35. Loser

16K 1.7K 83
                                    

Selamat menjalankan ibadah Puasa! Ngomong-ngomong, banyak yang nanya, ini aman apa nggak buat puasa.

Part anuinu-nya kemungkinan nggak ada lagi. Kalaupun ada itu nanti di extras sih. Soalnya, aku pribadi gak menormalisasi apa yang Salsa dan Darma lakukan sampai Salsa ketok palu cerai sama Ben.

Dan dari awal, aku selalu bilang: akan ada tuaian karmanya buat mereka yang sebenarnya bisa terhitung selingkuh ini. Yaitu ya, masalah lebih besar lagi yang jadi konflik utama cerita ini sekarang.

Anyway, terima kasih sudah mendukung cerita ini.

*

Tak ada kabar dari Darma sesudah Salsa keluar dari ruangan. Ia tidak kembali ke ruangan. Atau, Salsa tidak tahu. Karena baru sepuluh menit kembali ke ruangannya, Sela mengabari bahwa ia dipanggil Andin.

Sesuai dugaan Salsa, Andin mengabarkan bahwa kontrak Salsa akan diberhentikan saat itu juga.

Salsa mengerang kecil di dalam hati. Walaupun sudah tahu akhirnya, rasanya, ia tetap sesak. Kesalahannya fatal, ia tahu. Dan ia tidak bisa mengelak untuk satu itu. Jadi, yang bisa ia lakukan adalah menerima apapun keputusan yang diberikan.

Tak butuh banyak barang yang dibereskan. Toh, ia hanya berada di ruangan yang dipinjamkan untuknya itu selama satu bulan. Salsa bahkan tidak meletakan barang pribadnya. Jadi, ia hanya mengambil tasnya lalu keluar begitu saja. Seperti, pecundang.

"Sel, titip bilang ke Bapak, aku balik, ya." Salsa hanya berucap pada Sela yang wajahnya tampak kebingungan.

Salsa menghela napas begitu sampai di mobil. Ia membaca pesan dari Restu, atasannya. Dalam pesan itu, Restu juga mengatakan bahwa Ben sebelumnya beberapa kali berulah di Dream Sky dan membuat kekacauan. Di akhir tampak penyataan bahwa Salsa ada baiknya di rumah dan tidak bekerja dulu sampai waktu yang tidak ditentukan.

Salsa mengerti maksudnya. Ia tak butuh penjelasan. Hari ini, Salsa dirumahkan—untuk waktu yang tidak ditentukan. Dan semua itu karena Ben.

Ia meletakan kepalanya di atas setir kemudi. Dadanya kembang kempis seraya isak memenuhi ruang sepi itu. Semuanya hancur seperti debu.

Pernikahannya berantakan. Ia akan kehilangan pekerjaannya dengan segera—atau mungkin, ia benar-benar sudah kehilangan pekerjaannya sekarang. Lalu, bagaimana ia akan bertahan?

Suara dering telepon membuatnya terkesiap. Matanya membelalak begitu melihat nama penelepon.

"Halo, Yah." Suara Salsa serak. Ada rasa berat menggelayut di dadanya.

"Sa... halo." Suara dari seberang diam sebentar. "Tunggu, kamu kenapa tiba-tiba serak begitu?"

Salsa mengulum bibir. Firasat orang tua tidak pernah salah.

"Kamu ada masalah, Nak?"

Salsa diam. Ia ingin menutup mulutnya. Namun kemudian, malah isaknya pecah tak terbendung.

Salsa tak bisa berbuat apa-apa. Bahkan hingga malam, Salsa menatap ke arah rumah-rumah kecil yang terlihat dari balkon apartemennya. Ia mendesah pelan ketika melihat sekeliling apartemennya. 

Saat ini, ia dirumahkan. Artinya, tak ada pemasukan. Sementara, keuangannya morat-marit karena baru saja membobol tabungannya demi membayar uang sewa apartemen dua kamar ini untuk tiga bulan di muka.

Menghitung pemasukan dan pengeluaran, Salsa tengah mempertimbangkan banyak hal. Jika ia benar-benar dipecat, berarti, ia harus mencari pekerjaan baru. Namun, dunia perhumasan sangat kecil. Ia yakin masalahnya akan menyebar ke mana-mana.

Reputation RescueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang