Extra Part 3: Kanjeng Nay

454 38 16
                                    

Halo semuanya!
Ada kah yang masih berharap sama Extra Partnya cerita ini? 🤗
Sorry ya, kayaknya agak lama banget aku ngangguri Sakanaya. Terlalu nyaman nulis cerita sebelah sih.
Ini aku up lagi satu Extra Part.
Semoga kalian suka!
Jangan lupa votenya
❤️❤️

POV: SAKA

Baru tujuh puluh menit pertandingan berjalan, ponselku sudah bergetar berkali-kali. Sejak tadi kepalaku agak mendongak tak beralih dari layar 43 inchi yang di pasang sedikit ke atas posisinya. Pertandingannya terlalu seru untuk kulewatkan dengan mengecek notifikasi ponsel. Semoga saja cuma notifikasi dari aplikasi marketplace.

Jalan menit ke delapan puluh, intensitas serangannya cenderung menurun. Agak membosankan, jadi aku mengeluarkan ponsel dari saku. Mataku langsung melotot saat mendapati belasan pesan masuk dari Kanaya. Dia juga beberapa kali menelfonku. Aduh mati aku kalau begini kondisinya.

Kubaca setiap pesan yang Kanaya kirimkan sejak tadi. Mulai dari dia yang menanyaiku mau pulang jam berapa, lalu berubah jadi pertanyaan berapa menit lagi pulangnya, lanjut jadi dia menyuruhku pulang saat itu juga, dan pesan terakhirnya adalah satu kata, 'PULANG!!!'. Ya, ditulis dengan mode capslock aktif lengkap dengan tiga tanda seru. Pertanda buruk.

"Kenapa muka lo jadi aneh gitu, Sak? Mendadak kangen sama Awan?" tanya Kian dengan begitu asalnya.

"Punya mulut seenaknya banget kalau ngomong!"

Kian malah tertawa sendiri. Entah dimana letak kelucuannya kalau memang aku kangen sama Awan yang udah lama banget gak kasih kabar. 

"Lo kenapa?" Kian bertanya lagi.

"Ditelfon kanjeng nyonya." 

"Yaudah pulang, gih! Awas gak dapet jatah sebulan kedepan."

Semakin merinding lah aku mendengar omongan Kian. Bisa-bisa Kian yang seorang perjaka tua ini mengerti masalah jatah-jatahan.

Oh ya, kami berdua sedang ada di cafe yang mengadakan acara nobar final Champions-League. Aku juga sudah mendapat izin sebenarnya dari Kanaya untuk keluar bareng Kian. Jadi gak tau lah kenapa aku ditelfon di tengah pertandingan seperti ini. Lagian keluarnya juga gak sampai 3 jam harusnya. Tadi berangkat dari jam 1, dan janji akan pulang sebelum subuh. Sebentar kan?

Ini pertandingan juga kalau mau ditinggal, nanggung, sepuluh menitan lagi selesai. Tapi kalau aku gak pulang, bisa-bisa ucapan Kian tadi jadi kenyataan.

"Pulang, Sak! Awas aja lo bawa-bawa nama gue kalau sampai Kanaya ngamuk."

Kian kayaknya sudah mulai frustasi. Beberapa kali Kanaya menelfonnya untuk mengonfirmasi, apakah kami beneran nongkrong bareng. Istriku itu memang begitu, kelihatan banget dia lebih percaya sama Kian daripada suaminya sendiri. 

"Astaga, Saka. Pulang gak lo!"

Sebenarnya tadi aku sudah berdiri, cuma sayang banget, tim jagoanku baru saja melakukan serangan balik. Nyaris saja gol tadi. Saat pengunjung lain mulai bersorak, mana mungkin aku bisa beranjak dengan tenang.

Aku akhirnya baru pulang setelah pertandingan benar-benar selesai. 

"Hati-hati ya, Sak!" kata Kian waktu aku sudah naik ke atas motor dan mulai memakai helm fullface-ku.

Mengganti Pelangi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang