi Nadia ga mau. Dia bilang mau menenangkan pikiran, makanya nginap di apartemen aku," tukas Fany.

"Maaf ya sayang, gara-gara insiden kemarin kita jadi salah paham," sesal Aariz yang merasa bersalah.

"udah mas, ga perlu dibahas lagi. Sekarang aku udah di rumah jadi kita ga perlu bahas yang lain lagi," pinta Nadia pada suaminya.

"Aku lihat mas Aariz kayaknya kurang tidur. Memangnya mas Aariz banyaka kerjaan ya?" Nadia mengalihkan pembicaraan.

Benar yang dikatakan Nadia, Aariz tampak seperti orang yang kurang istirahat. Tampak jelas lingkaran hitam disekitaran mata Aariz dan matanya juga sedikit sembab.  Aariz benar-benar takut kalau sampai Nadia meninggalkannya.

Memang benar, ketika Nadia pergi Aariz mencarinya ke seluruh tempat yang pernah disinggahi Nadia, tapi tetap saja ia tidak menemukan Nadia. Terlebih lagi saat pergi Nadia tidak membawa ponsel. Aariz semakin khawatir. Semalaman ia tidak bisa tidur karena memikirkan Nadia.

Menjadi Istri Pengganti (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang