23.

1.7K 143 19
                                    

Bunyai dirujuk ke Surabaya setelah setuju untuk melakukan pengobatan hemodialisis alias cuci darah.

Bude Nur mengurus segalanya hingga akhirnya dua hari setelahnya hemodialisis bisa dilaksanakan setelah satu hari sebelumnya dilakukan pemasangan double lumen sebagai alat untuk proses pencucian darahnya.

Saat ini bunyai sedang berada di ruang hemodialisis bersama Pakyai yang baru saja bergantian jaga dengan Alca dan Gus Kafa sebab proses cuci darah memakan waktu kurang lebih lima jam.

Alca sendiri saat ini sedang berjalan di belakang Gus Kafa yang menuju ke arah kantin untuk membeli makan siang yang sudah kesiangan alias sudah di penghujung siang menuju sore hari.

Gus Kafa tiba-tiba berhenti melangkah. Dia lalu menoleh ke arah Alca.

"Saya mau sholat dzuhur dulu, mau ikut ke mushola atau nunggu di kantin?"

Tak ada pilihan Alca disuruh makan duluan yang berarti Gus Kafa mau makan bersama dengannya. Alca menatap jam tangannya yang memperlihatkan bahwa dzuhur hampir habis.

"Saya tunggu di sini saja, Gus," ujar Alca sembari memindai tempat antri sekitar yang terlihat begitu menyenangkan.

Tempat yang dimaksud oleh Alca adalah tempat NYANTRI alias Nyanyi Sambil Antri di mana ada musisi yang sedang menyanyikan lagu-lagu jadul untuk menghibur orang-orang yang sedang mengantri pendaftaran.

Alca tak ikut ke mushola sebab dia baru saja berhalangan.

Gus Kafa mengangguk lalu menitipkan barang-barangnya yang berupa gelang tasbih yang sangat mirip dengan milik Alca, ponsel, serta cincin kepada Alca sebelum akhirnya pergi menuju mushola.

Jarak mushola tak terlalu jauh dengan tempat Alca menunggu sebab tempat ibadah itu berada di tengah-tengah gedung rumah sakit.

Sebelum pergi Gus Kafa menoleh sekali lagi ke arah Alca untuk melihat apa yang wanita itu lakukan takutnya dia akan bosan menunggunya, ternyata wanita itu sedang memainkan ponselnya.

Gus Kafa mengangguk lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju mushola.

Dia tak berlama-lama sebab perutnya juga lapar, rencananya tadi Gus Kafa akan melaksanakan ibadah setelah perutnya terisi agar bisa tenang saat sholat, tetapi ternyata pakyai datang lebih lama dari dugaannya.

Setelah selesai dengan urusannya, Gus Kafa kembali ke tempat di mana Alca berada.

Jarak langkah Gus Kafa tinggal beberapa meter saja sebelum akhirnya dia sadar Alca sedang menangis.

Gus Kafa menghentikan langkahnya.

Bukan karena terkejut melihat istrinya menangis, tetapi terkejut karena sepertinya dia pernah mengalami hal ini--berjalan di tempat ini, lalu melihat seseorang yang sedang menangis di tempat yang sama.

Gus Kafa lalu ingat gelang tasbih milik Alca yang persis sekali dengan miliknya.

Awalnya dia kira Imron juga memberikannya kepada Alca karena setahu Gus Kafa Alca adalah adik dari teman Imron.

Oiya gelang tasbih miliknya adalah pemberian Imron. Limited edition karena hanya empat di dunia ini. Kenapa limited? Karena yang membuatnya Imron sendiri untuk kakak-kakaknya. Namun Gus Kafa ingat, gelangnya yang dipakai sekarang adalah milik Imron. Adiknya itu segera memberikan miliknya setelah dia mengaku bahwa gelangnya tertinggal di rumah sakit dan hilang.

Baru dia ingat ternyata dialah yang memberikan gelang tasbih itu pada Alca enam tahun lalu, di sini, di tempat yang sama.

Flashback enam tahun lalu.

Dear Anta, Ana Uhibbuka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang