23. Because Of You

18.1K 1.8K 26
                                    

"Udah mau pulang?"

Kalimat itu dilontarkan Darma malam ini. Lelaki itu berdiri di ambang pintu tanpa mengetuk sama sekali, ia menangkap  Salsa yang sudah siap dengan tasnya untuk pulang. Darma kali ini tampil dengan kemeja putih yang lengannya sudah digulung ke siku. Dua kancing teratasnya sudah terbuka, menampilkan dadanya.

"Lo masih mau ngetem di sini?" balas Salsa tanpa menjawab Darma. "Udah jam setengah tujuh."

Lelaki itu menghela napas keras. Senyumnya tampak menunjukan wajah lelah. "Tanggung. Biar nggak bawa pulang kerjaan," balasnya. "Kenapa? Mau nemenin?"

Salsa memutar bola mata. Hari ini, ia harus beres-beres karena unit apartemen yang ia sewa akhirnya bisa digunakan. Walau Tia tidak keberatan untuk Salsa tinggal lebih lama, Salsa merasa tahu diri dan butuh angkat kaki secepatnya.

"Ada apa ke sini tiba-tiba? Lo nggak datang cuma buat nanyain gue udah mau pulang dan minta ditemenin, kan?" tanya Salsa pada lelaki yang masih berdiri di ambang pintu itu.

Darma tertawa renyah karena merasa dibaca niatnya yang sebenarnya juga tidak terselubung itu. "Ya, tapi, boleh sekalian minta ditemenin, sih."

"Kalau nemenin lo, ogah! Gue capek! Mau tidur!" jawab Salsa cepat bahkan tanpa butuh berpikir. 

"Loh? Kan kerjaan lo setengah gabut."

Salsa ingin melempar batu tepat ke kepala Darma. Senyum tengilnya benar-benar menyebalkan. "Siapa yang tiba-tiba minta ganti isi rilis? Gue udah kirim sore kemarin, Pak Satya udah approved, Pak Aditya juga, Mbak Andin juga. Terus, tiba-tiba ada yang minta diselipin promosi terselubung DigiPro, coba siapa gue tanya?" cerocos Salsa sebal.

Hari ini, Salsa bisa gila karena tiba-tiba Darma meminta rilis ditambah informasi covert promotion terkait DigiPro yang akan launching ketika ia hampir menyebarkannya ke semua kanal berita. Salsa akhirnya merevisi rilis tersebut. Menambahkan di paragraf akhir bahwa Darma saat ini tengah berfokus pada pembukaan DigiPro yang akan menjadi salah satu authorized reseller produk Apple dan bersaing head to head dengan iBall yang sudah lebih dahulu ada di Indonesia sejak 2005.

Setelah terbirit-birit merevisi dan menunggu approval hingga hampir jam makan siang, Salsa langsung menyebarkan rilis tersebut. Mengingat pengiriman yang sedikit terlambat, Salsa mau tak mau harus bolak-bolak koordinasi dan menego ke beberapa media agar berita bisa dinaikan paling telat besok. Telinganya nyaris pengang karena harus menelepon satu per satu wartawan yang ia kenal dan mulutnya sudah kering akibat melobi agar bisa menaikan rilis tentang Darma tersebut.

Jadi, tidak! Salsa ingin pulang secepat yang ia bisa, membereskan barang-barangnya, lalu tidur cepat. Kepalanya panas dan ia butuh istirahat.

Darma mengangkat bahu dengan wajah tanpa rasa bersalah. "Kan, biar sekalian!"

"Tapi, nggak mendadak juga, kali!" gerutu Salsa sebal. 

"Jadi, nggak mau nemenin?"

"Nggak!" jawab Salsa lagi. "Gue mau istirahat."

"Dugem lagi?"

Mata Salsa membelalak. "Nggak, mau tidur! Kayak yang lo bilang, night life is not me at all!" Ia bergidik. "Kalau nggak karena dipaksa Venny dan Tia kemarin, gue ogah juga."

Darma mengangguk-anggukan kepala. "Ya, bener, sih. Lo bisa jadi sangat berbahaya kalau mabuk."

"Ng?" Tiba-tiba, Salsa seperti terhantam batu. Ia teringat cerita Tia tentang dirinya yang tiba-tiba mencium Darma karena ngelindur. Kini, ia menegang. Matanya menatap Darma dengan ngeri.

Reputation RescueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang