pagi itu berakhir begitu saja. Darma langsung pergi dari apartemen milik Tia, meninggalkan Salsa dengan perasaan yang teracak-acak. Ia bahkan tak menjawab apapun lagi setelahnya. Benar-benar berbalik dan pergi begitu saja, seolah-olah, semuanya telah selesai.
Semua pantas selesai. Seharusnya, hal itu tidak boleh terjadi.
Salsa belum bercerai dengan Ben secara resmi biarpun dirinya sudah memutuskan untuk berpisah. Jadi, apakah pantas kalau ia langsung berhubungan badan dengan darma begitu?
Lagipula, apa arti hubungan mereka? Darma jelas-jelas cuma cowok playboy yang hinggap sana-sini. Punya pacar yang serius jelas tidak berada dalam kamusnya. Mungkin, dia hanya terbawa suasana.
Jadi, memang, seharusnya, semua diselesaikan, bukan?
Tak ada kelanjutan dari apa yang mereka mulai. Tak ada pembahasan. Salsa belum bertemu lagi dengan Darma, bahkan hingga tiga hari berlalu. Dari Sela, Salsa mendengar bahwa Darma memang jarang berada di kantor. Kalaupun lelaki itu ada di kantor, jadwalnya pasti penuh dengan rapat yang bertubi-tubi.
"Earth to Salsa? Halo?"
Suara berat membuyarkan lamunan Salsa. Ia menatap ke sekitar. Ke kedai kopi tempatnya duduk sekarang—Moon Dollar Coffee, salah satu anak perusahaan Adhyaksa yang sangat terkenal di kancah Internasional. Di hadapan Salsa, tampak seorang lelaki berjas yang duduk dengan beberapa dokumen di tangan.
"Oh, ya, maaf, Ndra." Salsa buru-buru menggelengkan kepala. "Tadi, kita sampai mana? Pengajuan gugatan cerai, ya?"
Indra—lelaki di hadapan Salsa itu—menyungging senyum kecil. Benar kata Venny, lelaki itu manis. Dengan tubuh tinggi dan ramping serta kulit yang seputih susu. Wajahnya kecil dengan kacamata membingkai. Rambutnya dipotong rapi dengan model tipis di bagian samping namun agak tebal sedikit di atasnya. Sebuah jam tangan puluhan juta melingkar di pergelangan tangan kirinya.
Siang ini, berhubung pekerjaannya lumayan lowong. ia membuat janji temu dengan Indra, pengacara rekomendasi Venny. Sekali lihat, Salsa bahkan langsung mengerti kenapa Venny langsung naksir dengan cowok satu itu. Perawakannya lebih mirip aktor film daripada pengacara.
Dan tingkah manisnya... Ya, Tuhan! Salsa bersumpah, siapapun akan bertekuk lutut dengan pesonanya. Sayangnya, kali ini, Salsa berhadapan dengan Indra sebagai klien.
Lagipula, masih belum ada ruang dalam isi kepala Salsa. Ia masih ingin punya kebebasan setelah sekian tahun dikekang dengan tanggung jawab. Walau ingin merasa disayang dan mendapatkan cinta, Salsa muak kalau harus mengabari, harus minta ijin, harus ini dan itu. Kecuali, mungkin, kalau Salsa bisa punya hubungan tanpa tanggung jawab mengikat.
Darmantara.
Bayangan lelaki itu tiba-tiba memenuhi benaknya. Dadanya tiba-tiba menjadi sesak.
"Jadi... gimana, Sa?" tanya Indra lagi untuk kedua kalinya.
Salsa buru-buru menggeleng untuk menghalau bayangan Darma di kepalanya. "Aku ikut aja, Ndra." Salsa mengibaskan tangannya. "Aku buta banget soal hukum. Yang aku mau cuma cerai dan hak asuh Nolan. Bahkan, aku nggak peduli kalau nggak dapat hartanya. Yang penting uang hasil kerjaku utuh."
Dagu Indra terangguk. Ia merapikan dokumen-dokumennya. "Lama proses perceraian ini bisa bulanan. Paling cepat, enam bulan. Apalagi kalau dari cerita kamu, mantan suami kamu itu agak... sulit."
Helaan napas terdengar dari Salsa. Ia baru tahu kalau proses perceraian lebih lama dari yang ia pikirkan. Salsa pikir, cukup satu atau dua bulan. Rasanya, Salsa sudah tidak ingin punya ikatan lama-lama dengan Ben.
"Kalau begitu, nanti, aku kabarin lagi kalau ada apa-apa, ya. Mungkin, panggilan ke pengadilan untuk sidang. Yang susah ya, membagi harta dan segala hak kewajibannya aja, sih." Indra menyambung penjelasannya. "Sama... kalau pengadilannya lama. Kadang, jeda satu sidang ke sidang lain bisa lebih dari dua minggu. Malah, ada yang satu bulan. Aku usahakan biar waktunya lebih cepat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Reputation Rescue
RomanceADHYAKSA SERIES NO.1 *** Salsa merasa dirinya tertiban durian runtuh ketika tahu bahwa Dream Sky, agensi humas tempatnya bekerja memlihnya untuk menjadi koordinator tim crisis management di perusahaan Adhyaksa. Namun, siapa sangka, ternyata dirinya...