BAB 8

173 2 0
                                    


Setelah mendapatkan restu dari Mumtaz, Aariz dan Kiara segera mengurus pernikahan mereka, tapi untuk memilih gaun pengantin dan resepsi pernikahan Aariz menyerahkan semuanya pada Nadia.

"Nad, untuk rencana pernikahan dan semua urusan resepsi aku serahkan sama kamu. Kamu atur semuanya. Kamu kirimkan nomor rekening kamu, nanti aku akan transferkan uangnya. Maaf aku ga bisa menemani kamu karena aku ada urusan bisnis. Kamu ga apa-apakan?"  tatap Aariz pada Nadia dengan sangat menyesal.

Sungguh Aariz sangat ingin menemani Nadia tapi tiba-tiba saja kliennya menelpon dan Aariz tidak bisa menolak untuk bertemu dengan kliennya. Hari ini akan ada investor yang akan hadir di perusahaannya dan ia berharap dari pertemuannya nanti Aariz bisa memenangkan tender.

"Ga apa-apa mas, aku bisa mengerti. Mas Aariz kan sedang sibuk sama urusan pekerjaan, nanti aku minta ditemani sama Fany aja. Aku izin bawa Ezhar juga nanti bolehkan?" tanya Nadia padanya dan dijawab dengan anggukan kepala dari Aariz.

Nadia tidak ingin merepotkan Aariz. Dia cukup tahu diri, pernikahannya ini terjadi bukan karena cinta tapi karena demi membela harga diri Nadia dan membungkam omongan tidak berguna dari para tetangga.

"Makasih ya Nad, kamu sudah mau mengerti. Pokoknya apapun yang kamu pilihkan mas akan menyetujuinya," ucap Aariz sambil tersenyum menatap gadis muda itu.

"Sama-sama mas, oh ya sarapannya udah aku siapin, apa mas mau makan sekarang atau aku buatkan bekal untuk mas Aariz?" Nadia melihat Aariz yang tampak terburu-buru.

"Kalau kamu ga keberatan aku minta dibuatin bekal saja," pinta Aariz. Sebenarnya Aariz merasa tidak enak hati untuk menolak karena ia tahu Nadia sudah bersusah payah untuk menyiapkan makanan untuknya.

"Sebentar aku siapin mas," Nadia bergegas ke dapur dan menyiapkan bekal untuk Aariz, perasaannya begitu senang karena Aariz mau membawa makanan yang telah disiapkannya, dan saat Nadia sedang asyik berjibaku di dapur tiba-tiba sebuah notifikasi masuk terdengar di ponselnya.

Nadia segera mengambil ponselnya dan melihat  notifikasi itu dan betapa terkejutnya ia saat melihat nominal seratus juta yang baru saja masuk ke notifikasi ponselnya. Apa mas Aariz tidak salah kirim? ini banyak sekali, gumam Nadia dalam hatinya. Ia bergegas mempersiapkan kotak bekal makan Aariz kemudian menghampiri Aariz.

"Mas, ini mas ga salah kirim? kenapa banyak banget transferannya?" ucap Nadia keheranan.

"Ga apa-apa itu semua buat keperluan kita nikah nanti. Kamu beli pakaian, perhiasan, sepatu dan apapun yang kamu anggap perlu. Jangan lupa sekalian kamu perawatan biar fresh saat hari H," pungkas Aariz sambil membawa kotak makannya dan berjalan menuju ke mobilnya yang telah terparkir di halaman.

"Ya mas, terimakasih banyak," pungkas wanita itu pada Aariz sambil mengantarkan Aariz keluar rumah.

Aariz masuk ke dalam mobil dan menyalakan mobil sambil tersenyum ke arah Nadia, Nadia membalas senyuman calon suaminya sambil membawa troli bayi.

***

Selesai membereskan semua pekerjaan rumahnya, Nadia menghubungi sahabatnya, Fani. Menurut Nadia, sahabatnya itu memiliki selera yang cukup baik untuk urusan pakaian, perhiasan dan perlengkapan lainnya untuk pernikahan.

"Assalamualaikum Nad, Lo udah siap Nad? kita berangkat sekarang?" Fany begitu bersemangat untuk menemani sahabatnya itu.

"Wa'alaikum salam, yuk Fan kita berangkat sekarang," ajak Nadia pada Fany. Ia merapikan hijabnya dan meletakkan alat gendongannya ke tubuhnya.

Tidak butuh waktu lama mereka telah sampai di sebuah butik yang biasa Fany kunjungi.
"Di sini Nad, Lo bakal dapatkan baju dan semua perlengkapan yang kalian butuhkan buat pernikahan kalian. Mas Aariz itu seleranyakan tinggi jadi gue saranin Lo beli yang limited edition," jelas Fany pada sahabatnya itu.

Fany menunjukkan beberapa pakaian dan juga assesoris yang cocok untuk Nadia, tak lupa memilihkan warna yang senada dengan pakaian yang akan dikenakan Aariz. Juga si kecil Ezhar.

Ketika sedang asyik-asyiknya memilih pakaian untuk Nadia, Fany melihat seorang pria yang begitu ia kenali.

"Fathan?" sapa Fany pada pria yang berada didekatnya.

"Hei Fany, kamu sama siapa ke sini?" tanya lelaki itu padanya.

"Ini sama Nadia," jawab Fany sambil menunjuk ke arah Nadia yang sedang asyik melihat pakaian yang akan ia beli.

"Fany sudah menikah?" decit lelaki itu saat melihat bayi yang berada dalam gendongan Nadia.

"Belum, Nadia itu belum menikah tapi akan segera menikah," jelas Fany pada Fathan lagi.
Ada rasa lega yang menjalar dihati lelaki itu saat mengetahui Nadia belum menikah.

"Tapi itu bayi siapa yang dia gendong?" cicit Fathan penasaran.

"Itu anaknya kak Zuraya," jelas Fany padanya.  Fathan mengangguk paham menatap ke arah Nadia.

"Fan, sini dulu liatin mana yang bagus ni bajunya?" tanya Nadia tanpa memperhatikan orang yang ada di dekat Fany.

"Nad, liat ni siapa yang bersama gue?" tukas Fany yang sedang bersama Fathan. Lelaki itu pun mendekat ingin melihat Nadia.
Nadia menoleh ke belakang dan betapa terkejutnya dia melihat pria yang bersama Fany.

Fathan Tsakib, laki-laki yang pernah dekat dengannya sewaktu masa kuliah dulu. Lelaki itu selalu membantu Nadia setiap kali Nadia dirundung kesulitan saat banyak pemuda yang suka mengejeknya karena penampilannya yang berbeda. Fathan adalah orang pertama yang selalu membela Nadia, lelaki itu juga yang selalu bersamanya saat ia dijauhi oleh orang-orang yang menatap sinis pada dirinya. Ya, Fathan memang lelaki yang sangat baik dan Nadia juga menyukai pria itu tapi sayang mereka tidak pernah menjalin hubungan sama sekali karena Nadia memegang prinsip tidak ingin berpacaran, karena takut dosa.

Fathan sangat menghargai prinsip hidup Nadia, dan hal itu pula yang membuat Fathan tertarik pada Nadia, bahkan Fathan bersedia menunggu hingga Nadia mau menerima pinangannya, tapi sayangnya mereka terpisah disaat yang tidak tepat. Fathan terpaksa mengubur perasaannya pada Nadia rapat-rapat.

"Hai Nad, bagaimana kabar kamu?" sapa pria itu padanya.

"Baik, kamu sendiri bagaimana Fathan?" jawabnya dengan senyum kecil menghiasi wajah nya.

Gadis itu masih sama seperti ia mengenalnya beberapa bulan lalu. Masih Nadia yang pemalu dan tidak banyak bicara. Rasa dihati Fathan seakan bersemi kembali pada gadis itu, tapi Fathan berusaha tenang menghadapi Nadia.

"Oh ya Than, kami sedang buru-buru. Maaf ya ga bisa lama-lama, jangan lupa hadir ya di acara mas Aariz Minggu depan," pintas Fany yang melihat waktu mulai sore, masih ada yang harus mereka kerjakan sebelum malam menjelang.

"Ahmm baiklah, aku tunggu undangannya. Kapan-kapan kita ketemu lagi. Gue pengen ngobrol banyak sama kalian," ujar Fathan pada Nadia dan Fany.

Tidak ada kecurigaan sedikitpun dari Fathan, dari pembicaraan mereka tadi. Fathan hanya menganggap Nadia sedang mempersiapkan acara untuk kakaknya. Mungkin semacam acara syukuran.

***

Setelah dirasa cocok mereka langsung membayarnya dengan menggunakan kartu kredit. Selanjutnya mereka pergi ke salon untuk melakukan perawatan seperti yang diminta oleh Aariz.

Nadia merasa canggung berada di tempat itu, karena hanya dirinya yang berhijab, bahkan tak sedikit mata yang memandang remeh padanya karena melihat penampilannya yang tertutup.r

"Ada yang bisa saya bantu mbak?" tanya salah satu karyawan salon pada keduanya.

"Mbak tolong bantu make over teman saya, kasih dia perawatan terbaik dari salon ini ya," pungkas Fany yang begitu antusias untuk membuat Nadia lebih cantik lagi. Walaupun sebenarnya tanpa perlu perawatan Nadia juga terlihat cantik tapi Fany ingin sekali membuat Nadia berbeda dari biasanya.

Sambil menunggu, Fany juga melakukan perawatan untuk dirinya. Mulai dari perawatan tubuh hingga merapikan rambut dan wajah dilakukan oleh Fany. Selesai melakukan perawatan mereka pergi makan sebentar di sebuah restoran kemudian lanjut untuk pulang.

Naskah On Going di KBM
Penulis: Dina 0505
Link:

https://read.kbm.id/book/read/a23a19a2-22a3-4f06-b993-51685ae7a993/557d35d9-569e-41ff-b902-922374e23326

Menjadi Istri Pengganti (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang