Warning: adegan kokop-mengkokop. Kalau lagi puasa, entar aja pas buka.
*
Suara keramaian terdengar memudar tatkala satu persatu meninggalkan rumah Darma. Adhisty dan Wira adalah yang paling terakhir melambaikan tangan tepat ketika Romi menjemput di depan rumah Darma.
Tubuh Darma berbalik. Ia menemukan Salsa yang juga sudah mengambil tasnya. Sedari tadi, ia terlihat paling santai. "Lo mau ke mana?" tanya Darma bingung.
"Pulang, nyari ojek atau taksi," jawab Salsa begitu santai.
Dahi Darma berkerut. Ketika Gayatri, Ramdan dan Adhisty menawari Salsa pulang, perempuan itu menolak. Darma pikir, Salsa ingin tinggal lebih lama di rumahnya.
"Kalau gitu gue balik du—" Tangan Salsa tertahan tepat ketika ia akan melewati Darma. Lelaki itu menggeleng pelan.
"Can you stay a little longer tonight?" tanyanya serak. "Or maybe, stay overnight here, with me?"
Salsa terlihat ragu. Sejenak, ia mengulum bibir sebelum mengangguk. Anggukan yang membuat Darma menarik tubuh sang puan ke dalam pelukannya.
Peluk itu begitu erat. Seolah pelukan itu menghapus semua beban berat yang selama itu datang selama dua minggu terakhir.
Salsa merasa begitu canggung. Dengan kikuk, ia mengangkat tangannya. Perlahan, membalas peluk Darma yang memberi kehangatan. Baru dua detik, air matanya tiba-tiba turun seperti bendungan yang pecah. Ia tidak tahu apa yang membuatnya menangis. Ia tak bisa mendefinisikan alasan jelasnya. Yang ia tahu, tiba-tiba, ia sesugukan dengan isak yang terlalu perih untuk didengar.
Darma masih memeluknya. Kali ini, lebih erat. Tangannya berada di puncak kepala Salsa. Membelai lembut rambutnya yang digerai lepas ke bawah. Tak ada kata yang terucap karena ia pertahanannya akan luruh di suku kata pertama yang ia ucapkan.
"I thought you left me." Salsa menggerung di dalam dekapan Darma. "I thought you went away."
"You know how much I love you, Sa. You know how much I want to be with you, how could I leave you alone?" Darma berkata dengan serak.
Salsa tersenyum getir ketika Darma berucap dengan senyum yang sama. Ia menghapus jejak-jejak air mata di pipinya. Mencoba mengambil napas dan menetral emosi.
"I miss you." Darma berucap dengan lembut. "You don't know how much I am longing for you. You can't imagine how hard I try not to think about you every time I close my eyes. That was killing me, thank God you are here now, with me."
Salsa tak bisa berucap. Ia mendapati Darma dalam wujud terlemahnya. Lelaki yang selama ini kuat, kini tak berdaya. Dia tak menutup-nutupi apapun yang berada di dalam hatinya. Ini Darma. Darmantara Adhyaksa Putra yang sebenarnya. Bukan sosok lelaki yang memakai topeng jahat dan kejam di kantor, atau sosok perfeksionis dengan segala kesempurnaannya sebagai pewaris utama perusahaan.
It just him, at the lowest.
Pelukan Darma semakin erat. Hanya itu satu-satunya yang bisa ia berikan. Ia bahkan tak tahu jika ini melanggar aturan atau tidak.
Seharusnya, melanggar. Seharusnya, tidak boleh. Ya, kan?
Perlahan, Darma mengurai peluk. Ia menangkup dua tangan di pipi Salsa. "Oh, I wish I could kiss you right now."
Salsa diam. Ia bergeming di tempat. Tatapan mereka mengunci satu sama lain. Sebelum Salsa yang berjinjit, menempelkan bibirnya pada Darma. Mata Darma membelalak kaget tetapi hanya sekian detik sebelum lelaki itu mengambil alih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reputation Rescue
RomanceADHYAKSA SERIES NO.1 *** Salsa merasa dirinya tertiban durian runtuh ketika tahu bahwa Dream Sky, agensi humas tempatnya bekerja memlihnya untuk menjadi koordinator tim crisis management di perusahaan Adhyaksa. Namun, siapa sangka, ternyata dirinya...