"Now, Salsa." Suara berat itu menggema di udara. Nadanya begitu serius ketika mengucapkannya.
Salsa menegakan punggung. Ia menoleh ke arah sang empunya suara dengan raut sama seriusnya.
"Kamu mau es krim stroberi atau cokelat?"
Salsa meringis. Ia mendorong troli supermarket ke arah freezer box tempat Darma berdiri. Di sebelah Darma, ada Nolan yang ikut tersenyum lebar.
"Harus banget Haagen Dazs?" Salsa memutar bola mata sambil melirik dua pint Haagen Dazs yang Darma pegang. "Mending Campina yang neapolitan biar dapat tiga rasa."
Darma mendecih sebal sambil memasukan dua pint es krim masing-masing Dark Chocholate dan Strawberry ke dalam keranjang troli, menimbulkan tatapan protes dari Salsa dan senyum semringah dari Nolan.
Salsa mendesah keras melihat isi trolinya yang lebih banyak didominasi makanan manis. Sekotak besar Ferrero Rocher yang rasanya ingin Salsa ganti dengan Roka, permen Haribo yang ini Salsa ganti menjadi Yupi dan dua pint es krim Haagen Dazs yang tadi baru diletakan Darma. Dengan sedikit sebal, Salsa mendorong troli untuk memasuki lorong bagian produk daging segar di KemChicks. Sementara, Darma dan Nolan sudah menghilang untuk berburu makanan ringan di lorong sebelah.
Belanja bulanan jadi rutinitas mereka sekarang-sekarang ini. Beberapa bulan pasca keluar dari rumah sakit, banyak hal yang silih berganti datang.
Kerusakan atas apa yang Ben perbuat di apartemen membuat Salsa mau tak mau hengkang dari sana. Pemiliknya lumayan marah terkait barang-barangnya yang pecah. Walau sudah diganti sekalipun, Salsa tetap harus mengemasi barangnya. Hasilnya, Salsa jadi menginap di rumah Darma.
Awalnya satu bulan, dua bulan, lalu berlanjut hingga sudah memasuki bulan keempat. Salsa selalu menyatakan bahwa dirinya akan pergi dan mencari rumah baru. Walau demikian, Darma selalu mampu menahannya. Terutama, karena Nolan dan kedekatannya pada Darma.
"Nolan kan udah gede, masa tinggal di apartemen. Di sini kan enak, dia bisa main. Nanti, bakalan ada anak-anak kita yang lain main di sini." Kalimat Darma selalu sama. "Aku nggak masalah tidur terpisah sama kamu sampai kita nikah. As long as, kamu dalam pengawasanku. Aku nggak mau terjadi yang nggak-nggak sama kamu."
Tentang Ben sendiri, kabar terbaru dari Kresna, Ben sudah mendekam di penjara. Dan demi memperbaiki reputasi Darma, Salsa tidak serta merta membiarkan pendekaman itu begitu saja tanpa pemberitaan. Dibantu Naya—yang sekarang keluar dari Dream Sky dan jadi personal publicist untuk Kartika, Gayatri dan Adhisty—Salsa meminta tolong agar menyebarkan rilis terkait kasus perseteruan Ben dan Darma yang telah berakhir. Juga menyatakan posisi Darma sebagai pihak yang tidak bersalah.
Walaupun sentimen masyarakat tak bisa dikendalikan semudah itu, apalagi banyak yang berspekulasi bahwa Darma menyogok hakim, sepertinya, perlahan, gosip itu mereda. Berganti dengan aksi lain yang lebih seru.
Sayangnya, dari semua itu, ada satu yang belum terselesaikan: publikasi hubungan Salsa dan Darma.
Semua—kecuali Darma, tentu saja—sepakat bahwa bukan hal yang baik jika publikasi itu dilakukan dalam tempo yang cepat. Setidaknya, satu tahun. Waktu yang lama, memang. Namun, mempublikasikan kurang dari rentang tersebut masih cukup berbahaya. Jadi, mereka memutuskan untuk tidak terlalu mencolok saat-saat ini.
Sampai waktu yang tidak ditentukan. Tetapi, tidak masalah, mereka masih punya waktu sampai seumur hidup mereka, bukan? Lagipula, Salsa sendiri merasa, tidak ingin terburu-buru dan Darma cukup mengerti akan hal itu.
"All set! Nggak ada yang ketinggalan, kan?" Darma memeriksa trolinya lagi.
Salsa menggeleng seraya mendorong bersama-sama ke kasir. Sebuah kegiatan yang sejak dulu ia ingin lakukan, akhirnya satu demi satu tercentang. Tersampaikan bersama lelaki di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reputation Rescue
RomanceADHYAKSA SERIES NO.1 *** Salsa merasa dirinya tertiban durian runtuh ketika tahu bahwa Dream Sky, agensi humas tempatnya bekerja memlihnya untuk menjadi koordinator tim crisis management di perusahaan Adhyaksa. Namun, siapa sangka, ternyata dirinya...