24. Moving (On)

19.8K 1.9K 138
                                    

Salsa tak menyangka kalau Darma benar-benar menepati omongannya untuk datang. Lelaki itu tiba di apartemen Salsa jam empat sore tepat ketika Salsa selesai membereskan pakaiannya. Salsa belum melakukan apapun kecuali mencatat barang yang mungkin akan ia belanjakan untuk kebutuhannya di sana.

Apartemen ini sudah fully furnished dengan beberapa alat elektronik pokok yang juga sudah cukup lengkap. Jadi, tak perlu banyak barang yang dibeli. Mungkin, hanya beberapa barang kecil seperti rak piring, panci dan alat makan juga gantungan baju untuk menjemur.

Darma melenggang masuk begitu saja. Mata Darma menatap ke sekeliling ruangan yang masih kosong. Apartemen itu tak terlalu besar. Hanya ada satu kamar tidur di sana. Ruang tamunya benar-benar kecil, dapurnya apa lagi. Bahkan rasa-rasanya, kamarnya saja jauh lebih besar dari apartemen ini.

Sejenak, ada sesuatu yang tertahan di ujung lidah Darma. Sesuatu yang kemudian ia urungkan; penawaran pada Salsa untuk tinggal di rumahnya. Ada banyak kamar di sana dengan luas yang jauh lebih besar daripada apartemen ini. Tetapi, kalimat Salsa hari itu membayangi Darma kembali.

You are nobody.

Kalau dipikir-pikir, Salsa juga bukan siapa-siapa untuk Darma. Perempuan itu... tak punya keterikatan apapun dengan Darma. Lalu, apa alasan kuat untuk mengajak Salsa tinggal bersamanya? Bukankah itu sama saja dengan mencederai harga dirinya?

"So, welcome!" Ucapan Salsa membuyarkan lamunan Darma yang masih menganalisa apartemen yang menurutnya lebih mirip sangkar burung itu. "Kayaknya si agen udah minta orang bersih-bersih, deh! Jadi, nggak banyak yang harus dikerjain. Palingan lantainya masih berdebu jadi harus dipel dan disapu, terus pasang sprei aja, sama ada beberapa barang yang harus dibeli, gue udah list down."

Darma mengangguk. Ia memerhatikan sekelilingnya. "Jadi, apa yang harus gue kerjain?"  tanya Darma menyingsingkan lengan.

Salsa memicingkan mata melihat Darma dan penampilannya. "Lo yakin mau kerja dengan baju mahal begitu?" Perempuan itu menunjuk pakaian Darma yang walaupun hanya mengenakan kaos dan celana pendek bisa ditaksir berharga jutaan.

Darma memiringkan kepala. "Nggak ada baju yang nyaman lagi buat kerja."

"Lo bisa pakai baju tidur lo."

"Nggak lucu pakai kaos belel ketemu sama lo sih, Sa," balas Darma sengit.

"Daripada begini?"

"Gue buka baju aja, apa?"

Mata Salsa membola ketika mendengar selorohan Darma. Perempuan itu langsung melempar sapu pada Darma dengan sebal. "Sana, nyapu!" ucapnya sambil menyembunyikan tingkahnya yang salah. "Terus ngepel sekalian!"

Darma terbahak keras-keras. Wajah Salsa yang memerah membuatnya merasa di atas angin. Lelaki itu mengambil sapu sementara Salsa terlihat masuk ke kamar dan memasang sprei.

"Kebalik tuh masangnya!" Dari depan, Darma berkomentar.

"Sok tahu!"

"Dikasih tahu nggak mau dengerin!" ucap Darma lagi sambil tetap menyapu di depan.

Salsa memutar bola mata. Ia mencoba menyamakan ukuran namun benar kata Darma, spreinya terbalik, membuat salah  satu sisinya jadi tidak muat.

Tawa terselip dari bibir Darma ketika melihat Salsa yang kesulitan. Ia meletakan sapunya lalu berjalan ke arah kamar. Lelaki itu mengambil sudut-sudut sprei. "Ayo, berdua."

Alis Salsa terangkat namun akhirnya menuruti apa yang Darma katakan. Perempuan itu tercenung sejenak.

Sejak dulu, ia punya mimpi kecil. Punya rumah yang hangat dan mengerjakan urusan rumah tangga bersama pasangannya. Memasak bersama, merapikan tempat tidur bersama, menonton lalu bercengkerama di sofa dengan hangat. 

Reputation RescueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang