19. Don't You Tired?

21.2K 2K 67
                                    

Selamat 40k! Senang sekali karena Darma sudah berjalan sejauh ini. Senang juga karena banyak yang komentar. Maaf kadang notifikasinya suka nggak ada atau ketumpuk. Jadinya aku suka balasnya pas sekalian nge-update.

Semoga kalian tetap suka dan ngikutin sampai akhir, ya. Walaupun memang (my bad) endingnya udah kelihatan karena nge post Wira duluan. Harapanku sih, habis semuanya lengkap, orang-orang lain bisa baca dari sini sampai Wira biar nggak ke spoiler hahaha

Terima kasih sudah sayang sama Darma dan Salsa dan seluruh Adhyaksa, dari yang awalnya nggak kepikiran di up, jadi bikin proyek ini. Selamat membaca.

p.s. this will be the longest part, I guess, it's around 2500 words-ish? Soalnya, mau dipotong tapi nggak bisa.

*

'AWAS ANJING GALAK!' bisa jadi frasa yang tepat untuk Darma saat ini. Menatap Darma dari kejauhan, Salsa bisa melihat lelaki itu yang marah-marah saat berhadapan dengan karyawannya.

Salsa pernah mendengar dari orang-orang,  Darma memang bos paling galak. Kesabaran Darma—katanya—bagai tisu dibelah seratus. Ia benci dengan kesalahan sekecil apapun dan dikenal sebagai orang yang paling suka naik darah. Tidak ada yang berani melawan Darma karena sifatnya yang keras itu.

Dan kini, Salsa melihatnya sendiri di depan mata; Darma mengamuk-amuk karena banyak hal yang ia temukan berantakan hari ini. Menurutnya, masih banyak yang belum sempurna dan belum selesai dikerjakan.

"Kan saya udah bilang, di sini Macbook, di sini ipod, di sini iPhone. Begitu display-nya." Darma membentak dengan nada tinggi dan suara keras sambil menunjuk-nunjuk meja-meja. " Kenapa masih salah?"

Salah seorang visual merchandiser perempuan yang berada di hadapan Darma mendadak berpias pucat. Ia menunduk, hampir menangis. Salsa pernah melihat perempuan itu sekilas. Ia pernah masuk ke ruang Darma untuk rapat.

"Saya udah gambarin loh waktu itu. Mana gambar coretan saya?" Darma masih marah-marah. "Coba bandingin sama denah flow di sini?"

Perempuan itu menunduk. "Ma-maaf, Pak. Nanti kami ganti untuk display-nya."

Darma mendengkus. Ia yang masih sebal memerhatikan sekeliling. 

"Ini juga! Kenapa ini kayak toko setengah jadi begini? Khafid, ini catnya masih gompal! Terus lampu signage di belakang kasir belum nyala, ya? Mana kontraktornya? Saya mau besok diperbaiki, ya!" Darma mengoceh akibat performa toko yang dirasa kurang. "Masa begini aja nggak kamu cek dulu?"

Lelaki berbaju biru yang sepertinya bernama Khafid mengangguk dengan wajah takut. Darma benar-benar tidak main-main kalau marah.

Darma kemudian berjalan ke gudang sementara Salsa hanya memerhatikan dari jauh. Baru saja Darma masuk ke gudang, tiba-tiba suara kerasnya terdengar lagi. 

"Barang stoknya mana? belum lengkap? Mana Didi?" Darma memanggil merchandiser yang bertugas. "Barangnya kenapa belum sampai semua?" Ia memandang ke arah seorang lelaki berbaju hitam yang kini ikut-ikutan menahan napas.

"Itu... Pak... Ada keterlambatan pengiriman. Kontainer kita harusnya sampai sebentar lagi."

"Sebentar lagi itu, kapan?" tanya Darma dengan alis mengangkat.

"Satu minggu, Pak."

"SATU MINGGU? Kamu yakin seminggu akan diantar? Kalau molor lagi?" Darma menarik napas. "Tinggal bulan depan, itu pun nggak sebulan full. Tinggal 3 minggu efektif. Kalau nggak ada barang, mau jualan apa?" Darma terdengar tidak senang. Ia berjalan kembali ke depan. Rautnya benar-benar sebal setengah mati. Setiap orang ditatapinya dengan tajam dan penuh kekecewaan.

Reputation RescueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang