Darma tahu, ia sudah dilarang ke kelab. Kendati demikian, di akhir pekan setelah seminggu menjadi gila di kantor membuatnya kembali lari ke tempat yang tidak seharusnya. Ia butuh pelepasan dari segala tuntutan.
Pamannya kembali berulah. Kali ini, ia dapat kabar bahwa targetnya dinaikan. Ia juga dapat tantangan kecil untuk mencapai target tiga bulanan atau cabang kedua DigiPro yang seharusnya direncanakan akan dibangun akhir tahun ini tidak jadi dikerjakan.
Brengsek! kadang, Darma berpikir, apa jangan-jangan Aditya sengaja mempersulit langkah Darma untuk memenangkan anak perempuannya sendiri?
Lelaki itu menarik napas sebal. Ia butuh pelarian, ke mana pun!
Matanya melirik ke arah seorang perempuan yang duduk di bar. Gaun mencoloknya tampak begitu menyilaukan. Tetapi, perempuan seperti ini yang biasanya lebih mudah untuk ditiduri.
Kakinya beringsut untuk berjalan mendekat. Anehnya, kali ini, pergelangan kakinya terasa begitu berat. Ia... tidak berminat.
"Hai," ucap Darma memaksa diri.
Perempuan itu langsung menyungging senyum. Binar matanya tampak menggoda. "Hai."
"Sendirian?"
Dagunya terangguk. Sejenak, Darma merasa canggung. Lidahnya seperti tak bisa mengeluarkan kata-kata apapun. Ia kelu. Seperti anak belasan yang baru menggoda perempuan.
Bukan, bukan karena grogi atau canggung. Tetapi, karena... tidak berminat. Ini aneh. Garing! Menjijikan!
Darma menarik napas. Ia memandang berkeliling sejenak. Niatnya untuk menetralkan pikiran, namun, matanya malah menumbuk sosok yang tak asing. Seorang perempuan duduk di sofa tak jauh darinya. Perempuan itu tampak teler. Diam duduk tanpa bergerak. Tak lama, ada seorang lelaki yang datang. Darma tidak tahu apa yang dibicarakan si lelaki, tetapi, lelaki itu pergi, mendekat ke arah Darma yang tengah berada di bar.
"Nggak turun?" Suara lembut itu terdengar dari samping. Darma menoleh, menemukan perempuan yang tadi disapanya sudah diabaikan beberapa menit.
Darma tersenyum kecil sambil menggeleng. "Mungkin, nanti." Biasanya, Darma akan langsung mengajak perempuan itu turun, tetapi kali ini, ia merasa ragu.
Darma menajamkan telinga saat si lelaki asing itu berdiri di dekatnya dan memesan minuman. Tubuhnya menegang begitu mendengar apa-apa saja campuran dalam minuman tersebut. Dan Darma semakin mendelik ketika melihat lelaki tersebut mencampurkan sesuatu dalam gelas yang sudah ia pegang sebelum berjalan ke arah sofa kembali.
Tanpa basa-basi, Darma meninggalkan perempuan yang baru di sapanya. Kakinya melangkah ke arah sofa tersebut. Darma semakin mempercepat langkah ketika melihat tangan sang puan sudah terulur. Hampir saja ia menyentuh gelas itu namun Darma lebih dulu mengambilnya.
"Peraturan pertama dalam pergi ke kelab untuk perempuan, Mbak Salsa." Darma berucap dengan nada tajam. "Jangan. Pernah. Terima. Minuman. Dari. Siapapun."
Perempuan itu menengok ke arah Darma. Padangan terlihat kaget, tidak percaya sebelum ia kembali memejamkan matanya. Tangan Darma buru-buru menangkap Salsa, lengannya melingkar di tubuh perempuan itu.
"Who the fuck are you?" desis lelaki di depannya. "Inceran masih banyak kali!"
"She is with me," jawab Darma tanpa ragu. "So, get out from my face!"
Lelaki itu saling tatap dengan Darma sebelum berdiri dan dengan kesal menghentak kaki sebelum pergi. Ada umpatan yang tidak dipedulikan Darma sama sekali. Ia lebih khawatir pada Salsa. Dia bersama siapa? Kenapa ada di sini?
"Sa, wake up." Darma menepuk-nepuk pipi Salsa pelan lalu menghela napas keras-keras ketika matanya terbuka.
"Are you Darma?" gumam Salsa setengah teler. "Who are you?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reputation Rescue
RomanceADHYAKSA SERIES NO.1 *** Salsa merasa dirinya tertiban durian runtuh ketika tahu bahwa Dream Sky, agensi humas tempatnya bekerja memlihnya untuk menjadi koordinator tim crisis management di perusahaan Adhyaksa. Namun, siapa sangka, ternyata dirinya...