Ada tradisi unik di asrama Bani Basalamah ini, di mana saat jum'at subuh, semua santriwan dan santriwati berjama'ah bersama di masjid Basmalah yang diimami langsung oleh Pakyai.
Nendy di sebelah Alca terlihat girang sekali bersama teman-teman lain. Mereka sedang membicarakan sesuatu yang begitu heboh. Tak tahu tentang apa. Alca tak peduli.
Alca tidak ikut menimbrung karena seminggu di sana dia sama sekali belum terbiasa dibangunkan pukul tiga subuh. Matanya masih lengket meskipun tadi sudah berkali-kali diciprati air oleh pengurus.
Saat ini Alca dan lainnya berada di masjid Basmalah lantai dua tempat khusus santri putri berjamaah. Mereka sedang pujian sebab menunggu imam datang.
Beberapa santri ada yang terangguk-angguk karena kantuk, beberapa lagi ada yang tidur sambil bersandar pada tembok.
Alca memindai sekitar, para pengurus sedang berada di bawah mengawasi para santriwati yang telat takutnya melipir ke mana-mana. Merasa aman, Alca akhirnya merebahkan tubuhnya di atas sajadahnya, lalu beberapa detik kemudian dia tak ingat apa-apa.
Sungguh nikmat sekali tidur di waktu tersebut. Rasanya melebihi dari tidur di kasur bintang lima.
Pulas rasanya tidur Alca sebelum akhirnya seseorang mengagetkannya dengan cara paling mengesalkan, yakni dipukul dengan sajadah yang sudah dilipat jadi dua dan digulung. Rasanya mantap sampai jiwa yang sedang melayang-layang dipaksa kembali ke tempatnya.
Alca kontan terduduk dengan kepala berkunang sebab dia dibangunkan dengan cara itu. Seumur-umur Alca, cara membangunkan paling menjengkelkan itu hanya teriakan Saiful dan bunyi alarm. Ternyata ada yang lebih menjengkelkan, yakni sajadah dan siraman air dari pengurus.
"Bangun, silakan berwudhu, Ukhti," kata seorang wanita seumuran dengan Ustadzah Nayla.
Alca yang belum sepenuhnya sadar menggeleng. "Saya nggak kentut, Ustadzah," ujarnya. Entah sebutan itu benar atau tidak, yang penting jika wajahnya terlihat sedikit dewasa, Alca akan memanggil dengan sebutan itu.
"Kamu tidur dengan posisi itu, sama saja membatalkan wudhu."
"Tapi sumpah demi apapun saya nggak kentut, Ustadzah. Saya masih punya wudhu."
"Cepat ambil wudhu sekarang!" katanya tegas.
Nendy menyuruh Alca segera menurut, nanti dia akan menjelaskannya.
Dengan wajah tertekuk, Alca akhirnya segera bangkit dan menurutinya.
Dia menggerutu sepanjang keluar dari sana. "Padahal aku yakin banget nggak kentut. Katanya tidur nggak membatalkan wudhu, tapi aku disuruh wudhu. Yang lain juga tidur tapi nggak disuruh wudhu. Pilih kasih," ujar Alca pada dirinya sendiri.
Saat turun tangga, saking sibuknya dia komat kamit dan mata yang hanya setengah watt, Alca sampai salah menginjak anak tangga hingga tubuhnya tak seimbang.
Beberapa orang yang melihat Alca tergelincir berteriak, sedangkan beberapa lagi ada yang ingin membantunya, tetapi karena jaraknya yang sedikit jauh membuat mereka telat membantu sehingga Alca harus menabrak seseorang yang kebetulan lewat di depan tangga.
Alca sedikit beruntung karena tubuhnya tak jadi mencium lantai karena seseorang memegang bahunya, tetapi buntungnya dia menabrak ... Imron.
Itu bukan klimaks sampai Alca sadar bahwa adegan itu terjadi di ... SAKSIKAN PAKYAI!
Sepersekian detik semua membeku, baik Alca, Imron, Pakyai dan seluruh pasang mata yang melihat.
Pakyai berdeham membuat Alca dan Imron kontan memisahkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Anta, Ana Uhibbuka [END]
RomanceSeason I Alca menyukai Imron Hais Basalamah, sahabat kakaknya sekaligus gusnya di pesantren. Namun ... kisah percintaannya tak mulus kala bunyai menjodohkannya dengan seseorang yang tak dia duga.