BAB 39

97 1 0
                                    

Keyzia telah diamankan di kantor polisi, wanita muda itu harus mempertanggung jawabkan perbuatannya. Beberapa hari ia berada di lapangan tidak seorangpun yang mendatanginya. Termasuk Fany, saudara sepupunya. Keyzia merasa sedih dan sendirian saat ini. Mungkin inilah hukuman yang paling menyakitkan baginya. Terasing dan tanpa seorangpun yang memperdulikannya.

Sementara itu, Gian telah memperlihatkan progres dari kesembuhannya. Ingatannya telah kembali pulih meskipun Gian tidak sepenuhnya bisa mengingat semua memorinya yang pernah hilang, tapi setidaknya ia telah mengingat tentang dirinya dan juga orang-orang disekitarnya.

Namun, Gian belum bisa berjalan seperti semula. Akibat kecelakaan itu, cukup memberi dampak besar terhadapnya. Gian masih harus menggunakan kursi roda untuk membantunya berjalan.

"Bagaimana keadaanmu saat ini?" tanya Aariz saat melihat Gian yang sudah rapi pagi ini.

"Aku sudah lebih baik. Entah sudah berapa lama aku mengalami sakit ini. Bahkan aku sendiri telah lupa rasa sakit yang ku alami, jika saja, kau dan Nadia tidak menyelamatkanku mungkin aku tidak akan seperti sekarang ini," Gian mengingat kembali bagaimana nasibnya jika Aariz tidak merawatnya waktu itu.

"Tidak perlu sungkan gitu padaku. Bukankah kita udah seperti saudara? jadi mungkin inilah saatnya aku yang harus menjaga dan membantumu," ujar Aariz lagi padanya.

"Hmm, tapi ada satu hal yang masih menjadi pikiranku saat ini," lirih Gian sambil menoleh ke arah Aariz.

"Katakan saja, apa yang kamu pikirkan?"

"Entah mengapa setelah penangkapan Keyzia, hatiku seakan terpanggil untuk menemuinya. Aku sangat ingin menemuinya," pinta lelaki itu pada sahabatnya.

"Kenapa kau masih memikirkannya? dia sudah membuatmu seperti ini, mengapa kau masih memperdulikannya?" Aariz tidak habis pikir, apa yang sebenarnya diinginkan Gian dari wanita yang jelas-jelas tidak pernah memikirkan dirinya sama sekali.

"Aku hanya memikirkan keadaan bayiku," ucap Gian, yang berhasil membuat Aariz sedikit terkejut.

"Bayi kau bilang?" Aariz memastikan kembali kalau ia tidak salah dengar.

"Ya, Keyzia hamil dan akulah yang harus bertanggung jawab atas kehamilannya,"  jelas Gian lagi.

"Tapi bagaimana bisa?" Aariz benar-benar tidak percaya oleh ucapan Gian.

"Kejadian itu sudah sangat lama, waktu kita mengadakan perjalanan dinas dan memenangkan tender sekitar beberapa bulan yang lalu. Saat empat bulanan Nadia, kau ingatkan, dia pernah mengatakan dia hamil? itu sebenarnya anakku," pungkas Gian mengingatkan kembali.

"Jadi benar, dia hamil dan itu anakmu Gian?" tanya Aariz lagi.

"Iya itu anakku dan sekarang aku ingin menemui mereka. Apa kau mau mengantarkanku menemui Keyzia?" pinta Gian dengan sangat.

"Keyzia sekarang sedang berada di penjara. Ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya, karena berapa hari menjelang Nadia melahirkan, Keyzia berusaha membunuh istri dan anakku," jelas Aariz.

DEG!!!

"Apa? Keyzia berbuat segila itu?" Gian tidak percaya Keyzia bisa berbuat sekejam itu.

"Aku serius, kalau tidak percaya kita bisa ke lapas sekarang juga," ungkap Aariz membuktikan perkataannya.

"Antarkan aku sekarang juga ke sana," pinta Gian sedikit memaksa. Ia sangat khawatir kalau Keyzia akan menyakiti anak yang dikandungnya.

Gian masih ingat, terakhir kali mereka bertemu, mereka bertengkar dan Keyzia mengancam akan melenyapkan anak yang ia kandung jika Gian mencoba memberi tahu Aariz tentang kehamilannya. Ia khawatir kalau Keyzia akan mengugurkan bayi mereka.

Menjadi Istri Pengganti (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang