29 Reog Mini

465 21 7
                                    

9 Tahun Sebelumnya

POV: SAKA



Capek sekali malam ini. Niat hati jalan berdua dengan Pelangi, tapi malah dapat amanah menjaga bocil kematian bernama Kanaya. Semua ya gara-gara celetukan Awan 2 jam yang lalu. Saat aku baik-baik, rapi, wangi, dan membawa martabak sebagai pelicin, meminta izin ke Om Arif untuk mengajak Pelangi ke pasar malam. Tiba-tiba saja Awan nyeletuk, "sekalian aja bawa Kanaya, katanya pengen banget naik kudanil." Tentu saja si bocah yang dimaksud langsung merengek mau ikut. 

Kalau dibilang susah menjaga Kanaya, sebenarnya tidak juga. Cuma aku tadi sedang lupa bawa tali tambang. Harusnya aku bawa saja, jadi Kanaya tinggal diikat ke pohon beringin di pojok lapangan. 

Ya namanya juga manusia, seringnya apes. Bukannya berduaan mesra dengan Pelangi, aku malah kewalahan mengejar Kanaya yang tipenya seperti ninja kura-kura. Ada saja adegan aku belum sempat menyusulnya, dia tiba-tiba sudah ada di titik lain. Entah ajian apa yang bocil satu ini kuasai sampai bisa teleport seperti itu.

Untung saja kakaknya cantik. Kalau nggak ya... kubeliin tali tambang buat beneran ikat dia di pohon beringin. 

Ada lagi adegan Kanaya mau naik kudanil untuk kedua kalinya, karena saat pertama tiba tadi memang sudah kuturuti kemauannya. Kudanil disini yang dimaksud adalah salah satu dudukan wahana komedi putar yang memang berbentuk kudanil berwarna pink. Murah sih sebenarnya, cukup 5000 sudah bisa naik sekitar 10 kali putaran mungkin. Tapi bukan itu masalahnya. Entah ada inspirasi dari mana dia menyuruhku untuk ikut naik di sebelahnya. Kan malu ya? Muka tampan berwibawa begini malah naik kudanil pink. Tapi yang lebih kasihan sebenarnya Pelangi. Kanaya menyuruhnya naik zebra yang ada tepat di depan kami. Jadi ceritanya, aku dan Kanaya sedang mengejar penjahat yang menaiki zebra. 

"Kamu tidak bisa merebut pangeran dari aku penjahat!" Teriak Kanaya ke kakaknya. Bener-bener teriak, jadilah semua orang menengok ke arah kami. Tapi gak masalah, karena sekarang dia memanggilku pangeran. Seenggaknya bukan om jelek lagi.

Beres dari komedi putar untuk kedua kalinya, kami bingung mau kemana lagi. Eh, aku yang bingung. Pelangi sih santai saja kelihatannya. Ia malah menikmati sekali, mencoba setiap wahana dengan Kanaya. Mereka tak lepas bergandengan sejak tadi. Aku mah yang tinggal menggandeng dompet saja yang penting. Miris sekali. 

Keputusan finalnya, wahana komedi putar tadi adalah wahana terakhir. Aku mengajak Pelangi pulang. Sesuai kontrak dengan Om Arif tadi, sebelum jam 9 sudah harus di rumah. Ini pertama kalinya aku keluar bareng Pelangi dan malah bersyukur harus pulang cepat. Okay, next kalau mau mengajak Pelangi lagi mungkin aku cukup izin via telfon ya. Ngeri juga dapet titipan kayak hari ini. 

"Itu reog ya om?" Tanya Kanaya kecil sambil menunjuk topeng reog kecil yang dipajang di diniding salah satu stand. Lebar totalnya mungkin sekitar 30 cm. Jauh lebih kecil dibandingkan reog sebenarnya. Sepertinya target marketnya ya bocil seumuran Kanaya ini.

"Iya." Jawabku malas karena masih saja dia memanggilku om.

Kanaya langsung berlari mendekati stand yang memang menjual macam-macam mainan. Topeng reog tadi salah satunya. 

"Mau liat reog, Mas!"

Kanaya memanggil penjaga stand itu dengan sebutan mas saja sudah membuatku sakit hati. Padahal jelas-jelas orang itu jauh lebih tua dariku. Mungkin tiga puluh tahunan kalau kutebak.

Orang itu lalu mengambil topeng yang ditunjuk dan memberikannya pada Kanaya. Si bocah langsung kegirangan. Dipasangnya topeng itu ke wajahnya, tali hitam di belakang topeng itu lalu Pelangi bantu ikat ke kepala adiknya.

Mengganti Pelangi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang