9 Cara Awan

618 49 14
                                    


Happy Reading!



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


POV: AWAN


"Permisi, Mas." Seorang wanita meletakkan cangkir dengan minuman panas berwarna hijau di dalamnya. Gue tersenyum melihat isi cangkir itu. Matcha Latte, minuman favorit Pelangi.

Semua orang punya caranya sendiri untuk menghilangkan duka, kan? Ayah akhir-akhir ini jadi gak pernah nolak perjalanan dinas. Padahal sebelumnya beliau paling anti kalau sudah ditugaskan ke luar kota, hari ini malah sudah ada tugas di Medan. Kalau Ibu yang paling mencolok adalah jadi jauh lebih rutin ikut kegiatannya ibu-ibu seperumahan. Pengajian, masak bareng untuk kerja bakti, sampai sekedar kumpul dari rumah ke rumah, hampir tidak ada yang dilewati.

Mau tau cara gue?

~

Wanita tadi lalu memilih duduk di samping gue dan memepetkan badannya. Gerakan itu sama sekali gak gue respon. Gue memilih menyesap minuman dalam cangkir tadi. Rasa minuman saset yang gak asing. Agak kecewa tapi, ya sudah lah.

"Mau sekarang atau nunggu habis, Mas?" Tanyanya sambil menyentuh lutut gue dan menjalar ke paha.

Reflek, gue tangkis tangan itu lalu bergeser menjauh. Tampak ekspresinya yang malah tak suka dengan perlakuan itu.

"Kan di chat gue tadi udah bilang, kita cuma ngobrol aja!" Bentakan gue membuatnya tersentak lalu menunduk.

"Kan itu sebelum ketemu langsung, Mas."

"Gue udah bayar lo ya!"

"Ya udah saya kembaliin uangnya, Mas. Tapi kita lanjut dulu, ya? Saya yang gerak aja. Masnya tinggal duduk manis aja, nikmatin."

"Hah?" 

Gila ini orang!

Gue sudah gak tau harus berbuat apa lagi. Emang salah pilih gue. Orang ini terlalu rusak.

Gue ambil jaket kulit yang tadi tergantung di dekat pintu lalu keluar tanpa sepatah katapun. Biar rugi sudah bayar wanita tadi ditambah bayar kamar, gue ikhlas.

Ya! Inilah cara gue.

Orang-orang terlalu mengenal Awan Mahendra sebagai sosok yang kuat. Gue anak pertama. Sejak kecil gue sudah terbiasa melindungi dua adik cewek gue. Bertahun-tahun gue pasang badan demi mereka. Bertahun-tahun gue membangun image sebagai sosok tangguh di mata orang-orang sekitar. Cari saja siapapun temen gue, gak akan ada satupun dari mereka yang pernah dengerin curhatan menye-menye gue.

Dan sekarang Image yang sudah gue bangun bertahun-tahun itu malah jadi dinding penghalang bagi gue untuk berbagi rasa sakit ditinggalkan Pelangi. Akan seperti apa respon mereka kalau tahu Awan yang tangguh itu ternyata punya sisi rapuh?

Mengganti Pelangi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang