Amar kembali menyelidiki jejak rekam dari CCTV, berulang kali ia mencari bukti bahwa Keyzia dalang dibalik semua kejahatan yang menimpa Nadia dan Gian. Setelah lama mencari tahu akhirnya, Amar menemukan rekaman saat Keyzia masuk ke dalam pantry.
Di pantry terlihat Keyzia yang sedang menyuruh office Boy untuk menyiapkan makanan dan minuman yang akan disediakan untuk tamu dan terlihat Keyzia sedang berada di dekat office boy seperti sedang mencari kesempatan untuk berbuat sesuatu. Sampai pada saat ketika seseorang masuk ke pantry. Lebih tepatnya saat salah seorang staff meminta Office Boy menyiapkan minuman dan makanan untuk para peserta rapat. Dari situ pula terlihat Keyzia yang sedang mencampur sesuatu pada minuman yang akan diberikan pada Nadia.
"Nah, ini dia ternyata rekaman yang terlewatkan! gue harus segera memberitahukan bos untuk membuktikan kalau nona Keyzia dalang dibalik semua insiden yang menimpa nyonya Nadia,"
Amar bergegas kembali pada Aariz, ia ingin segera menyampaikan semua yang ia ketahui pada Aariz dan Amar segera menghubungi Aariz.
Ia mengambil ponselnya dan menghubungi Aariz.
"Ya, ada kamu menelponku?"
"Maaf tuan, saya menelpon malam-malam seperti ini. Saya ingin memberitahukan kalau saya sudah berhasil menemukan pelaku yang mencoba meracuni nyonya Nadia,"
"Serius kamu?" Aariz memastikan kembali kalau orang suruhannya tidak salah.
"Iya tuan, saya bisa buktikan kalau saya tidak salah," Amar meyakinkan Aariz kembali.
"Kalau begitu kamu segera ke sini dan bawa bukti itu bersamamu,"
"Baik tuan, segera saya laksanakan,"
Setelah itu pembicaraan diantara mereka terhenti dan Amar segera membawa bukti yang ia dapatkan kepada Aariz.
"Siapa yang menelpon Riz, kayaknya kamu senang sekali?" tanya Fathan yang berada di dekat Aariz.
"Amar telah menemukan pelaku yang telah memberikan racun pada makanan Nadia," ucapnya dengan wajah berbinar. Aariz yakin sekali ia akan mendapatkan bukti rekaman yang dijanjikan Amar secepatnya.
"Benarkah?" Fathan cukup kaget mendengar penjelasan Aariz.
"Iya sebentar lagi dia akan ke sini," Aariz meyakinkan Fathan.
***
Tidak semudah yang dibayangkan, perjalanan Amar tidak begitu mulus, dalam perjalanan menuju ke rumah sakit ia sempat diincar oleh seorang yang mengendarai mobil orang itu berusaha membuntuti dan menabraknya.
Amar segera menghindari kecelakaan yang akan melukai dirinya tapi sayangnya, mobil yang dibawanya tidak bisa menghindari kecelakaan itu. Lelaki itu tertabrak dengan luka yang cukup parah.
Orang-orang yang mendengar dentuman keras akibat kecelakaan itu segera menghampiri dan menyelamatkan Amar yang terluka parah, tapi sayangnya si penabrak berhasil melarikan diri.
Amar segera dilarikan ke rumah sakit lukanya cukup parah di kepala sehingga membuatnya kehilangan banyak darah. Saat di rumah sakit, Aariz dan Fathan melihat ada korban kecelakaan.
"Mas, ada apa ini?" tanya Aariz pada salah seorang yang membantu pria yang baru saja dibawa ke ruang UGD.
"Ada korban tabrak lari, keadaannya cukup parah mas," jelas pria itu pada Aariz.
DEG!!!
Tiba-tiba perasaan Aariz tidak enak, firasatnya mengatakan korban itu mungkin saja Amar.
"Apa boleh saya melihatnya?" tanya Aariz pada orang itu lagi.
"Dia sedang ditanggulangi dokter, mungkin nanti setelah dokter memeriksanya kita bisa meminta untuk melihat orang itu," pungkas lelaki yang mengantarkan Amar.
Setengah jam berlalu, dokter keluar dari ruang UGD.
"Dokter, apa saya boleh tahu siapa lelaki yang mengalami kecelakaan itu?" tanya Aariz menghampiri dokter."Pasien belum bisa dijenguk pak, ia mengalami pendarahan dibagian kepala karena mengalami benturan hebat. Hanya saja ia menyebut nama pak Aariz. Apa ada yang bernama pak Aariz di sini?" Dokter itu kembali bertanya.
"Saya Aariz," tutur Aariz pada dokter itu.
"Kalau begitu ayo masuk pak, sepertinya ada yang ingin disampaikan oleh pasien pada anda," ucap dokter itu pada Aariz.
Gegas Aariz mengikuti dokter itu untuk memastikan pasien yang berada di dalam adalah Amar, dan benar-benar saja setibanya Aariz di dalam ternyata orang itu adalah Amar.
"Amar? siapa yang melakukan semua ini padamu?" Aariz benar-benar terkejut melihat Amar yang tampak lemah tak berdaya.
"Tu ... tuan, ucapnya terbata," dengan susah payah lelaki itu mencoba menggapai tangan Aariz seperti ada sesuatu yang ingin ia berikan.
"Bertahanlah Amar, semua akan baik-baik saja," tukas Aariz berusaha membuat lelaki itu tetap bertahan.
"Se ... semua bukti ada di sini tu ... tuan," pungkas lelaki itu sambil memberikan flashdisk yang digenggamnya. Aariz mengambil flashdisk yang diberikan Amar dan menyimpannya.
Ia masih sangat mengkhawatirkan keadaan Amar.
"Dokter cepat tolong dia!" teriak Aariz saat melihat kondisi Amar semakin kritis. Amar tampak tersengal menahan rasa sakit ditubuhnya.
"Tolong keluar sebentar pak, kami harus memeriksanya kembali, dan satu lagi. Apa ada yang memiliki golongan darah yang sama dengan pasien?" tanya dokter sambil memasangkan alat bantu pernafasan pada Amar.
"Ambil saja darah saya dok," ucap Fathan. Selanjutnya perawat memeriksa golongan darah Fathan dan kebetulan darahnya cocok dengan golongan darah Amar. Beruntung, pria malang itu masih bisa diselamatkan.
"Ini tidak bisa dimaafkan. Pelakunya benar-benar harus kita pidanakan!" pungkas Aariz yang menunggu di ruang rawat bersama Nadia.
Saat ini, Nadia sudah diizinkan pulang. Ia segera membereskan semua pakaian dan perlengkapannya dibantu oleh Aariz.
"Iya mas, kata mas Aariz, Amar telah mendapat buktinya apa mas udah lihat isinya?" Nadia mengingatkan suaminya.
"Oh iya, aku sampai lupa. Ayo kita lihat sayang," ujar Aariz sambil mengeluarkan notebooknya. Meskipun sedang menjaga istrinya, ia tetap mengawasi pekerjaan melalui laptop yang ia miliki.
Aariz mengeluarkan laptopnya dan memasangkan flashdisk pada laptopnya untuk mengetahui isi flashdisk yang diberikan oleh Amar padanya. Setelah melihat beberapa rekaman yang ada di flashdisk.
"Astaga, jadi benar Keyzia pelaku semua ini," ucap Nadia yang duduk bersama Aariz.
"Keterlaluan! beraninya dia mencoba membunuh anak dan istriku!" geram Aariz melihat Keyzia yang tertawa menyeringai dalam rekaman CCTV.
"Mas, jangan marah-marah. Kita akan menuntaskan masalah ini secepatnya tapi tidak dengan emosi," bujuk Nadia pada Aariz.
"Tapi Nad, dia udah membuat banyak kekacauan. Mulai dari kecelakaan Gian, kamu dan anak kita sampai kecelakaan yang terjadi pada Amar. Ini semua pasti ulahnya!" Aariz benar-benar ingin sekali menuntut Keyzia secepatnya.
"Aku tahu mas, tapi kita akan menyelesaikan masalah ini nanti setelah memastikan Gian dan Amar baik-baik saja," ujar Nadia dan akhirnya Aariz mengikuti perkataan Nadia.
"Maaf sayang aku terlalu emosi mengetahui kejahatan yang dilakukan Keyzia,"
Sangking marahnya ia lupa ada orang-orang yang harus ia perhatikan. Aariz dan Nadia mengunjungi Gian.
"Iya mas, kita akan segera membuat wanita itu jera tapi sebelumnya kita harus melihat keadaan Gian dulu," pinta Nadia pada suaminya. Aariz mengikuti ucapan Nadia. Setelah mereka membereskan pakaian Nadia mereka menemui Gian.
Keadaan Gian sudah mulai membaik karena saat ini Gian sudah tidak sehisteris sebelumnya. Setelah diberikan berbagai terapi, Gian sudah mulai menerima kalau dirinya bukan ayah dari anak Nadia tapi memorinya belum sepenuhnya kembali seperti semula. Gian juga harus menggunakan kursi roda untuk berjalan.
Sedangkan Amar, ia masih dirawat karena kecelakaan malam itu membuatnya cidera parah dan ia harus dirawat intensif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Istri Pengganti (Tamat)
Romance"Berjanjilah kau akan menikah dengan Aariz dan menjadi ibu dari putraku Ezhar, setelah aku tiada. aku sudah tidak sanggup lagi menahan rasa sakit ini," pinta Zuraya saat ia baru saja melahirkan putra satu-satunya. Zuraya mengalami plasenta previa, a...