26. Family Tea Time

18.4K 1.9K 103
                                    

Cause I'm too tired to write Salsa's stuborness to the point that I want to write some sweet good time of Adhyaksa and voila!

This is just a kinda insertion, just for some good convo between those 3rd generations before the storm comes lol

Enjoy!

*

Darma mengedarkan pandangan ketika memasuki Dijans, sebuah restoran Belanda yang terletak di kemang sore ini. Restoran dengan nuansa rumahan itu punya dua area. Area indoor yang sepertinya merupakan ruang tamu yang disulap jadi restoran dan area outdoor yang merupakan taman kecil di belakang rumah itu.

Kakinya berjalan ringan ke arah belakang rumah, dari ujung pintu saja, Darma sudah bisa mendengar suara ribut-ribut yang berisik. 

Di meja, sudah berkumpul lima orang yang membuat siapa saja menatap ke arah mereka. Darma menjadi orang terakhir yang datang.

"Oh, here comes our main guest star of the day!" Kalimat yang dilontarkan Adhisty jadi sapaan Darma yang membuka pintu ke area outdoor.

Darma rasa, ia kini mengerti kenapa Adhisty sengaja memesan meja di taman dan bukan di dalam ruang. Bisa-bisa, tamu-tamu lain kabur mendengar obrolan keras mereka yang tak tahu aturan.

Hanya Wira yang menunduk dengan ponselnya. Ia tampak bercakap-cakap dengan seseorang.

"Siapa?" bisik Darma pada Adhisty.

"Hah?"

Darma menengok cepat ke arah Wira, memberi isyarat untuk menanyakan apa yang adiknya lakukan.

"Kayaknya si bocah lagi deket sama cewek," bisik Adhisty.

"Hm?"

"Stefani, temennya Tika," jawab Adhisty masih berbisik

"The hell?" reaksi Darma dengan nada kaget namun tetap berbisik.

"Lebih tua! Gue pusing lihatnya, kayak lagi dimabuk cinta begitu." Adhisty berucap lagi. "Di rumah nempel mulu itu tangan sama BB."

Darma terkekeh kecil. "Ya, lebih tuanya nggak apa-apa, tapi kayak orang bodohnya itu sih yang perlu diawasin."

Mata Darma kemudian melirik ke arah interaksi Ramdan dan Gayatri yang menarik perhatian. Tangan Gayatri terulur pada Ramdan yang sudah mengeluarkan tiga lembar seratus ribuan pada Gayatri. Wajahnya tertekuk sebal.

"Ngapain lo berdua?" tanya Darma sambil mengambil menu yang tergeletak di meja.

"Biasa, taruhan lo datang apa nggak!" Kartika menjawab.

Darma menggelengkan kepala tak habis pikir. Persepupuan ini memang punya acara kumpul-kumpul setiap bulannya. Adhisty dan Gayatri yang menginisasi. Sebagai duo pecinta pesta paling ekstrovert di dalam keluarga itu, mereka bersikeras kalau kekeluargaan harus terus dieratkan. Di saat-saat ngumpul dan mengobrol begini, mereka punya satu kesepakatan: Mereka boleh bicara apa saja tetapi dilarang membicarakan pekerjaan.

Walaupun begitu, biasanya dalam acara 'arisan keluarga ala Adhyaksa' yang satu ini, kebanyakan Gayatri yang bercerita soal pacar barunya. Atau, Adhisty yang terus menerus pamer soal Romeo alias Romi si romantis. See how it rhymes?

Para adik hanya mendengarkan cerita-cerita itu sementara Darma—sebagai si paling tua—dinobatkan sebagai yang paling sering absen dengan berbagai alasan. Jadi, kalau hari Minggu sore itu Darma muncul, ada tanda tanya muncul di kepala semua orang. Antara si kakak tertua tengah terbentur batu atau bermasalah. 

Darma mengabaikan pandangan adik-adiknya yang penuh rasa penasaran. Tangannya terangkat untuk memanggil pelayan, memesan menu andalannya, Pannekoeken Perzik Met Poedersuiker En Slagroom. Namun, pilihan minumnya membuat Adhisty mengangkat alis.

Reputation RescueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang