37

1.3K 130 45
                                    

Imron menidurkan tubuhnya di atas ranjang. "Bangunkan Mas sejam lagi, ya," katanya pada Nayla yang membuntutinya masuk ke dalam kamar.

"Nggak mandi dulu, Mas? Biar saya siapkan air hangatnya," tawar Nayla yang membuat Imron tersenyum tipis dan menggeleng.

"Nanti aja biar bangun tidur seger," katanya.

Nayla mengangguk lalu pergi membersihkan diri meninggalkan Imron yang katanya ingin tidur tetapi hanya menatap langit-langit kamarnya.

Ada hal membingungkan baginya yang sampai saat ini belum terjawab.

Sikap Alca yang berubah drastis.

Tak pernah mau bertatap mata dengannya lebih dari tiga detik dan memilih menunduk menatap ujung alas kakinya. Yang lebih parah mereka tak pernah lagi berbincang akrab. Paling panjang obrolan mereka di hari-hari sebelumnya hanya sekitar satu sampai tiga kalimat. Itu pun Imron perlu berusaha lebih agar bisa berbincang dengan Alca karena wanita itu seperti sengaja menghindarinya.

Dua tahun lalu sebelum dia meninggalkan Alca, wanita itu masih seperti seorang adik baginya. Dua tahun kemudian dan mereka bertemu lagi, Alca nampak asing baginya.

Imron menghela napas.

Tadi saat dia melihat dari pandangan sedekat itu, dia menyadari sorot kesedihan mendalam di mata Alca.

Apa itu karena dirinya? Apa penyebabnya Imron?

Lalu jika memang iya, apa kesalahannya?

Imron menghela napas lagi.

Sikap wanita memang sulit dipahami. Kepalanya sampai pusing memikirkan jawaban atas kebingungannya.

Imron memejamkan mata dan momen kebersamaan dengan Alca dulu terputar begitu saja.

Lima tahun lalu, tepatnya saat Imron pertama kali berkunjung ke rumah Saiful, dia baru melihat secara langsung sosok adik yang selalu diceritakan oleh sahabatnya itu. Bukan cerita jelek atau jahil, melainkan cerita memilukan sebab anak sekecil itu dipaksa dewasa oleh keadaan karena kehilangan kedua orang tuanya dalam satu waktu.

Pertemuan pertamanya dengan Alca memang tak istimewa seperti cerita-cerita romantis, tetapi pertemuan itu sangat membekas bagi Imron.

Hari itu dia melihat seorang anak berseragam sekolah menengah pertama masuk dengan menyeret tasnya tampak murung dan tak bersemangat. Kepalanya tertunduk lesu dengan langkah berat. Imron yang saat itu duduk di ruang tamu menunggu Saiful dan lainnya berbelanja di minimarket terdekat dilewati begitu saja, seolah tak peduli ada orang asing atau penjahat sekalipun duduk di sana.

Anak itu berjalan ke dapur ingin meminum air, tetapi botol-botol di dalam kosong membuatnya melempar botol tersebut ke lantai sebelum akhirnya berjongkok di depan kulkas dan menangis tersedu-sedu.

Imron yang saat itu merupakan orang baru di rumah itu tak bisa melakukan apapun karena takut terjadi fitnah. Jadi dia tetap duduk di tempatnya memperhatikan punggung kecil itu yang tampak rapuh. Namun kerapuhan itu menghilang begitu saja setelah mendegar suara Saiful dari luar. Anak itu langsung bangkit dan berlari kencang ke arah Saiful sebelum akhirnya menjambak rambut sobatnya itu sekuat tenaga. Saat itu tampak gaduh karena pertengkaran kakak adik itu, tetapi Imron malah menahan tawanya karena anak itu seperti harimau kecil yang merasa dirinya penguasa hutan padahal yang dia hadapi singa.

Imron yang tak pernah mempunyai saudara perempuan apalagi seorang adik diam-diam memperhatikannya karena rasa ingin melindungi. Setiap datang ke rumah Saiful, dia membuka kulkas untuk memastikan bahwa air di dalam sudah terisi. Jika tidak, dia yang akan mengisinya. Imron juga sering kali membereskan segala kekacauan Saiful dan lainnya agar Alca tak perlu membereskan segalanya.

Sampai akhirnya tiba-tiba mereka dekat begitu saja di ujung kelas akhir dan anak itu mengaku menyukainya. Imron yang saat itu sedang mempersiapkan studinya menganggap itu sebagai ujiannya yang akan pergi ke Negeri Piramida, itu sebabnya dia menyuruh Alca sama-sama memperbaiki diri yang sebenarnya agar wanita itu tak bersedih akan penolakannya.

Sayangnya, setelah pengakuan itu Imron semakin dibuat mengingat hal-hal tentang Alca yang membuat perasaannya berubah. Rasa ingin melindungi itu berubah menjadi rasa rindu.

Dua tahun berlalu dan mereka bertemu lagi, semua tak sama lagi setelah banyak hal dramatis terjadi.

Dan Alca bukan lagi anak rapuh yang ingin dia lindungi dulu. Dia menjadi asing.

Dua tahun memang bukan waktu yang singkat, semua orang bisa berubah. Itu sebabnya Imron kira awalnya wanita itu canggung karena merasa bersalah pernah mengutarakan perasaan pada Imron, tetapi malah tiba-tiba menikah dengan Kafa.

Imron tak apa, sumpah demi Tuhan dia tak apa karena Alca akan dijaga oleh orang yang paling Imron sayangi di dunia ini setelah kedua orang tuanya. Mungkin awalnya--sampai sekarang--berat melupakannya sebab dia memendam perasaan kepada Alca bertahun lamanya, tetapi rasa tak rela kalah dengan perasaan leganya bahwa Kafa-lah yang menikahi Alca.

Mungkin jika ada yang bertanya mengapa Imron bisa secepat itu mengikhlaskan Alca?

Tidak secepat itu, bahkan sekarang pun belum. Namun dia sudah terbiasa menyimpan perasaannya. Saat setan mulai menggunakan rasa tak relanya, Imron segera mengingat wajah bahagia Kafa beberapa hari terakhir, juga status Alca yang sudah bersuami dan dirinya yang memiliki istri.

Rasulullah pernah bersabda,

وَمَنْ خَبَّبَ عَلَى امْرِئٍ زَوْجَتَهُ أَوْ مَمْلُوكَهُ فَلَيْسَ مِنَّا

Artinya, “Siapa saja mengganggu istri orang atau hamba sahayanya, maka ia tidak termasuk golongan kita.” (HR Ahmad, dengan sanad sahih).

Hukum daripadanya adalah haram.

مَلْعُونٌ مَنْ خَبَّبَ امْرَأَةً عَلَى زَوْجِهَا أَوْ عَبْدًا عَلَى سَيِّدِهِ

Artinya, “Terlaknat, dijauhkan dari kasih sayang Tuhan, lelaki yang mengganggu istri orang, atau mengganggu hamba sahayanya.”

Imron tak mau termasuk pada golongan orang-orang takhbib; tindakan seseorang yang berdampak pada kerusakan hubungan rumah tangga seseorang.

Jadi daripada dia berlarut-larut dalam patah hatinya, Imron lebih memilih mensyukuri apa-apa yang telah digariskan untuknya; seperti pasangannya yang lebih dari sekadar sholehah.

***

Gimana? Kemarin yang minta POV Imron apakah sudah puas? Atau sekarang kecewa? Wkwkw.

Gais, jangan terlalu kecewa ya. Sikap imron yang terlihat cepat move on ini aku ambil dari orang sekitarku. Nggak semua lelaki patah hati berlarut-larut setelah ditinggal nikah, apalagi mereka disini gapernah punya hubungan, juga disini imron punya pengganti. Aku wawancara dengan orangnya langsung, katanya cinta dia memang habis di orang lama tapi bukan berarti dia gak bisa menerima orang baru. Lelaki (khususnya Indonesia) itu orang paling tak bisa hidup lama tanpa pendamping, justru kalau dia tak memiliki pengganti maka dia akan seperti Qais dalam cerita Laila Majnun. (Tidak berlaku untuk semua ya, tapi kebanyakan disekitarku)

Tapi gak menutup kemungkinan ada lelaki yang sampai tak bisa menerima orang baru karena saking mencintai wanitanya. Makanya aku buat karakter Ronal. 😉

Dear Anta, Ana Uhibbuka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang