12 Mimpi Saka

561 44 13
                                    

Pintu di belakang Kanaya lalu terbuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pintu di belakang Kanaya lalu terbuka. Saka muncul membawa dua piring yang ditumpuk dan di atasnya lagi ada dua botol air mineral yang berembun, segar sekali tampaknya. Tapi Saka kembali diam seperti tadi. Ia melenggang masuk dan langsung duduk di kursinya. Memberikan sebuah piring dan air mineral ke Kanaya. Dilanjutkan dengan mengeluarkan sebuah paper box dari plastik putih susu dan meletakkannya di atas piring Kanaya, dan paper box lainnya Ia letakkan di piringnya sendiri.

Tanpa membuka bungkusan itu, Kanaya sudah bisa menebak apa yang ada di dalamnya. Nasi goreng. Wangi sekali aromanya.

"Makan, Nay!" Kata Saka sambil menuangkan nasi goreng dari paper box ke piringnya. Pria itu lalu menyingkap kemejanya hingga ke atas siku dan bersiap untuk makan.

"Ah iyaa..." Saka mengusap mukanya dengan kedua tangannya, lalu naik ke rambut dan mengacaknya kasar.

"Kenapa, Mas?" Tanya Kanaya penasaran, sambil menaruh paper box di atas piring putihnya. Menurutnya lebih efisien kalau makannya langsung dari paper box jadi tidak perlu cuci piring.

"Lupa bawa sendok." Jawab Saka sambil berdiri lagi lalu setengah berlari ke arah pintu dan melewatinya buru-buru.

Kanaya juga malah baru sadar kalau tidak ada sendok di meja itu, juga di bungkusan plastik putih tadi.

Tidak sampai satu menit Saka sudah kembali, membawa 2 sendok logam yang masih terasa basah karena sempat Saka bilas dengan air keran.

"Huh.." Saka sepertinya kepedasan dengan nasi goreng pesanannya. Ia juga bolak balik minum hingga air di botolnya tersisa sedikit sekali. Beda jauh dengan air Kanaya yang memang baru Ia minum sekali sebelum suapan pertama tadi. Saka juga tampak sangat berkeringat hingga kening dan kemeja di sekitar area dadanya tampak basah kuyup.

Tapi satu hal yang Kanaya perhatikan lagi, sejak makan tadi sepertinya mood Saka agak membaik. Meskipun Ia belum membuka obrolan apapun, tapi terlihat sekali pria itu menikmati nasi gorengnya meskipun terlalu pedas.

"Kenapa, Nay?" Tanya Saka tiba-tiba, membuyarkan lamunan gadis itu.

"Eeh.. e-eng-enggak!" Elaknya, lalu menyuapkan sesendok nasi goreng ke mulutnya sendiri.

"Kayaknya tiap kita ketemu pasti ada adegan Mas Saka kelaparan, ya?" Ejek Kanaya, sedikit tertawa dengan ucapannya sendiri.

Saka tersenyum, lalu kembali meniup-niup mulutnya lagi akibat sensasi pedas yang seperti membakar mulutnya.

"Kalau gak kuat gak usah dipaksa deh, Mas." Kanaya mulai khawatir lama-lama.

Saka menggelengkan kepalanya, "tinggal dikit kok." Pria itu lalu meraih botolnya dan meminum air di dalamnya hingga tak bersisa. Ia kemudian menghabiskan beberapa suapan terakhir dari piringnya. Saka tersenyum bangga dengan pencapaiannya menuntaskan level 'ekstreme plus' dari warung nasi goreng langganannya. Level pedasnya ternyata jauh sekali dari yang dibayangkannya. Pantas saja kalau memesan level ini dikenakan biaya tambahan 12000 Rupiah, ternyata memang cabai yang digunakan sepertinya banyak sekali. Sayangnya, saat Saka meraih kembali botolnya, Ia dibuat kecewa karena sudah tak ada air setetes pun di botol itu.

Mengganti Pelangi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang