Satya memandang Darma yang menjelaskan setiap insiden yang terjadi. Terutama, dalam perkelahiannya dengan Ben. Satya dan Adhisty terlihat menatap Darma dengan serius. Menyimak satu demi satu kalimat demi kalimat yang Darma sampaikan. Sementara, Salsa hanya bisa bersimbah keringat dingin. Suasana dalam ruangan itu begitu tegang, namun anehnya, Darma tampak seperti orang gila yang bisa santai sambil bercerita. Apakah memang Darma sering terlibat masalah seperti ini?
"Jadi, kalian pacaran, atau apa?" Itu ucapan Satya kemudian.
Salsa memalingkan wajah. Ia tak bisa menjawab. Sementara, Darma malah dengan entengnya menjawab, "Iya, tapi belum, tapi, iya."
"Jadi, iya atau nggak?"
"Ya, nanti ketika Salsa resmi bercerai," jawab Darma santai.
"Darma, kamu..." Satya menarik napas. Ia kehabisan kata-kata.
"Santai nggak sih, Pa? Aku juga udah biasa berantem mukulin orang. Lagian, orang itu duluan yang mulai duluan," balas Darma santai.
"Darma..." Satya mencoba tenang walaupun ia terlihat ingin mengamuk. "Masalahmu belum selesai, terus, kamu nambahin dengan pukul-pukulan sama suami Salsa—"
"—Soon to be his ex husband," koreksi Darma yang dapat tatapan tajam dari Satya. "Lagipula, dia ngatain Salsa sembarangan. Aku nggak terima lah!"
"Kamu tahu, sebentar lagi, media bakalan ramai lagi. Setelah dituduh jadi pelaku pencabulan pada anak di bawah umur, kamu mau jadi perebut istri orang juga, Darma?" tanya Satya tajam.
Salsa menunduk. Ia merasa bersalah dengan semua yang menimpa dan terjadi begitu saja. Ia seharusnya tak membawa Darma ke dalam pusaran masalahnya. Ia harusnya mendorong Darma dan bukan malah menariknya seperti ini. Ia harusnya tidak menerima tawaran Darma ketika lelaki itu ingin menemaninya di pengadilan.
"I slept with Salsa, so, yeah, technically, they could call me that way, I don't give a damn."
Mata Salsa membelalak ketika Darma mengucapkan kalimat itu tanpa filter. Adhisty berdecak dengan gelengan kepala. Satya hanya membeku dalam ketidak percayaan pada anaknya.
"What? Kalian semua tahu aku udah tidur dengan cewek-cewek di kelab. Apa yang salah?" Darma berucap dengan tangan terangkat.
"Mas..." Adhisty menghela napas. Kakaknya itu ekstrim, tetapi ini kelewat ekstrim namanya. Kalau ibunya tahu, pasti wanita itu bisa jantungan.
"Pak, maaf, tapi... itu... tidak seperti itu..." Salsa berucap dengan terbata. Ia meremas tangan, mengurangi rasa takut dan khawatir yang menggerogoti kewarasannya. "Saya tahu apa yang saya lakukan salah. Seharusnya, saya nggak melakukan itu. Saya minta maaf."
Darma mengerutkan dahi. "Lo ngapain minta maaf sih, Sa? Lo nggak menyebabkan apapun. Gue memang suka sama lo secara sadar, kok!"
Satya melotot mendengar penuturan Darma.
"Pa, it's not a biggie." Darma masih berucap santai. Kontras dengan Salsa yang sudah bergetar hebat. "Dia ini anak mami, gertak doang. Ya kan, Sa? Kita bisa kelarin, kan? Lo bisa ngeberesin, kan?"
Salsa diam-diam menggeleng pelan. Kalau sudah seperti ini, bagaimana dia membantu? Ia sadar, ia bekerja tidak dengan profesional. Bukan hanya tentang hubungannya dengan Darma, tetapi juga ia yang seharusnya menyelamatkan wajah Darma malah melempar kotoran lebih banyak ke sana.
Satya melihat ke arah Darma dan Salsa bergantian. Ia benar-benar menghela napas frustasi. Ia menengok ke arah Salsa. "Kamu bisa keluar, Salsa. Terima kasih sudah hadir. Saya butuh bicara dengan anak saya."
Salsa mengangguk. Ia berdiri dan perlahan bergerak ke pintu sebelum keluar ruangan. Meninggalkan Darma, Satya dan Adhisty di ruangan.
Ketiganya bertatapan sebelum Satya mengambil telepon. Tak butuh waktu lama untuk telepon itu diangkat. "Andin, terkait kasus Salsa dan Darma kemarin. Saya pengin kamu coba atur dengan Dream Sky. Saya rencana mau mengganti Salsa segera. Cari anak PR yang cowok saja, bilang ke mereka. Saya mau besok kamu sudah come up dengan kandidat yang bisa mengerjakan pekerjaan ini selama sisa kontrak dan membereskan sisanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Reputation Rescue
RomanceADHYAKSA SERIES NO.1 *** Salsa merasa dirinya tertiban durian runtuh ketika tahu bahwa Dream Sky, agensi humas tempatnya bekerja memlihnya untuk menjadi koordinator tim crisis management di perusahaan Adhyaksa. Namun, siapa sangka, ternyata dirinya...