5 Senjata Kanaya

874 45 10
                                    


Kanaya membuka perlahan matanya yang sebenarnya masih berat untuk diajak bangun sepagi ini. Tapi begitu sudut matanya samar-samar menangkap sesuatu di ujung tempat tidur, Ia langsung bangkit dan duduk selonjoran sambil mengucek matanya yang penglihatannya masih buram. Sesuatu itu masih disana saat penglihatan Kanaya sudah jernih. Ia membelakangi Kanaya. Tapi dilihat dari rambutnya yang bergelombang terurai hingga sedikit di bawah bahu, kemudian sweater berwarna hijau muda yang sosok itu kenakan, jelas sekali itu Pelangi.

"Mbak Angi?" Kanaya memastikan, Ia masih tak percaya dengan matanya.

Sosok itu hanya diam saja, tak berkata sedikitpun. Kanaya lalu memegang pundak Pelangi yang sejak tadi memunggunginya. Ia dapat menyentuhnya, bahkan rambut halus pelangi terasa begitu nyata saat bersentuhan dengan tangan Kanaya.

"Mbak!" Kanaya hampir menitikkan air mata, tak percaya dengan semua ini. Sekilas Ia berpikir bahwa kehidupan yang selama ini dijalaninya pada akhirnya hanya mimpi. Dan Pelangi masih ada di dunia ini.

Pelangi lalu perlahan menoleh, memperlihatkan wajahnya yang sama sekali tak ada ekspresi di sana. Hanya saja wajah cantiknya itu tidak membuat Kanaya ragu bahwa itu memang benar kakaknya.

"Mbak..." Kanaya menghambur hendak memeluk kakaknya itu. Tapi adegan itu malah berakhir dengan Kanaya yang terjatuh dari tempat tidurnya dan membentur meja belajar sehingga membuat beberapa pensil warna jatuh berhamburan di lantai.

Tentu saja mimpi. Kanaya tak memperdulikan pensil-pensil itu. Ia meringkuk, bersandar pada tepian ranjangnya. Mimpi yang barusan begitu nyata. Ia bahkan bisa merasakan sentuhannya pada pundak dan rambut kakaknya.

"Dek?" Terdengar suara Awan di balik pintu. Mungkin kakaknya itu mendengar kegaduhan akibat Kanaya yang jatuh dan menubruk meja belajar.

Tak menunggu jawaban, Awan membuka pintu dan langsung menghampiri adiknya yang duduk meringkuk di lantai. Awan duduk duduk disampingnya.

"Aku mimpi ada Mbak Angi, nyata banget." Kata Kanaya lirih.

Awan lalu mendekap adiknya itu dari samping, mengecup pucuk kepalanya.

"Mungkin disana Angi lagi kangen kamu!" Awan menenangkan sambil mengusap pundak adiknya itu.

~

"Lagi ada masalah, Nay?"

Suara itu mengagetkan Kanaya yang sejak 10 menit yang lalu melamun, larut dalam lagu yang Ia dengarkan dengan true wireless stereo nya. Cewek dengan setelan pramuka itu lalu menoleh ke sumber suara. Seorang pria tinggi mengenakan kemeja putih dengan garis biru tipis di permukaannya, dipadu celana kain hitam dengan panjang hingga sedikit di atas mata kakinya. Saka. Di sebelahnya juga ada dua orang lainnya. Seorang perempuan yang sepertinya seumuran dengan Kanaya, dan seorang lelaki yang sepertinya teman kerja Saka.

Kanaya langsung mencabut earphone dari kupingnya yang sebelah kiri, sementara sisi lainnya masih memutar lagu Take Me to Your Heart dari Michael Learns to Rock.

"Hah? Kenapa, Mas?" 

Jelas saja Kanaya tak bisa mendengar pertanyaan Saka tadi. Ia menyetel musik dengan volume penuh. Dari earphone yang Kanaya lepas itu Saka bahkan samar-samar bisa mendengar lagu yang baru saja Kanaya dengarkan.

Mengganti Pelangi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang