Note: Cerita ini ditulis dengan lini waktu tahun 2008-2009. Saat itu, ponselnya sudah mulai Blackberry, Apple is a new thing, baru peluncuran (Makanya Darma yang mau mulai dapat kecaman karena dianggap 'nggak akan laku') Media sosial yang ada cuma Facebook untuk pribadi dan Twitter yang masih 140 karakter. Selamat bernostalgia buat kamu yang pernah merasakannya! hehe
*
Darma menghela napas sekeras-kerasnya ketika rapat pagi itu berakhir dan tamunya keluar dari ruangannya. Mulutnya menguap lebar-lebar sementara tangannya memangku kepala. Sejak pagi tadi, Darma belum sempat membeli kopi. Ia langsung ditodong rapat tak berkesudahan.
Lelaki itu menutup matanya sekilas. Meresapi arti istirahat walau hanya sebentar. Rasanya, Darma ingin melempar tubuhnya di atas sofa dalam ruangannya lalu tidur siang saja. Kepalanya tak kuasa menahan kantuk dan tubuhnya lemas sejadi-jadinya akibat tidak tidur semalaman.
Pembukaan DigiPro tinggal menunggu hitungan minggu. Ia harus berupaya semaksimal mungkin agar semuanya berjalan sebaik-baiknya. Tetapi, masih banyak hal yang kurang di mana-mana. Apalagi, produk ponsel pintar berlayar sentuh dengan logo apel itu masih sangat baru di Indonesia.
"Orang-orang masih suka Blackberry, kamu harusnya bikin authorized Blackberry aja."
Tetapi, Darma bersikeras bahwa Blackberry bisa dipastikan akan tergerus dalam beberapa tahun lagi.
"Permisi, Pak..." Suara lembut mengganggu Darma yang hampir tertidur di atas meja.
Darma mendongak. Ketika matanya mendapati Sela—asisten pribadi sekaligus sekretarisnya—berdiri, hatinya cemas. Ia berharap tidak ada orang lagi yang mengantri untuk bertemu dengannya.
"Ada Bu Salsa dari Dream Sky sudah menunggu di depan." Sial, permohonan yang ia tunaikan tidak dapat terwujud.
Darma mengambil napas. Ia menepuk-nepuk pipinya sejenak untuk meredakan kantuk.
"Bisa saya persilahkan masuk sekarang atau..."
"Iya, suruh masuk aja," ucap Darma cepat.
Dream Sky.
Darma menarik napas lalu menghela sekeras-kerasnya. Kasus skandal yang menimpanya kemarin membuat semua semakin berantakan ke mana-mana. Ia tidak mengerti mengapa ia juga terseret dalam permasalahan tersebut. Dirinya di sana sama dengan tamu-tamu yang lain yang tidak tahu menahu tentang proses rekrutmen yang dilakukan. Hanya karena kedekatannya dengan Mikha tak lantas menjadikannya penjahat kelamin.
Dream Sky akan menjadi agensi perhumasan yang membantunya memperbaiki citra diri. Darma tidak mengerti alasan ayahnya mencarikan perusahaan lain dan tidak menggunakan agensi Red Blue yang dua tahun terakhir ini menjadi agensi perhumasan yang bekerja dengan Adhyaksa secara eksklusif. Mungkin, untuk memisahkan diri karena ini adalah kegiatan yang didanai secar personal.
Lamunan dan segala kontemplasi Darma terputus tatkala seorang perempuan masuk ke dalam ruangan. Mengenakan tanktop camisole warna hitam dipadukan dengan blazer biru muda bergaris putih dan celana jins putih senada, ia memberikan kesan smart casual yang khas.
Sesaat, Darma tercenung. Matanya menatap perempuan yang melenggang masuk ke ruangannya itu dengan langkah yang begitu percaya diri. Ia terlihat begitu memesona. Tubuhnya menjulang tinggi dengan bentuk tubuh yang benar-benar memanjakan mata. Ketika berdiri berhadapan, tingginya sampai se dahi Darma. Padahal, tinggi Darma saja sudah 180 sentimeter.
She's hot as fuck! Darma menelan ludah dibuatnya.
Darma memandang ke bawah. Ke arah kaki jenjang sang puan. Walau menggunakan sepatu berhak tinggi, setidaknya, tinggi perempuan itu mungkin hampir 170 sentimeter. Sesaat, Darma membayangkan bagaimana jika kaki itu membelitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reputation Rescue
RomanceADHYAKSA SERIES NO.1 *** Salsa merasa dirinya tertiban durian runtuh ketika tahu bahwa Dream Sky, agensi humas tempatnya bekerja memlihnya untuk menjadi koordinator tim crisis management di perusahaan Adhyaksa. Namun, siapa sangka, ternyata dirinya...