25. Let Me Go

19K 1.8K 58
                                    

Salsa mengerjapkan mata ketika ada sesuatu yang berat menimpanya. Perempuan itu menggeleng pelan. Kepalanya pusing luar biasa. Seperti terhantam batu keras, ia bahkan tak bisa mengangkat lehernya.

Dari jendela, ia melihat semburat mentari yang baru akan terbit. Mungkin, ini masih jam empat pagi. Atau lima? Salsa berencana mengambil ponsel namun tak tahu di mana ponselnya.

Perempuan itu mengambil napas pendek-pendek. Otaknya berusaha memutar kejadian apapun yang terjadi sebelum dirinya memejamkan mata.

Seingatnya, ia sedang beres-beres apartemen lalu...

Tunggu! Ia terlonjak saat tangannya langsung memegang kulitnya sendiri. Ia merasakan tangan lain melingkar di pinggangnya begitu erat. Ben? Bukan! Darma!

Sontak, Salsa langsung menengok ke belakang. Ke arah lelaki yang memeluknya tersebut. Ia menganga dengan pandangan nanar.

"DARMA! WHAT THE HELL WERE WE DOING?" teriak Salsa histeris. Ia menyisir rambutnya ke atas dengan wajah frustasi. 

Hantaman demi hantaman memori datang silih berganti. Cupcakes, champagne, a kiss and... fuck. Literally fuck. Ia bahkan bisa merasakan bekas-bekas percintaan mereka di area paha dan dadanya. Bekas kemerahan di berbagai titik di sekujur tubuhnya membuat Salsa nyaris pingsan.

No one gave her those things. Even, Ben. Aktivitas seks buat keduanya tak lebih dari penyatuan kelamin untuk menuntaskan hasrat sang tuan. Tak lebih, tak kurang.

Darma mengucek mata. Ia menatap Salsa yang kini pontang-panting mencari pakaian yang bisa ia pakai. Wajah Darma yang masih baru bangun tidur benar-benar seperti orang bodoh. Dengan kepala sama pusingnya, ia memicing ke arah perempuan di depannya.

"Ini jam berapa? Udah pagi?" gumam Darma setengah mengantuk. "Kenapa panik gitu sih, Sa?"

"What the hell? How could this thing happen?" Salsa masih histeris. Perempuan itu sudah mengenakan kaos dan celana pendek yang ia ambil dari lemari.

Darma mengambil napas, lalu menghembuskannya keras-keras. Ia berusaha sekuat tenaga mengumpulkan nyawa, kesadaran,  dan tenaganya sambil bangkit untuk duduk bersandar pada headboard. Matanya melihat ke arah Salsa yang seperti orang panik, Darma taruhan bahwa apapun yang mereka lakukan satu atau dua jam terakhir sebelum terlelap pasti terhapus dari otaknya. Typical.

Ada rasa sesak ketika melihat Salsa masih seperti orang tantrum. Ada rasa pahit ketika Darma sadar bahwa, apa yang mereka lalui tadi... hilang. Tetapi, ada yang lebih Darma takutkan daripada semua yang baru saja terjadi.

"You asked me to touch you." Darma berucap pelan. Ia merapel doa dalam hati. 

Please don't.

Please don't.

Please...

Darma bisa melihat Salsa yang tak bergerak. Perempuan itu juga tak bersuara. Hanya diam.

Hening. Sedetik terasa begitu lama. Darma menunggu dengan cemas.

Satu detik. Dua detik. Tiga detik. Lalu,  "What the fuck?"  Suara Salsa menggema. "I said what?"

Salsa membelalak. Ia menatap Darma dengan mulut terbuka, sedetik kemudian, ia menutup mulut sebelum tubuh Salsa tiba-tiba jatuh dalam posisi berjongkok. Ia menunduk. Menutup wajahnya dengan tangan sambil mengerang pelan. Ringisan juga terdengar keluar dari bibir sang puan. Napasnya berat dan pundaknya naik turun.

Darma tahu apa yang terjadi. Memori malam itu baru saja menghampiri Salsa seperti hujan deras yang tiba-tiba datang. Menghantam satu demi satu kewarasan dan akal sehatnya. Membuat Salsa mempertanyakan apa yang berada dalam kepalanya saat itu.

Reputation RescueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang