13.

2.3K 208 18
                                        

Sudah dua hari Alca tidak bertegur sapa dengan teman-temannya. Dia masih sakit hati atas kejadian di aula kemarin. Bahkan dia sempat menangis di kamar mandi karena merasa dianaktirikan oleh teman-temannya. Dia merasa tak punya salah sebesar itu sampai harus dimusuhi oleh satu angkatan.

Alca habiskan dua hari itu di ndalem dan kantor ustadzah untuk menghafal pedoman utama dalam hidupnya yang baru dihafal seperenam olehnya. Alca pergi ke kamarnya hanya saat benar-benar butuh, bahkan dua hari ini dia tidur di ndalem dengan Ustadzah Nayla menemani bunyai yang sedang ditinggal tindak oleh pakyai.

"Salsa, sudah makan?" tanya Ustadzah Nayla yang baru saja masuk ke dalam kantor.

Alca menatap jam tangannya. "Belum jam makan siang, Ustadzah," ujar Alca.

"Di kamar para Ustadzah ada banyak nasi kotak yang akan disumbangkan ke panti asuhan dan beberapa penghafal, kamu boleh ambil beberapa."

Alca letih lesu sejak dua hari yang lalu langsung excited mendengar ucapan Ustadzah Nayla.

Mungkin menurut sebagian orang itu hanyalah nasi kotak biasa, sama seperti Alca dulu sebelum masuk pesantren ini. Namun setelah statusnya menjadi santri, Alca diajarkan untuk mensyukuri sekecil apapun pemberian. Apalagi di pesantren ini tak diperbolehkan membeli makanan di luar pesantren dan hanya mengkonsumsi yang sudah ditakar oleh pondok, jadi saat mendapatkan nasi yang beda, Alca sanang sekali.

Dia segera pergi ke kamar para Ustadzah dan meminta satu kotak nasi suruhan Ustadzah Nayla. Setelahnya Alca kembali lagi ke kantor untuk makan di sana.

Di perjalanan menuju kantor, Alca melihat lantai tiga-lantai kamarnya-penuh dengan orang-orang berkerudung biru yang berada di pembatas sembari menatap ke bawah.

Alca tak ingin kepedean bahwa mereka menatapnya, tetapi seseorang seperti memanggil teman lainnya dan bertambahlah orang-orang berkerudung biru yang menatap ke bawah--termasuk teman--teman kamarnya. Mereka menatap Alca seperti tatapan saat di aula, saat dia memakai kerudung yang beda sendiri.

Alca mempercepat langkahnya hingga akhirnya dia berada di kantor.

"Salsa, kamu mau setor hafalan sekarang atau nanti malam?" tanya Ustadzah Nayla saat Alca baru saja masuk ke dalam kantor.

"Masih belum lancar bagian akhir, Ustadzah."

Ustadzah Nayla mengangguk. "Ya sudah nanti malam saja, Ya. Saya mau ke ndalem dulu menyampaikan sesuatu ke bunyai."

Alca mengangguk.

"Di sini dulu nggak papa, tapi nanti dikunci ya, kuncinya tolong kasihkan ke kamar para asatidzah."

Alca kembali mengangguk. Lalu dia berterima kasih atas nasi kotak yang diberikan Ustadzah Nayla.

***

Alca keluar dari kantor setelah makan dan melancarkan hafalannya. Karena sekarang hari libur tanggal merah, jadi sekolah libur. Niatnya Alca menggunakan hari liburnya full dengan murojaah, tetapi dia ingat belum mencuci bajunya. Jadilah Alca menuju kamarnya untuk mengambil baju kotornya setelah sebelumnya mengembalikan kunci kantor ke kamar asatidz.

Alca mempersiapkan mentalnya saat masuk ke kamarnya karena sampai detik ini hubungannya belum membaik dengan teman-temannya.

Saat dia masuk, tiba-tiba pintu kamarnya ditutup sekaligus dikunci oleh Lebi.

Dear Anta, Ana Uhibbuka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang