BAB 15

179 2 0
                                    

Saat ini Aariz telah berada di bandara, ia dan teamnya akan segera berangkat ke kota Surabaya untuk menghadiri rapat. Selama perjalanan mereka duduk berdekatan dengan Aariz di posisi dekat jendela bagian kiri, disampingnya ada Keyzia yang duduk didekatnya dan dilanjutkan dengan Gian disebelahnya beserta penumpang lainnya.

Keyzia sengaja duduk di dekat Aariz untuk menguji iman Aariz. Gadis ini memang sangat ingin menggoda Aariz. Padahal sebelumnya saat akan duduk di pesawat Aariz sempat meminta untuk bertukar tempat duduk, supaya Gian duduk di dekatnya dan Keyzia di tempat duduk berikutnya, tapi Keyzia menolak. Dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk bersama Aariz. Selama perjalanan Aariz hanya diam dan tidak berkata apapun pada Keyzia.

"Riz, kok kamu mendiamkanku?" tanya Keyzia sambil melirik pada Aariz.
"Memangnya apa yang mesti aku bicarakan denganmu?" Aariz merasa tidak ada yang penting untuk ia bicarakan dengan Keyzia, karena memang tujuannya hanya untuk mengurus pekerjaan tidak ada yang lainnya.
"Hmmm apa aku boleh bertanya satu hal padamu?" Keyzia menatap sekilas wajah Aariz

Pria itu memang sangat tampan, walaupun telah lama tidak bertemu dengannya, ketampanan dan kharisma tegas diwajah lelaki itu tidak pernah berubah. Malah semakin hari Aariz tampak lebih menarik di mata Keyzia. Sungguh, ia sangat menyesal karena pernah menyia-nyiakan Aariz. Oleh sebab itulah apapun caranya ia pasti akan membuat Aariz kembali padanya.

"Apa yang ingin kau tanyakan?" Aariz membuka airphone yang sedang terpasang di telinganya dan menoleh ke arah Keyzia.

"Apa kau sungguh-sungguh mencintai Nadia? maksudku dari sekian lama kita pernah menjalin hubungan apa tidak ada sedikitpun rasa yang tersisa darimu untukku?" Keyzia mencoba mengorek perasaan Aariz padanya.

"Aku rasa tidak ada yang perlu dibahas mengenai itu Keyzia. Kau sudah lihat sendiri kalau aku sudah mendapatkan wanita yang telah menjadi pendamping hidupku. Jadi lupakan saja tentang masa lalu kita. Lagi pula hubungan kita telah berakhir dari saat kamu meninggalkanku dan memilih lelaki itu," pungkas Aariz sambil menoleh ke arah jendela pesawat. Matanya menerawang menatap awan.

"Tapi aku sangat mencintaimu Riz. Aku tidak akan rela jika ada wanita lain yang mengisi hatimu," lirih Keyzia sambil menggenggam tangan Aariz tapi dengan cepat Aariz menepis tangan wanita itu.

"Jangan macam-macam Keyzia, aku tidak ingin ada keributan di sini. Mengertilah aku sudah melupakan semua yang terjadi diantara kita," tegas Aariz padanya lagi.

Merasa Aariz menolaknya Keyzia berhenti untuk mengganggu Aariz. Ada sedikit rasa kecewa yang menjalar di dalam hatinya, Aariz benar-benar sudah tidak mengharapkannya lagi. Aariz sendiri tidak perduli dengan apa yang dipikirkan Keyzia, dari pada terusik oleh sikap Keyzia, Aariz memilih untuk memejamkan mata supaya Keyzia tidak bertanya lebih banyak lagi.

***

Satu setengah jam telah berlalu, pesawat kini telah mendarat di Juanda International Airport. Aariz, Keyzia dan Gian segera mengemasi barang-barang mereka dan segera menuju ke parkiran, karena di sana telah ada supir yang menunggu kedatangan mereka. Setelah melihat jemputan untuk mereka, mereka segera pergi menuju hotel dengan mobil jemputan.

Sesampainya di hotel mereka menuju ke resepsionis untuk mendapatkan kunci kamar.

"Loh ini kenapa kamar saya berdekatan dengan Keyzia? apa saya bisa mengganti kunci kamarnya?" tanya Aariz pada resepsionis.

"Maaf pak, semuanya sudah di pesan sesuai permintaan jadi tidak bisa di tukar lagi," jelas resepsionis itu padanya.

"Masa ga bisa sich mbak?" sela Gian ikut tidak terima.

"Ya karena sesuai dengan permintaan diawal semuanya sudah disesuaikan jadi tidak bisa diganti lagi pak," pungkas resepsionis itu membuat Aariz dan Gian merasa kecewa. Sementara Keyzia malah tersenyum penuh arti.

Bagaimana tidak? dia telah merencanakan semuanya jadi semua akan sesuai dengan apa yang ia inginkan.

Sialan ni cewek, akal bulus banget buat mendekati si Aariz. Padahal udah gue peringatkan kalau Aariz udah menikah tapi dasar batu ni cewek, gerutu Gian dalam hatinya. Ia sangat kesal dengan sikap Keyzia.

Daripada meributkan tentang kamar Aariz memutuskan untuk menuju lift dan segera beristirahat di kamarnya. Ia benar-benar sangat lelah dan ingin segera menikmati pulau kapuk yang sedang menunggunya.

***

Pagi hari telah tiba, Aariz dan teamnya telah sampai di sebuah ruang rapat mereka dipertemukan dengan para pengusaha dan investor yang akan berpartisipasi dalam rapat.

Dalam rapat itu masih tetap perusahaan Aariz yang di lirik oleh para investor dan perusahaan Aariz berhasil mendapatkan suntikan dana untuk mengembangkan proyeknya.

"Pak Aariz, selamat ya akhirnya perusahaan anda bisa bergabung dengan perusahaan kami untuk mengerjakan proyek yang baru saja kita bahas," ucap si pemilik investasi yang akan menanamkan modalnya di perusahaan Aariz.

"Terimakasih pak Fathan Gautama, senang bisa bekerja sama dengan anda," ujar Aariz yang begitu bahagia karena bisa bekerja sama dengan salah satu perusahaan ternama yang banyak di incar para pengusaha untuk bisa bergabung dengannya.

"Oh ya pak Aariz, beberapa bulan lalu saya menghadiri pernikahan anda, bagaimana kabar keluarga anda?" Fathan teringat pada Nadia yang telah menikah dengan Aariz beberapa bulan lalu. Ia sangat ingin mengetahui kabar Nadia, tapi tidak mungkin ia akan langsung menanyakan tentang istri seseorang pada suaminya.

"Keluarga saya baik-baik saja. Oh ya, apa anda hadir dalam pernikahan saya, tapi mengapa saya tidak melihat anda?" Aariz merasa penasaran dan seakan familiar dengan wajah Fathan.

"Saya hadir, kebetulan saya dan Nadia istri anda adalah teman kuliah dulu jadi kami telah saling mengenal. Sewaktu saya menghadiri pernikahan anda, karena saya di undang oleh Fany," tukas Fathan padanya.

"Jadi anda teman kuliah istri saya? mungkin lain kali kita bisa makan bersama untuk saling mengenal lebih jauh," ajak Aariz padanya, yang dijawab dengan senyuman oleh Fathan.

Setelah pertemuan diacara rapat itu merekapun berpisah. Pertemuan singkat antara Fathan dan Aariz cukup memberi kesan positif diantara keduanya. Fathan tidak mengira kalau ia akan bekerja sama dengan suami dari orang yang dicintainya.

Awalnya banyak perusahaan yang terlihat lebih berkompeten untuk kerja sama bisnis yang ditawarkan oleh Fathan tapi begitu ia mengetahui bahwa salah satu pemilik perusahaan yang akan bekerjasama dengan perusahaanya adalah Aariz Mahesa, Fathan memutuskan untuk menjalin kerja sama dengan Aariz.

"Riz, sepertinya kita harus merayakan kemenangan kita," usul Gian yang terlihat bahagia karena mereka menang tender. Ia merangkul sahabatnya.

"Lo atur aja tempat dan jamnya gue bakal ikut aja," tukas Aariz sambil berjalan menuju ke kamar hotelnya.

Hari ini terasa begitu melelahkan baginya, Aariz berencana untuk melepas kepenatannya dengan berendam di air hangat kamar hotel.

"Okay, nanti gue kabarin ke Lo. Gue tunggu di lobby!" teriak Gian sambil melihat sahabatnya yang berlalu dari hadapannya.

Sementara itu, Keyzia memperhatikan mereka dengan senyuman penuh arti. Ia juga berencana untuk ikut dalam acara itu.
"Kenapa kamu senyum-senyum kayak gitu?" sinis Gian padanya.

"Maaf pak, saya cuma ingin menanyakan mengenai acara perayaan itu apa saya boleh ikut?" tanya Keyzia ragu-ragu.

"Hmm tentu, semuanya akan ikut merayakan keberhasilan perusahaan kita ini," imbuh Gian, membuat rekan-rekan satu teamnya bersorak gembira.

Menjadi Istri Pengganti (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang