Trending topik minggu ini yang tak kesudahan di antara para santri adalah kedatangan Gus Kafa yang tiba-tiba kembali ke Indonesia.
Tanpa khabar, tanpa desas-desus, dan tanpa penyambutan.
Setelah empat tahun lamanya tak terlihat, kini tiba-tiba muncul dengan penampilan lebih dewasa dan menggerakkan perasaan para santriwati.
Semua santri membicarakan Gus Kafa. Perkara Gus Kafa duduk di kursi teras ndalem saja dengan sebuah buku di tangannya membuat santriwati heboh selama satu hari.
Setiap hari berbagai kabar tentang Gus Kafa di-update dan langsung tersebar di penjuru pondok putri.
Semua santri heboh, kecuali Alca tentunya sebab dia sudah tahu lebih dulu perihal kedatangan Gus Kafa. Malah dia--ya begitulah.
Hari ini Alca izin tak masuk sekolah untuk mengantar bunyai cuci darah sekaligus mengajarkan Ustadzah Nayla yang ke depannya akan sering menemani bunyai hemodialisis karena sekolah umum Alca sudah mulai aktif.
Saat semua teman-temannya bersiap untuk berangkat sekolah, Alca bersiap untuk pergi ke rumah sakit.
Oiya, ngomong-ngomong tentang teman-temannya, Alca sudah berbaikan dengan mereka karena insiden tangisannya di jemuran beberapa hari lalu.
Mereka mengira Alca menangis karena perang dingin tak berkesudahan di antara mereka, jadi mereka meminta maaf. Bahkan Nendy dan Lebi mengumpulkan teman-temannya saat kegiatan asrama telah selesai, lalu meluruskan kesalahpahaman di antara mereka semua hingga akhirnya kini semua teman-temannya berbaikan dengan Alca.
Ya meskipun mereka salah paham tentang tangisan itu, tetapi Alca tak mau meluruskannya sebab karena hal itu satu masalahnya selesai. Perasaan Alca lebih ringan. Setidaknya tak ada lagi perasaan takut saat memasuki kamarnya. Nendy kembali menjadi Nendy yang dia kenal saat baru saja menjadi santri baru.
Sejak berbaikan, wanita itu hampir tak pernah mau jauh dari Alca saat kegiatan asrama.
"Ca, rapot kamu mana? Biar aku kembaliin," ujar Nendy yang sudah siap dengan setelan seragam sekolahnya.
Alca menepuk dahinya. "Astaghfirullah, belum ditandangani, Ndy. Gimana, ya?"
"Kamu beneran nggak pulang lagi, Ca?" tanya Nendy dengan mata melebar.
Alca mengangguk membuat Nendy dan beberapa temannya kaget.
"Betah amat, Ca?" seru Jannah dengan ekspresi tak percaya.
"Ustadzah Nayla pulang soalnya, kasihan bunyai kalo ditinggal aku sama Ustadzah."
Nendy berdecak. "Nggak salah dikasih penghargaan santri terbaik. Emang terbaik awakmu, Ca."
"Untung nggak si Lebi, ya," kelakar Jannah yang membuat Lebi mengacungkan jempolnya tanpa bertatap mata dengan orang-orang yang sedang mengobrol kepada Alca.
Berbeda dengan Nendy dan teman lainnya yang sudah akrab lagi dengan Alca, Lebi masih canggung padanya. Mungkin karena memang sejak awal dia dan Lebi tak pernah dekat. Bahkan sepertinya Alca tahu mengapa wanita itu tak mau bertatapan dengannya saat ini, sepertinya karena Lebi malu kemarin tiba-tiba ikut menangis dengannya dan meminta maaf atas kesalahannya.
Wanita itu tipe yang gengsinya setinggi langit, tetapi kemarin gengsinya tiba-tiba hilang karena terbawa suasana. Jadi saat gengsinya telah kembali, Lebi merasa malu atau bahkan menyesal momen kemarin pernah tercetak dalam sejarah.
"Minta tanda tangannya pakyai aja, Ca. Sama kok, dulu beberapa temenku yang nggak pulang juga mintanya ke pakyai atau bunyai."
Alca mengangguki ucapan Nendy lalu pergi ke ndalem untuk meminta tanda tangan pakyai, Nendy sendiri menunggu di gerbang asrama putri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Anta, Ana Uhibbuka [END]
RomanceSeason I Alca menyukai Imron Hais Basalamah, sahabat kakaknya sekaligus gusnya di pesantren. Namun ... kisah percintaannya tak mulus kala bunyai menjodohkannya dengan seseorang yang tak dia duga.