BAB 9

169 3 0
                                    

Baru saja akan menikah, sudah dibuat susah. Ucapan calon mertuaku bagai duri yang menusuk hatiku. Enaknya calon mertua seperti ini diapakan?

Bab 9

***

Selesai berbelanja dan melakukan perawatan , akhirnya mereka sampai di rumah Aariz. Mumtaz yang melihat kedatangan mereka langsung menghampiri.
"Dari mana kamu kok baru pulang sore begini?" tanya Mumtaz sedikit ketus pada Nadia.

"Tadi kami habis belanja tante, buat persiapan pernikahan Nadia dan mas Aariz minggu depan," jelas Fany.

"Kamu bawa Ezhar begitu, memangnya dia ga rewel?" tanya Mumtaz melihat bayi Ezhar berada dalam baby stroller.

"Ga ma, tadi dia ga nangis dan kelihatan senang. Lagi pula pas di boutique dan tempat perawatan Ezhar dikasih tempat yang buat dia nyaman," pungkas Nadia.

Nadia sudah mulai membiasakan diri memanggil Mumtaz dengan sebutan ibu. Ia ingin belajar menjadi menantu sekaligus memahami sifat calon mertuanya.

"Ya sudah kalau begitu," Mumtaz tidak mempermasalahkan lagi kemudian dia segera pergi dari sana.

"Oh ya Bu, tadi saya membelikan baju buat ibu.  Untuk ibu pakai di acara pernikahan saya dan Mas Aariz nanti," ujar Nadia sambil menunjukkan satu set baju beserta perhiasan untuk Mumtaz. Wanita paruh baya itu segera melihat dan mengambil pemberian calon menantunya.

"Pilihanmu tidak terlalu buruk, saya suka. Terimakasih sudah membelikannya untukku," ucap Mumtaz dingin pada Nadia.

Ada kelegaan terpancar di wajah Nadia, meskipun calon mertuanya itu masih sedikit ketus padanya tapi setidaknya Mumtaz sudah mau memberikan kesempatan padanya.

Saat di dalam kamar, Mumtaz membuka kembali barang pemberian Nadia. Ia mengenakan pakaian dan perhiasan yang di berikan Nadia padanya tadi. Mumtaz mematut dirinya di cermin, sebenarnya pilihan Nadia cukup bagus tapi tetap saja Mumtaz tidak mau menurunkan egonya pada Nadia. Dia sudah terlanjur menunjukkan sikap tidak suka pada calon menantunya maka dari itu Mumtaz lebih memilih bersikap biasa saja di depan Nadia.

***

Beberapa hari kemudian, tibalah saat yang dinantikan oleh Aariz dan Nadia. Mereka mengucapkan janji suci pernikahan dihadapan penghulu.

Nadia yang kedua orang tuanya diwakilkan oleh pamannya melafazkan ijab Qabul. Sang paman, Hilman mengucapkan,

"Saudara Aariz Mahesa bin Aditya Mahesa, saya nikahkan dan saya kawinkan Anda dengan anak perempuan saya Nadia Zara binti Ahmad dengan mas kawin uang dua puluh lima juta rupiah dan seperangkat alat shat dibayar tunai."

Kemudian Aariz membalasnya.

"Saya terima nikah dan kawinnya Nadia Zarra binti Ahmad dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."

Setelah mengucapkan lafaz ijab kabul. Mempelai pria dan juga wali nikah saling berjabat tangan kanan sebagai sebuah tanda berlangsungnya proses serah-terima atau akad. Setelah ijab kabul selesai, ustadz yang menikahkan mereka bertanya pada saksi.

"Bagaimana saksi sah?"

Serentak semua saksi yang menyaksikan dan mendengarkan ijab kabul tersebut berucap

"Sah!!!"

Akhirnya setelah melalui berbagai hal, Reyhan dan Sakinah sah secara agama dan hukum.

Ijab kabul sudah dianggap sah bagi para saksi, dilanjutkan dengan melafalkan doa penutup, yang dipandu oleh ustadz yang menikahkan mereka dalam pembacaan ijab kabul.

Setelah doa penutup selesai dibacakan, proses akad nikah akan dilanjutkan dengan penandatanganan buku nikah oleh kedua mempelai yang disaksikan oleh petugas pencatat nikah dan juga penghulu. Buku nikah sendiri menjadi salah satu dokumen sah untuk pasangan suami istri yang sudah menikah.

Tersirat wajah kebahagiaan diantara kedua orang yang telah menikah itu. Begitu juga keluarga Nadia dan Mumtaz. Seluruh yang menghadiri  acara yang sakral itu juga merasa sangat bahagia.

Kedua insan itu kini dipersatukan dalam sebuah ikatan suci yaitu pernikahan. Acara pernikahan merekapun di gelar di sebuah Ballroom hotel bintang lima dengan design Modern dan megah dengan dekorasi Shaby Chic yang memiliki kesan sangat romantis didukung dengan dekorasi warna pastel yang lembut sebagai ciri khas feminim, lawas, sekaligus unik.

Terdapat kurungan burung yang menggantung di pelaminan dengan warna kayu yang matte berwarna coklat muda, baik berukuran kecil ataupun besar. Kurungan yang didesign dengan bunga-bunga lembut yang berwarna pastel dipadu dengan warna yang sedikit mencolok.

Sedangkan pada kursi pelaminan, terbuat dari kayu atau rotan dengan desain apik. Backround-nya diberikan bingkai-bingkai foto berukuran yang tidak sama dengan peletakan zig-zag. Mengenai pencahayaannya, lampu lentera atau led duanya-duanya masih sangat cocok. Kamu bisa letakkan lampu-lampu ini di bagian background pelaminan. Dekorasi yang terkesan klasik tapi sangat elegan. Kedua pasang pengantin itu bersanding dengan wajah berseri.

Namun, disisi lain terlihat wajah kecewa dari seseorang yang menghadiri acara pernikahan itu. Fathan,  ia tidak menduga ternyata pertemuannya waktu itu di butique dengan Nadia, bukanlah karena Nadia ingin mempersiapkan acara untuk Aariz, ternyata Nadia sedang mempersiapkan dirinya sendiri untuk pernikahannya.

Fathan terhenyak melihat pernikahan sang pujaan hatinya dengan orang lain. Ia tidak pernah menduga Nadia akan menikah secepat itu.

"Kenapa Than, kok wajah Lo jadi murung begitu?" sapa Fany yang memperhatikan Fathan.

"Ahm ga apa-apa kok, gue senang aja melihat Nadia menikah," jawab Fathan sekenanya.

"Yakin Lo? kalo emang lo senang kenapa wajah Lo kayak ga rela Nadia menikah sama mas Aariz?" pancing Nadia lagi padanya.

Fany bisa melihat bagaimana terlukanya perasaan Fathan saat ini. Fany tahu persis bagaimana lelaki itu sangat menyukai Nadia semenjak kuliah dulu.

"Udah dong Fan, ga usah mancing-mancing gitu. Nadia itu udah menikah dan udah sah jadi istri orang, emang gue bisa berbuat apa? ga lucu jugakan kalau gue nangis guling-guling menyesali pernikahan Nadia saat ini?" gerutu Fathan pada Fany, yang membuat gadis itu tergelak mendengar ucapannya.

Fathan ... Fathan ... segitu cintanya Lo sama Nadia, kenapa sich Lo ga mencoba buka hati Lo buat cewe lain? misalnya ke gue yang jelas-jelas suka sama Lo? ini Lo malah suka sama istri orang, monolog Fany memperhatikan pemuda tampan yang berada didekatnya.

Harus diakui oleh Fany, telah lama ia menyukai Fathan. Sejak dari awal kenal Fany sudah menyukainya tapi sayangnya Fathan malah menyukai sahabat Fany yaitu Nadia. Hanya saja Nadia tidak mau berpacaran dan Fathan sendiri memilih untuk menunggu Nadia sampai ia mau membuka hati untuk Fathan. Sayangnya takdir berkata lain. Mereka malah dipertemukan kembali saat Nadia telah dilamar dan menikah dengan orang lain.

Semua tamu undangan berbahagia dan menikmati pesta pernikahan Aariz dan Nadia, setelah Zuraya meninggal banyak wanita baik dari kalangan pengusaha yang ingin menggantikan posisi Zuraya tapi Aariz memilih Nadia dibanding mereka semua.

"Than Lo baik-baik ajakan?" tanya Fany yang membuat Fathan tersentak dari lamunannya.
"Eh, iya gue baik-baik aja kok," tukas Fathan melirik ke sekelilingnya.
"Ayo, kita foto-foto sama pengantinnya abis itu kita kasih selamat sama mereka," ajak Fany padanya dan dijawab dengan anggukan oleh Fathan.

Fany segera mengajak Fathan ke pelaminan untuk berfoto dengan pasangan pengantin dan memberikan ucapan selamat. Meskipun berat Fathan berusaha menguatkan hatinya.
"Selamat ya Nad, atas pernikahan kalian. Semoga langgeng sampai kakek nenek," ucap Fathan saat memberikan ucapan selamat. Terlihat mata Fathan sedikit berkaca-kaca melepas Nadia.

Judul: Menjadi Istri Pengganti
Penulis: Dina 0505

Link:
https://read.kbm.id/book/read/a23a19a2-22a3-4f06-b993-51685ae7a993/222c1660-a16c-4ef1-82df-2b257b49f121

Menjadi Istri Pengganti (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang