Kata beberapa orang dewasa, masa SMP adalah yang terbaik. Namun tidak bagi Alca. Masa menengah pertamanya mengerikan. Dua tahun terakhirnya di sekolah dia di-silent treatment oleh teman-temannya tanpa tahu sebabnya.
Mereka tiba-tiba saja bergeng dan berkelompok. Anak pendiam dan penurut ucapan guru seperti Alca dan Sofia hanya bisa ke mana-mana berdua karena dia tak bisa menembus geng-geng itu.
Kata Sofia, semua itu bermula saat guru tiba-tiba sering memanggil Alca dan Sofia untuk menyampaikan informasi dari para guru kepada teman-temannya. Bahasa sindiran mereka untuk Alca dan Sofia sih 'Anak kesayangan guru'.
Suatu masa geng-geng itu melakukan kesalahan secara diam-diam dan kebetulan guru-guru tahu, mereka menuduh Alca dan Sofia yang mengadukannya. Padahal saat itu Alca dan Sofia sedang fokus dengan Olimpiade, bahkan mereka berdua tak tahu apa yang dilakukan geng-geng itu sampai mereka dihukum oleh wali kelas.
Sejak saat itulah Alca dan Sofia tak tampak bagi mereka. Setiap apa-apa yang dilakukan kelasnya, mereka berdua selalu tak diikutsertakan. Bahkan perayaan sesuatu di kelasnya mereka tak diajak. Lebih menyakitkannya mereka merayakannya di depan mata Alca dan Sofia.
Itu sebabnya saat sampai di rumah dan Saiful berulah, dia selalu begitu meledak memarahinya.
Untungnya ujian sudah dekat, artinya hari-hari mengerikan di sekolah menengah pertamanya akan usai.
Itu yang dipikirkan Alca beberapa hari lalu sebelum akhirnya sebuah surat berada di atas mejanya dan Farel si bocah jahil membuka surat itu dan membacanya.
Alca tak merasa keberatan karena dia bukan pemiliknya.
Saat dibacakan ternyata itu sebuah ungkapan suka seseorang kepadanya, dan plot twist-nya surat itu dari Jenan-pacar Kintan, teman kelasnya yang bisa dibilang ketua geng karena teman-temannya mengikuti semua ucapan Kintan.
Karena hal itu, di sinilah Alca berada, di gang sempit yang becek karena sisa hujan semalam sembari berhadapan dengan tujuh teman kelasnya.
"Merasa cantik?" tanya Kintan sembari mendorong bahunya.
Alca mendongak menatap teman kelasnya yang sedikit lebih tinggi darinya.
Alca hanya mengerutkan keningnya tak paham.
"Merasa kepedean karena dapet surat gabut dari Jenan?" tanyanya sembari sekali lagi mendorong bahu Alca.
Oke, dia tahu alasan mereka semua memerangkapnya di tempat itu.
Karena surat dari Jenan.
"Aku nggak ngelakuin apa pun," ujar Alca dengan nada tenang meski sebenarnya dia takut sekali akan dibuli oleh mereka.
"Lu ganjen ternyata ya, Te Lonte," ujar Kintan yang membuat Alca shock. Selama 15 tahun dia hidup, ini pertama kali dalam hidupnya dia dikatai begitu.
"Kintan, bahasa kamu jahat banget," ujar Alca.
Kintan dan teman-temannya tertawa, persis seperti tawa adegan pembuli di film-film yang pernah dia tonton.
Ternyata jika mendengar secara live lebih menyebalkan dan ... mengerikan.
"Kamu kenapa marah ke aku? Aku lakuin apa memang ke Jenan? Yang ngirim surat dia bukan aku, kamu harusnya marah ke dia bukan ke aku."
Ucapan Alca itu menyulut teman-teman Kintan lainnya. Dua orang maju dengan marah sembari menunjuk-nunjuknya. Mereka juga mendorong Alca sampai dia terbentur pada tembok berlumut di belakangnya.
Anak sekolah mana yang tak menangis jika digitukan, tentunya Alca juga. Dia takut apalagi orang-orang di depannya lebih tinggi darinya, pun dengan suara yang lebih lantang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Anta, Ana Uhibbuka [END]
RomanceSeason I Alca menyukai Imron Hais Basalamah, sahabat kakaknya sekaligus gusnya di pesantren. Namun ... kisah percintaannya tak mulus kala bunyai menjodohkannya dengan seseorang yang tak dia duga.