16 Bertemu Lagi

505 24 9
                                    

Saka's POV

Aku agak khawatir saat melihat layar 7 inci di dashboard sudah menampilkan jam 08:37 PM

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku agak khawatir saat melihat layar 7 inci di dashboard sudah menampilkan jam 08:37 PM. Alasan apa yang harus kukatakan pada Kanaya? Aku saja belum tahu anak itu masih marah atau tidak akibat perkataanku tempo hari. Ah, Saka! Bodoh sekali. Hanya karena sebuah mimpi aku harus mengemis memohon maaf seakan sudah melakukan kesalahan yang begitu fatal. Dan bodohnya lagi kenapa aku begitu frustasinya hanya karena belum mendapatkan maafnya. Ini lebih menyiksa dari perasaanku setelah malam dimana Pelangi datang ke mimpiku.

Mobilku sudah berhasil parkir persis di antara dua garis putih. Tidak sulit karena banyak sekali ruang kosong di parkiran ini. Padahal ini malam minggu. Mungkin karena gerimis jadi orang-orang malas untuk keluar rumah.

Saat aku keluar dan setengah berlari ke arah bangunan tujuanku, disanalah aku mendapati seorang gadis duduk sendiri di salah satu kursi. Ia berhasil memperlambat langkahku karena ingin melihatnya lebih jelas. Meskipun dari sini yang terlihat hanya rambutnya yang tergerai hingga menyentuh bahunya, entah kenapa dia sangat tidak asing bagiku.

Rambut cokelatnya, postur tubuhnya, baju yang dia pakai. Itu Pelangi?! 

Ah jangan bilang ini lagi-lagi di dunia mimpi.

Langkahku urung kulanjutkan menuju tempat pemesanan dan beralih pada gadis itu. Mendekatinya perlahan sambil pikiranku tak berhenti bertanya. Benar Pelangi atau bukan?

Gadis itu tiba-tiba menengok dan malah menatapku kesal. Mungkin karena aku berjalan mengendap-endap ke arahnya.

"Jam berapa, Mas, janjinya?"

Mas?

Tunggu! Suara itu?

"Kanaya?" Tanyaku sedikit ragu.

Benar itu Kanaya. Suaranya aku kenal sekali. Aku juga mengenal bibir itu.

Maksudku. Aku pernah mengamatinya.

Maksudku, bentuk bibir itu menjadi pembeda yang cukup jelas antara Kanaya dan Pelangi. Meskipun sekarang dengan polesan warna yang malah menambah kesamaan mereka.

"Mas Saka!"

"Oh iya!" Aku kaget, tadi melamun lagi. "Kamu udah pesen?" Tanyaku asal, mengabaikan mataku yang jelas-jelas melihat segelas jus berwarna merah muda yang sudah tinggal separuh.

Kanaya tidak menjawab. Dia malah membuang pandangannya, berhenti menengok dari arahku yang masih berdiri satu meter di belakangnya.

Segera aku duduk di kursi yang berbatas meja bundar di dengan kursi yang diduduki Kanaya. Sadar dengan tamu yang baru datang. Seorang pramusaji datang dengan sebuah buku menu berwarna hitam.

"Silahkan, Kak, pesanannya." Kata pria yang sepertinya lebih muda dariku itu sambil meletakkan buku yang tadi dibawanya.

"Kamu mau pesen lagi, Nay?"

Mengganti Pelangi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang