BAB 21

156 4 0
                                    

Keyzia tidak membiarkan Aariz pergi meninggalkannya begitu saja. Ia tidak rela Aariz pergi dari apartemennya malam itu. Keyzia memasang rencana untuk merayu Aariz agar terperangkap dalam jeratnya.

"Riz tunggu," lirih Keyzia saat melihat Aariz menjauh darinya.
"Ada apa Key?" tanya Aariz sambil membalikkan tubuhnya.
Keyzia mendekat ke arah Aariz dan memeluk tubuh Aariz, "aku mencintaimu Riz, tidak bisakah kita kembali seperti dulu lagi?" ucap wanita itu sambil mengeratkan pelukannya pada Aariz.

"Apa-apaan ini Key? hubungan kita sudah berakhir dari beberapa tahun lalu Key. Kamu harusnya mengerti aku tidak mungkin kembali lagi padamu. Aku sudah menikah dan memiliki keluarga kecil," pungkas Aariz seraya melepaskan pelukan Keyzia dengan sedikit mendorong Keyzia.

Wanita itu tidak mau melepaskan Aariz, ia memeluk Aariz seakan Aariz adalah miliknya. Padahal Keyzia tahu benar Aariz bukan lagi kekasihnya.

"Ga! itu ga benar. Hubungan kita ga pernah berakhir Riz. Itu hanya Miss comunication. Aku menyesal Riz, setelah jauh darimu aku benar-benar menyesal. Aku baru menyadari aku tidak bisa hidup tanpamu Riz," Keyzia menghina pada Aariz, tapi Aariz tidak bergeming sedikitpun. Ia sudah tidak ingin mengenang masa lalu.

"Riz, kenapa kamu diam saja? katakan sesuatu. Bilang kamu masih mencintaiku Riz," Keyzia masih tetap memaksakan keinginannya pada Aariz.

Ia memeluk erat tubuh Aariz hingga Aariz terduduk di sofa dan dengan lincahnya Keyzia yang telah dibutakan oleh nafsu, mencoba menggoda Aariz. Keyzia membuka jas yang dikenakan Aariz, kemudian ia membuka dasi Aariz dan menciumi wajah hingga leher Aariz untuk menggodanya.

"Keyzia hentikan! ini tidak benar! sadarkah Key kita sudah tidak bisa bersama, dan aku, aku tidak pernah mencintaimu lagi!" tegas Aariz dengan sangat lantang di telinga Keyzia . Kemudian mendorong tubuh Keyzia hingga, wanita itu terduduk di lantai.

Ini benar-benar memalukan, bagaimana bisa seorang wanita berbuat serendah itu pada pria beristri?

Aariz segera mengambil jasnya yang dibuang sembarang oleh Keyzia, ia segera pergi dari apartemen itu agar tidak terjadi hal lebih buruk lagi. Sementara itu Keyzia yang ditinggalkannya, mengamuk. Wanita itu melempari semua barang-barang yang ada didekatnya hingga membuat apartemennya berantakan. Setelah itu ia pun menangis tersedu-sedu.

***

Aariz segera menekan tombol lift untuk segera menuju parkiran. Ia mengusap wajahmya kasar mengingat apa yang baru saja terjadi. Aariz tidak pernah menyangka Keyzia berbuat seperti itu padanya.

Ya Allah, ampuni aku. Hampir saja aku berbuat kesalahan besar dalam hidupku, Aariz merutuki dirinya sendiri.

Aariz telah sampai di parkiran, segera ia menyalakan mobilnya untuk menjauh dari sana. Sungguh, malam ini ia merasa sangat bersalah pada Nadia.

Tiga puluh menit berlalu, Aariz sampai dirumahnya. Ia melihat ruangan di rumah tanpa gelap karena hari telah menunjukkan dini hari. Aariz tidak mengira ia akan pulang selarut ini. Andai saja tadi ia tidak percaya begitu saja pada Keyzia mungkin ia tidak harus pulang selarut ini.

Aariz melihat ke sekeliling ruangan rumahnya saat ia memasuki rumah itu, dan tidak ada siapapun di sana. Aariz merasa lega karena Nadia tidak menunggunya seperti biasa, namun, betapa terkejutnya Aariz saat menyalakan lampu ruang tengah ternyata Nadia sedang terlelap di kursi. Mungkin istrinya kelelahan karena menunggunya pulang. Aariz benar-benar menyesal, karena harus membuat Nadia menunggu terlalu lama.

Maafkan aku sayang, karena aku terlambat kamu harus sampai ketiduran di ruang tamu seperti ini, gumam Aariz sambil memperhatikan wajah sendu sang istri.

Wajah lugu Nadia seakan membuat Aariz merasa semakin bersalah, ia tidak ingin melihat wajah itu bersedih walau sedikit saja. Aariz menggendong tubuh Nadia, tapi pergerakan Aariz membuat Nadia terjaga.

Nadia mengerjapkan matanya perlahan dan menatap wajah suaminya, "mas sudah pulang? kok ga bangunkan aku?" tanya Nadia yang terkejut saat melihat suaminya kini berada dihadapannya.

"Ia sayang, aku baru pulang. Tidurmu begitu lelap, hingga aku tidak tega membangunkanmu,  makanya aku berinisiatif untuk menggendongmu ke kamar," ucap Aariz sambil menggendong tubuh mungil istrinya. Meskipun dalam keadaan hamil tetap saja Nadia tidak berat untuk Aariz.

"Mas, ga perlu di gendong begini, akukan bisa jalan mas," Nadia merasa canggung saat Aariz mengangkat tubuhnya.

"Ga apa-apa sayang. Kamu pasti cape menungguku pulang, jadi biarkan aku menggendongmu sampai ke kamar," Aariz merasa sangat bersalah pada Nadia jika ia teringat pada apa yang telah terjadi tadi, untuk itulah ia berusaha membuat Nadia merasa nyaman bersamanya.

"Oh ya mas, kamu udah makan belum?" tanya Nadia pada suaminya. Ia memang akan menanyakan hal itu setiap kali suaminya pulang kerja karena Nadia ingin ketika berada di rumah suaminya merasa diperhatikan olehnya.

"Aku sudah makan tadi sayang, sekarang aku cuma mau sama kamu sayang," lirih Aariz padanya. Aariz berbohong kalau ia sudah makan, padahal ia belum makan semenjak pulang dari apartemen Keyzia.

Selera makannya tiba-tiba menghilang, karena rasa penyesalan dalam hatinya. Ia tidak menginginkan apapun saat ini, kecuali istrinya. Berada di dekat Nadia membuat hatinya lebih tenang.

"Ya sudah kalau begitu, aku temani kamu. Oh ya, kamu ga mandi dulu mas biar badan kamu lebih enakan," bujuk Nadia lagi pada suaminya, dan dijawab dengan gelengan kepala Aariz. Ia hanya memeluk Nadia sebagai rasa ia takut kehilangan Nadia.

Nadia hanya mengikut saat Aaris mendekapnya, wanita muda itu hanya mengusap kepala suaminya pelan memberikan ketenangan pada suaminya. Ia tidak ingin menanyakan tentang apa yang terjadi tadi sampai suaminya terlambat pulang, karena dari sikap yang ditunjukkan oleh suaminya saat ini, Nadia dapat mengerti kalau suaminya sedang merasa cemas.

Aku tidak akan bertanya malam ini mas, karena aku tidak mau kamu merasa tertekan karena apa yang akan ku tanyakan padamu nanti. Besok jika kamu sudah merasa lebih nyaman aku pasti akan menanyakan apa yang terjadi padamu, monolog Nadia dalam hatinya.

Nadia, bukannya tidak peduli pada suaminya, hanya saja ia tidak ingin membuat suaminya merasa tertekan. Oleh sebab itulah Nadia memberikan sedikit ruang pada suaminya.
Tidak berapa lama  Aariz memeluk Nadia, terdengar dengkuran halus dari suaminya, suara nafasnya kini lebih teratur dari sebelumnya pertanda suaminya telah tertidur lelap.

Kemudian Nadia melepaskan jas dan sepatu yang dipakai oleh suaminya. Sangking paniknya Aariz sampai lupa untuk mengganti pakaiannya. Nadia memperhatikan wajah suaminya yang sangat tenang, iapun mencium dahi pria itu lalu memasangkan selimut untuknya.

Nadia melihat jam yang telah menunjukkan pukul satu dini hari, ia segera mengambil wudhu dan melaksanakan shalat tahajud, karena dengan cara itulah Nadia bermonolog pada Tuhannya untuk berkeluh kesah atas tiap beban hatinya. Ia sangat yakin Allah telah memberikan yang terbaik dalam hidupnya.

Menjadi Istri Pengganti (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang