31.

1K 122 17
                                    

Alca berlama-lama membersihkan ruang tamu barat karena bingung, masa iya tidur di kamar Gus Kafa?

Apa kabur aja ya ke asrama?

Entar kalo dipanggil lagi kan malu.

Ruangan itu sudah kosong sebab Ustadzah Nayla membantu Pakyai untuk menidurkan bunyai, otomatis suaminya ikut juga membantu, sedangkan Gus Kafa tadi sedang mencari barangnya di ruang tengah. Jadi tinggallah Alca di sana yang sedang merapikan bekas kerusuhan Saiful dan teman-temannya.

"Biar saya aja, Mbak," ujar Gus Kafa yang baru datang saat Alca sedang melipat karpet tebal.

Alca mengangguk, dia pergi mencari hal lain yang perlu dikerjakan. Sayangnya tak ada. Semua sudah dia kerjakan. Jadi Alca hanya pura-pura sibuk.

"Sudah selesai semua?" tanya Gus Kafa yang membuat Alca menoleh dan mengangguk.

"Yasudah, ayo istirahat, Mbak. Sudah larut malam," katanya yang mau tak mau diangguki Alca.

Tak ada kalimat yang mengisyaratkan Alca untuk kembali ke asrama, jadi Alca mengikuti langkah Gus Kafa sembari meneguhkan hatinya andai kata nanti terjadi sesuatu.

Iya tak dipungkiri hal tersebut pasti terjadi. Entah kapan. Bisa saja malam ini. Mereka sudah menikah dan Alca sudah legal. Tak ada masalah. Namun Alca masih berharap Gus Kafa mengerti kalau dia masih anak sekolahan.

Iya, pikiran Alca sudah ke mana-mana padahal Gus Kafa tak mengisyaratkan apa pun saat itu. Dia hanya mengajak istirahat, lalu berjalan lebih dulu ke kamarnya.

"Kalau mau tidur duluan nggak papa, Mbak. Saya mau ke kamar mandi dulu," ujar Gus Kafa saat mereka telah berada di kamar nuansa modern itu.

Alca mengangguk, setelahnya Gus Kafa menuju kamar mandi di balik lemari baju, sedangkan Alca duduk di kasur yang hampir setiap hari dia masuki untuk membersihkannya.

Memang bukan yang pertama Alca berada di kamar itu, tapi untuk pertama kalinya Alca memindai semua isi kamar secara detail.

Kamar itu terkesan kosong, mungkin karena pemiliknya sudah lama tak kembali dan belum sempat mengisi kamar itu. Hanya ada ranjang, lemari besar yang menyembunyikan kamar mandi, dan meja belajar.

Sembari menunggu Gus Kafa di dalam, Alca pergi ke mushola kecil ndalem untuk mengambil mukenahnya yang tadi dia tinggal di sana selepas sholat isya' karena harus cepat-cepat menyambut tamu.

Di bawah ternyata dia berpapasan dengan Ustadzah Nayla dan Imron yang sedang berada di ruang makan.

"Mau ikut makan, Ca? Rawonnya masih panas, baru aja dipanasin."

Coba tebak siapa yang bertanya?

Iya, dia Imron.

Tampak begitu santai berbicara dengan Alca padahal sampai detik ini Alca masih berusaha menghindari lelaki itu.

Alca menggeleng sopan. "Mboten, Gus. Terima kasih, saya masih kenyang," ujar Alca.

Imron tersenyum tipis dan mempersilakan Alca untuk meneruskan langkahnya yang sempat terhenti karena pertanyaannya.

Alca pamit dan segera pergi dari sana agar tak mengganggu momen keduanya karena Ustadzah Nayla tampak begitu berbinar saat itu. Dia menghela napas dan mengingatkan diri untuk ikhlas meski berat.

Alca kembali ke kamar Gus Kafa yang ternyata sang empu sudah keluar dari kamar mandi dengan wajah segar, sedang menggelar sajadah di samping ranjangnya.

"Gus, saya ikut berjamaah," ujar Alca  yang membuat Gus Kafa menoleh.

Dia tersenyum tipis lalu mengangguk.

Dear Anta, Ana Uhibbuka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang