34 Saka Galau

301 21 3
                                    


Saka sejak tadi menyandarkan badannya ke punggung sofa. Laptopnya menyala, menampilkan data di Microsoft Excel yang sejak satu jam yang lalu tidak ada perubahan apapun. Beberapa rekannya yang tadi melihatnya hampir tak bergerak sama sekali jadi khawatir. Mau dibilang pingsan, tapi matanya terbuka lebar, jarinya juga mengetuk meja sesekali.

Harapan orang-orang disana sekarang cuma Dion. Karena hanya Dion yang memiliki keberanian untuk menegur bos baru satu itu. Sayang saat semua membutuhkannya, Dion menghilang, kayak Avatar. Ia berangkat pagi tadi untuk mengantar paket sekalian bingkisan yang sepertinya kado untuk si mbak admin ekspedisi.

"Mas Dion...!" Pekik Kezia saat Dion masuk dengan cerianya. Ia bolak-balik melempar kunci motor ke atas, lalu ditangkapnya lagi.

"Hmm?" Dion berhenti di tengah ruangan yang dulunya adalah ruang tamu tapi sudah disulap agar bisa lebih nyaman bagi orang-orang dalam mengoperasikan laptop.

"Mas Saka kesurupan kayaknya, tolongin gih!" Ganti Leni yang duduk sebelahan dengan Kezia berbicara.

Dion mengernyitkan kening. Manusia macam Saka mah sudah terlalu halus untuk dirasuki makhluk halus. Sulit dibayangkan seorang Saka merangkak di tanah lalu mengaum seperti macan. 

"Lagi galau kali." Sanggah Dion, lalu melenggang masuk ke ruang pribadi Saka tanpa menunggu respon apapun lagi.

"Kenapa, bos?" Tanya Dion begitu menutup pintu. Saka masih melamun menatap langit-langit. Sama sekali tak ada tanda mau menjawab. "Woy, jangan sampe kita gak digaji gara-gara bosnya hobi ngelamun gini ya!"

"Diem, Dim. Lagi mikir keras nih." Katanya, tanpa menengok siapa yang berbicara.

"Dam dim dam dim. Gue Dion, woy!"

Saka menengok sekilas, lalu kembali menatap plafon. Benar-benar tak menyesal baru saja salah panggil nama orang.

"Perasaan gue berangkat tadi lo baik-baik aja." Dion duduk di kursi di depan bosnya. Ia tadi memang sempat berpamitan saat akan mengirim paket dari penjualan mereka di marketplace. "Stress lo gue tinggal?"

"Tadi bawa kado pas nganter paket? Isinya apaan?" Saka mendadak menatap Dion penasaran. 

"Ngapain lo nanya begitu?" Dion mulai berpikir harus lebih profesional setelah ini, sepertinya Saka akan mempermasalahkan kegiatan rutinnya menemui Farah, si admin ekspedisi.

"Ya penasaran aja isinya apaan. Buat cewek kan?"

Dion mengangguk. "Sepele lah, Sak, gak nyampe 100 ribuan. Malu gue mau ngomong. Yang ada lo ketawa ntar."

"Yang penting niat kita ngasihnya kan? Lagian aku lagi mikir hadiah apa yang dilihatnya gak dari harga. Sekiranya nanti dia gak langsung ngecek harga di Google." Jelas Saka sambil tersenyum tipis.

"Ya lo baca puisi aja depan rumahnya!" Saran aneh Dion langsung diproses oleh otak Saka. Dibayangkannya Ia sedang berdiri di depan rumah Kanaya sambil membaca puisi cinta keras-keras. Kanaya menyambutnya sambil mengumbar senyum manisnya, lalu memeluknya mesra. Saka otomatis tersenyum. Tapi otaknya memproses lagi apa yang bisa terjadi setelah itu. Sebuah sapu terbang dan mengenai badannya. Awan berlari dari dalam rumah sambil membawa pipa besi yang biasa dibawanya saat tawuran dulu. Ngeri ah.

"Jelek banget kalo ngasih saran."

"Ya lo mau ngapain lagi? Ngundang reog?"

Reog? Saka langsung terpikir sesuatu kala kata itu disebut.

Ekspresi Saka berubah antusias. "Ide bagus! Punya kenalan sanggar reog gak?"

Dion hanya menggelengkan kepala. Dikasih ide sesimpel baca puisi gak terima, malah mau ngundang reog.

Mengganti Pelangi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang