01.

2.9K 153 5
                                    

Seorang wanita berpakaian santai dengan rambut yang dikepang dua duduk lesehan di atas karpet rusia, tampak begitu fokus dengan lembaran-lembaran buku kisi-kisi perihal ujian sekolah di hadapannya.

Biasanya sih memang tampak fokus seperti itu setiap belajar. Makanya gelar kutu buku disematkan pada nama akhirannya oleh Ilyas-salah satu sahabat Saiful. Namun tanpa siapapun tahu, saat ini dia sama sekali tak fokus, bahkan matanya diam-diam mencuri pandang ke arah lelaki yang duduk di sofa seberangnya dengan sebuah buku yang membatasi arah pandang Alca pada wajah teman abangnya itu.

Iya, alasan wanita itu tak fokus karena sosok di hadapannya.

Dia sedang terusik oleh dua hal, pembelaan dan ... pelukan lelaki itu kemarin. Dia tak tahu bahwa teman Saipul ada yang berhati malaikat. Dia kira semuanya--termasuk Saipul--spek iblis.

Alca mencuri pandang sekali lagi, kini lebih lama dari sebelumnya karena dia ingin mengingat-ingat sikap Imron yang dia lewatkan. Ilyas dan Yohanes--teman lain abangnya selain Imron-- semuanya menyebalkan, pemalas, buaya, dan pecicilan. Bukankah Imron juga begitu? Bedanya Imron sedikit introvert-eh, atau Alca saja yang tak perhatian karena image mereka sudah terlanjur jelek di matanya, jadi dia sama ratakan?

Tiba-tiba buku dengan tulisan meliuk-liuk yang dipegang oleh Imron itu bergeser turun, membuat Alca bisa sepenuhnya melihat wajah Imron.

Alca tiba-tiba salah fokus dan dia baru menyadari bahwa teman kakaknya itu ... tampan.

Dia kira selama ini Imron hanya bening seperti kakaknya--iya, Saipul sama sekali tak ganteng, dia hanya skin tones light saja mengikuti Bapak Ali Akbar yang berdarah bule.

Tetapi untuk Imron, ternyata jika diperhatikan lagi lelaki itu juga tampan dengan mata sipit dan kumis tipisnya. Belum lagi dengan aura dewasa yang melebihi umurnya.

Saat Alca sedang fokus memperhatikan Imron, tiba-tiba sang empu menangkap basah Alca yang sedang memperhatikannya.

Alca langsung pura-pura fokus pada buku-bukunya. Dia menunggu dua menit sampai akhirnya kembali mencuri pandang ke arah Imron.

NAAS! Ternyata Imron masih menunggunya. Lelaki itu menatap Alca jahil.

Alca tertangkap basah!

Dia refleks kembali menunduk, membuat Imron tertawa renyah.

Lelaki itu menutup kitabnya lalu ikut lesehan di atas karpet tebal dengan posisi bersebrangan dengan Alca yang kini terlihat bersembunyi di balik buku tebalnya yang dia berdirikan.

Imron tersenyum geli. Dia menopang satu pipinya dengan sebelah tangan, sedangkan tangan lainnya menidurkan buku paket Alca.

"Hey Bocil," panggil Imron pada adik sobatnya yang berusaha menutupi wajahnya dengan poni-poninya.

Alca hanya menjawab dengan gumaman.

"Sini tatap aku," ujar Imron yang membuat Alca semakin menundukkan wajah sampai-sampai hampir bersentuhan dengan bukunya.

"Lagi belajar Mas," ujar Alca pelan.

Imron kembali tersenyum geli. Dia mengetuk pelan dahi Alca. "Kalo mau tanya yang nggak dipaham jangan malu, di sekolah aku pinter kok."

Alca terdiam sebentar. Dia menghela napas lega sebab Imron mengartikan lain tentang curi pandang tadi.

Perlahan-lahan Alca mengangkat wajahnya. "Lebih pinter dari Bang Pul?"

"Gini-gini ranking paralel," ujar Imron jumawa yang biasanya membuat Alca si anti sifat sombong merinding, kini malah terpesona.

Dia memang suka lelaki pintar karena karakter male novel teen yang dibacanya kebanyakan ketua osis atau jika tidak maka ranking paralel, dan Imron memiliki keduanya. Dia ketua osis dan ranking paralel.

Dear Anta, Ana Uhibbuka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang