28 Cemburu

519 22 10
                                    

Kanaya memencet bel yang ada di salah satu sisi pagar tembok  bercat abu-abu. Ia baru saja menyerahkan helm ke pengemudi ojek online yang tadi mengantarnya. Agak lama Kanaya hanya berdiri di depan pagar. Ia memencet lagi bel lalu kembali bersedekap sambil mulutnya komat-kamit mengikuti lagu yang sedang Ia putar. 

Tak mendapat respon apapun, Kanaya mengintip celah diantara gerbang berbahan kayu. Di dalam ada mobil SUV putih dengan aksen hitam, terparkir rapi di sisi samping kanan bangunan utama.

Setelah itu seorang perempuan keluar dari pintu depan lalu setengah berlari ke arah gerbang. Itu Wanda. Wanita itu langsung menggeser gerbang yang sebenarnya tidak dikunci. Ia lalu mematung saat sudah melihat tamu yang datang.

"Nay? Kok gak ngabarin dulu mau kesini?" 

Kanaya menyengir. "Surprise!"

Kanaya sampai di rumah Saka tepat setelah adzan Isya. Ia baru dengar tadi pagi kalau Saka sudah pulang dari rumah sakit. Jadi niatnya hari ini Ia berniat untuk meminta kejelasan langsung dari Saka. Karena bagaimanapun, Kanaya percaya Saka tidak akan setega itu.

Wanda malah menunjukkan raut wajah bingung sekarang. Ia bolak-balik menengok ke arah rumah seperti ada sesuatu yang Ia cemaskan di dalam sana.

"Nay, kita makan yuk! Aku lagi pengen makan mie ayam nih." Ajak Wanda.

Kanaya malah mengangkat bingkisan berbalut kresek putih di tangan kanannya. "Kebetulan aku bawa mie ayam, Mbak!"

Wanda tampak pasrah dengan itu. Didorongnya lagi gerbang di belakangnya sehingga membuka ruang yang lebih baginya dan Kanaya untuk masuk. "Ayo, Nay!" 

Wanda berjalan lebih dulu. Kanaya mengikutinya sambil menenteng mie ayam yang dibelinya di depan tadi. Sebenarnya itu untuk Saka, karena Kanaya tidak tahu Wanda ada di rumah ini. Untung Ia juga membeli anggur hijau di toko buah dekat rumahnya tadi.

Kanaya akhirnya duduk di meja makan. Tak lama Wanda sudah kembali dengan dua set mangkuk dengan sendok garpu. 

"Saka udah tidur kayaknya, Nay. Maaf, ya." Sesal Wanda setelah Ia juga duduk berhadapan dengan Kanaya.

Kanaya memandangi sekelilingnya. Memang tampak sepi sekali rumah ini. Tapi agak aneh kalau Saka jam segini sudah tidur. Kanaya memang belum terlalu kenal dengan pria itu, tapi setahunya dulu Saka sering begadang di rumahnya. 

"Aku juga habis ini mau pulang. Kasian Raka di rumah cuma sama Mas Aldi."

"Aku ikut pulang juga kalau gitu."

Wanda tersenyum tipis lalu mulai menyendok mie ayam yang sebelumnya sudah Ia tambahkan kecap dan sambal tambahan sampai warna jadi sangat keruh. 

Ada yang aneh sebenarnya dari tingkah Wanda sekarang ini. Ia seperti mengkhawatirkan sesuatu. Kanaya juga sadar kalau beberapa kali perempuan berdaster selutut itu menengok ke salah satu ruangan yang pintunya sedang tertutup. Sepertinya itu kamar Saka.

"Lulus SMA mau kuliah dimana, Nay?" Sebuah pertanyaan template kalau bertemu dengan anak kelas 12.

Kanaya mengedikkan bahu. "Kampusnya aku belum berani ngomong sih, Mbak, takut ditolak. Tapi aku pengen banget masuk jurusan Desain Komunikasi Visual."

"Oh ya? Jago gambar dong kamu?"

"Biasa aja sih, Mbak." Kanaya terkekeh malu. "Tapi dibandingkan berhitung sama menghafal, aku lebih suka gambar."

Mereka lalu tertawa bersamaan.

Mungkin mendengar suara tawa itu, pintu yang sejak tadi bolak-balik diawasi Wanda malah terbuka.

Saka muncul dari balik pintu. Mengenakan kaos tanpa lengan berwarna abu-abu, dengan celana santai selutut. "Itu Bang Aldi dateng, Mbak? Bawa Ra-" Kalimatnya tercekat saat menyadari yang datang adalah Kanaya. Kanaya justru melihat wajah Saka seperti bukan bangun tidur, tampak segar sekali. 

Mengganti Pelangi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang