Di pagi menuju siang itu, panggilan telepon antara Alca dan Gus Kafa tersambung kala Alca baru saja selesai membersihkan dirinya.
"Enjeh, Gus?"
"Habis dzuhur ke ndalem, ya. Ada beberapa cemilan yang saya beli buat kamu. Kresek hitam di ruang tengah. Kalau saya belum datang dari masjid, makan saja duluan nggak papa."
"Enggeh, Gus."
"Oiya, Abah nanti malam tindak, Umah minta kamu tidur di kamar menemani Umah."
"Enggeh, Gus."
Setelahnya Gus Kafa pamit dan sambungan pun terputus.
Alca menghela napas menatap ponselnya sebelum akhirnya bersiap-siap dengan penampilan lebih sopan.
Baru setelahnya dia pergi ke ndalem untuk mengambil cemilan yang dimaksud Gus Kafa tadi. Sebelum ke ruang tengah Alca menyempatkan diri pergi ke kamar bunyai yang ternyata ramai dengan beberapa mbak-mbak abdi ndalem yang sedang mengantri mengaji.
Setelah memastikan bunyai tak sendirian, Alca pergi ke ruang tengah untuk melihat cemilan yang dimaksud Gus Kafa tadi.
Sesampainya di sana, ternyata gusnya itu juga berada ruangan itu sedang mengeluarkan cemilan yang dia beli dari kresek hitam di atas meja.
"Butuh sesuatu, Gus?" tanya Alca yang membuat Gus Kafa menoleh.
Dia tampak menggeleng sebentar sebelum akhirnya menyuruh Alca mendekat.
"Berdiri saja, Mbak," ujar Gus Kafa karena melihat Alca akan akan berjalan dengan kedua lututnya.
Alca mengangguk, lalu segera mendekati Gus Kafa.
Saat telah dekat dengan gusnya itu, Alca menekuk lututnya, lalu duduk di lantai.
"Sini duduk di sebelah saya, Mbak," ujar Gus Kafa sembari menepuk sofa kosong di sebelahnya.
Alca terdiam sebentar karena mengingat jarak kamar bunyai begitu dekat dengan ruang tamu meskipun ada tembok penyekat yang membatasi antara ruangan itu dengan sebelah, tetapi tetap saja jaraknya begitu dekat dengan para abdi ndalem berada sekarang.
Gus Kafa paham kenapa Alca terdiam. Jadi pria itu bangkit untuk menutup dan mengunci pintu sliding penghubung ruang tengah dengan area kamar.
Alca menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal karena merasa sungkan dengan perlakuan Gus Kafa itu.
Setelah menutup pintu, Gus Kafa kembali duduk di sebelahnya dan menyuruh Alca duduk sejajar dengannya. Dia lalu menunjukkan salah satu cemilan yang dia beli kepada Alca.
"Ini salah satu makanan yang saya kangenin pas di Timur. Bubur ketan hitam dari penjual langganan saya. Saya jamin paling enak sekota ini. Bukanya seminggu sekali karena yang jual memang jualan karena hobi saja, bukan keharusan. Sayang sekali saya cuma dapet satu karena udah habis," ujar Gus Kafa.
Alca menggeser kotak ketan hitam ke arah Gus Kafa. "Saya makan yang lainnya saja, Gus. Sepertinya samean sudah lama sekali ndak makan ini. Pasti kangen."
Gus Kafa tersenyum kecil lalu kembali menggeser kotak yang terbuat dari plastik ke arah Alca.
"Bisa berdua. Saya mau kamu cobain juga," katanya lalu memberikan Alca sendok yang juga terbuat dari plastik.
Lalu dia menyuruh Alca mencobanya. Alca menurut.
Rasanya manis dan enak, hanya perasaan Alca yang hambar.
Dia merasa seperti sedang berselingkuh padahal jelas-jelas pria di sampingnya adalah suaminya.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Anta, Ana Uhibbuka [END]
RomanceSeason I Alca menyukai Imron Hais Basalamah, sahabat kakaknya sekaligus gusnya di pesantren. Namun ... kisah percintaannya tak mulus kala bunyai menjodohkannya dengan seseorang yang tak dia duga.