7 Tamu

759 44 13
                                    

Kanaya menyipitkan mata saat terbangun langsung dihadapkan dengan pemandangan matahari yang hampir tenggelam di ujung lautan. Tanpa mengalihkan pandangan dari langit yang berwarna jingga, Kanaya menyeret badannya agak mundur. Mensejajarkan dirinya dengan Saka yang selonjoran di sebelahnya. Ia lalu merebahkan pipinya di bahu kiri pria itu. Menikmati senja di pantai ini sepertinya akan menjadi hobi baru Kanaya.

"Ini kamu gak mau, sayang?" Tanya Saka sambil sedikit bergerak ke arah kanan seperti hendak meraih sesuatu di sana. Gerakan itu malah membuat Kanaya menegakkan badannya. Juga Ia dibuat bingung dengan panggilan 'sayang' yang baru saja Saka sebut.

Kanaya mencondongkan badannya ke depan. Hendak mengintip apa yang ingin Saka raih barusan. Tapi Ia malah menemukan Pelangi duduk sisi kanan Saka. Di antara mereka berdua ada sebuah kotak cukup besar dengan isi makanan komplit yang terpisah oleh beberapa partisi. Partisi pertama yang paling besar diisi nasi goreng yang sepertinya cukup porsinya untuk 3 orang. Di partisi lainnya ada beberapa biji anggur hijau, dan di partisi terakhir terdapat beberapa potong cookies dengan taburan almond. Sepotong cookies sudah berada di tangan Saka. Ia tampak bahagia sekali setiap selesai menggigit cookies. Senyumnya tak pernah hilang setiap Saka mengunyah makanan manis itu.

Kanaya malah bingung dengan kondisi ini. Kenapa Ia malah ada bersama Saka dan Pelangi di pantai ini. Ia bahkan tak mengingat bagaimana tadi Ia bisa tiba-tiba terbangun di pinggir pantai. Dan entah setan apa tadi yang menyuruhnya menyandarkan kepalanya di bahu Saka begitu saja.

Kanaya melihat lagi ke sisi kanan. Ternyata Pelangi juga memandanginya. Tak ada ekspresi apapun di wajah kakaknya itu. Membuat Kanaya semakin bingung dengan keadaannya. Tapi Saka kenapa seperti tak menyadari keberadaannya. Pria itu bahkan tak menoleh ke Kanaya sama sekali, bahkan saat Pelangi sejak tadi tak berhenti menatap Kanaya.

Pelangi terus menatap kosong ke arah adiknya, sampai sebuah telapak tangan hinggap di pipinya. Pelangi mengalihkan pandangannya ke si pemilik tangan itu. Senyum manisnya langsung terukir begitu tatapan mereka bertemu. Tangan Saka kemudian menarik lembut wajah gadisnya itu untuk lebih dekat. Pelangi memejamkan mata, tanpa melepas senyumnya.

Kanaya memang tak memiliki pengalaman, tapi tidak sepolos itu hingga tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh kakaknya bersama Saka.

"DOSAA!!!" Teriak Kanaya sambil hendak mendorong tubuh dua orang.

Tapi dorongan itu malah membuat Kanaya terduduk di atas kasurnya. Mimpi lagi. Kanaya mulai merasa ada yang tidak beres dengan mimpinya. Karena entah mengapa semua itu terasa begitu nyata. Tadi bahkan Ia memang benar-benar merasakan duduk di pasir pantai yang cukup kasar.

Kanaya menyipitkan matanya saat kamarnya mulai terlihat terang. Tempat tidurnya juga mulai terasa panas mungkin karena sejak tadi cahaya matahari sudah mengenainya. Jika dilihat di balik jendela kamar, sudah terik sekali. Mungkin sudah jam 11.00 pagi. Kanaya memang baru tidur jam 5 pagi tadi. Semalaman Ia mengerjakan soal dua bab modul bimbelnya. Setidaknya sekarang Ia tidak perlu pergi bimbel dulu. Sudah lama Ia tidak merasakan hari minggu karena ada kewajiban ikut bimbel untuk persiapan tes masuk universitas. Dua bab yang semalam Ia kerjakan adalah 1 bab yang diberikan minggu lalu dan 1 bab lainnya seharusnya diberikan hari ini.

Oh mungkin karena rasa capainya mengerjakan semua soal itu yang membuat Kanaya malah bermimpi seaneh itu. Begitulah setidaknya kesimpulan Kanaya untuk sekarang. Ia mencoba menepis sekilas pemikiran lain di kepalanya tentang arti mimpi itu. Tentang Pelangi yang marah dan tidak terima Kanaya semakin dekat dengan Saka. Pikiran itu coba Kanaya tolak mentah-mentah. Jelas-jelas saat itu Saka bilang bahwa Kanaya adalah orang yang paling Pelangi sayangi. Awan juga pernah mengatakan bahwa mimpinya ini karena Ia dan Pelangi tengah saling merindukan.

Gadis itu lalu melangkah malas untuk menggapai pintu kamar. Kemudian munuruni tangga untuk menuju dapur. Perutnya sudah bergetar sejak bangun tadi. Sekilas rumah tampak sepi, hanya terdengar suara Awan yang sepertinya ada di ruang tengah.

Mengganti Pelangi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang