50 Atur Tanggal

231 21 5
                                    

POV: SAKA


Kami berhenti di salah satu supermarket yang khusus menjual produk segar seperti daging, buah, dan sayur. Kata Kanaya rumah Brian harusnya tinggal lima menit lagi dari toko bernuansa hijau ini. Sebenarnya ini ideku. Kanaya tadi niatnya cuma mau beli di minimarket untuk beli roti dan susu. Gak menyalahkan sih, namanya juga kantong anak sekolahan, apalagi kalau urusannya mendadak seperti ini.

"Brian suka apa, Nay?" tanyaku sambil mengamati berbagai buah-buahan dengan warna yang menyegarkan mata.

"Apel sama pisang sih, Mas. Tapi kalau dijus biasanya lebih suka alpukat, apalagi kalau dikasih susu cokelat yang banyak. Biasanya Brian bilang mintanya gak pake gula, padahal SKM kan isinya gula semua ya?" terang Kanaya lalu tertawa.

Aku mengangguk tersenyum di muka, tapi remuk di hati. Kanaya bisa sedetail itu tahu tentang kesukaan Brian. Kalau kutanya kesukaanku, dia bisa sedetail itu nggak ya? 

"Jadi kita beli apel, pisang, apa alpukat?"

"Kalau ketiganya dijadiin satu parcel bisa kan ya, Mas?" 

Ini aku berasa dianggep karyawan toko, bukan pacar. "Bisa harusnya."

"Eh itu cokelat dijual nggak ya, Mas?" Kanaya menunjuk berbagai varian cokelat merk lokal yang dipajang di salah satu rak.

Fix, kamu cuma dianggep karyawan supermarket Sak!

"Ya dijual dong, Nay."

"Brian suka banget yang cashew.

Miris sekali nasibku. Kanaya dari tadi terus-terusan gak sadar menyakitiku dengan menyebut berbagai hal tentang Brian. 

Stay cool, Ajisaka!

You can do it!

"Cuma ambil satu?"

Kanaya mengangguk dan meletakkan sebatang cokelat itu ke troli yang kubawa. Kalau cuma satu cuma ngotorin gigi gak sih? Langsung kuraih belasan batang lagi dan menjatuhkannya di troli. Tau Kanaya akan merespon buruk, aku langsung kembali mendorong troli ke area buah-buahan dan mengambil satu sisir pisang dan sekitar sepuluh buah apel fuji. Tinggal alpukat.

"Heh!" Kanaya tiba-tiba menepuk pundakku sambil membawa tiga buah alpukat. "Banyak banget, Mas! Tabunganku bisa-bisa habis!"

"Cuma ambil tiga?" Aku sengaja mengalihkan pembicaraan. Takutnya Kanaya memaksa untuk mengembalikan semua belanjaanku.

Kanaya mengangguk lalu meletakkan alpukat yang tadi didekapnya ke dalam troli. Aku menengok ke arah Kanaya datang tadi dan disanalah apukat dengan berbagai jenis dan ukuran bersemayam.

"Ambil lagi, Nay!"

"Udah cukup, lagian Brian badannya gak segede Mas Saka. Makannya dikit dia. Makan bakso aja gak pernah habis."

Brian makannya dikit, makan bakso gak pernah habis. Info sederhana yang lagi-lagi membuat dadaku sesak.

"Ambil empat lagi, biar dia gedean badannya."

~

Sejak turun dari mobil, Kanaya sepertinya sudah tidak sabar sekali ingin bertemu Brian. Bahkan dia lupa untuk membantuku yang kesulitan membawa gunungan parcel berisi buah dan cokelat. Agak emosi aku waktu menutup pintu dengan cara mendorongnya dengan kaki. Gak tau lah itu pintunya sudah tertutup sempurna atau belum. Perkara dibobol orang urusan belakangan.

Masuk ke halaman rumah, kami sudah disambut Diah dan dua orang yang masih asing. Bukan kami sih, Kanaya aja yang disambut. Aku cuma tukang angkat parcel.

Mengganti Pelangi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang