39

1.3K 146 37
                                    

Alca berjalan penuh amarah menuju kamarnya. Dia membuka pintu dengan tak sabaran, lalu menemukan Nendy yang tertawa terbahak-bahak bersama Leby dan empat orang lainnya sedang bermain uno dari kardus yang mereka buat sendiri.

Alca menutup pintu lalu menguncinya bersiap untuk meledakkan amarahnya. Kamarnya yang berada di pojok sedikit membuatnya kedap suara jika pintu ditutup.

Semua teman-temannya menatap heran pada Alca yang masuk dengan wajah memerah dan pandangan berkilat.

Dia berjalan ke arah Nendy.

"Kamu pake nama aku buat pacaran sama Alex?" tuduh Alca tanpa mau berbasa-basi.

Leby dan empat orang di sebelahnya saling pandang satu sama lain karena tak tahu yang dimaksud Alca siapa.

Nendy sendiri menunduk menatap kartu unonya tampak diam mematung.

"Kamu nuduh aku, Ca??" tanya Leby tampak tak suka. Mungkin effect dari terkejut tiba-tiba dituduh Alca sehingga wanita itu mengeluarkan ekspresi tak suka dan nada seperti menantang.

"Ndy!" panggil Alca memperjelas, membuat Leby dan lainnya akhirnya bangkit menyingkir memberikan ruang untuk Alca dan Nendy.

Nendy mendongak untuk melihat situasi. Alca tampak diselimuti amarah, sedang semua teman-temannya menunggu jawaban.

Dia pun bangkit. "Mana buktinya? Kalo kamu asal tuduh itu namanya fitnah dan fitnah lebih kejam daripada pembunuhan, Ca," ujar Nendy yang tampak berusaha mati-matian untuk tenang. Padahal bibirnya sudah pucat dengan sorot mata yang takut.

"Alex ngaku sendiri. Masih butuh bukti?" ujar Alca yang membuat teman-temannya berseru kaget karena mendengar plot twist itu.

Mata Nendy bergetar. "Kamu percaya dia? Itu fitnah!"

Alca sebenarnya sudah tahu jawabannya dilihat dari sikap Nendy sekarang. Berteman dengannya hampir tiga tahun lamanya membuat Alca paham gestur jika wanita itu sedang takut ketahuan. Namun Alca tetap mau mendengar kejujuran dari mulut Nendy. Itu sebabnya dia melangkah maju mengintimidasi Nendy.

"Kamu tahu aku, aku nggak bakal nuduh siapapun kalo memang nggak punya bukti."

Nendy tampak menegarkan dirinya dengan menajamkan matanya.

"Mana? Bawa bukti itu ke sini sekarang," katanya menantang.

Alca mengangguk lalu mundur. Dia berbalik tanpa berkata apapun, membuat Leby siaga dan menghadangnya.

"Mau ke mana, Ca? Selesain dulu biar nggak berkepanjangan."

"Dia nggak mau ngaku, biar Ustadzah Halimah aja yang bikin dia ngaku," ujar Alca yang membuat semua teman-temannya segera menghentikan Alca.

Beberapa orang bahkan langsung mendesak Nendy agar segera menyelesaikan masalahnya dengan Alca agar tak membesar dan terdengar kepada ketua asrama.

"Ca, duduk dulu. Bicara dengan kepala dingin, kita udah kelas tiga, kasihan Nendy apalagi dia lagi kena pasal berlapis kalo ketambahan kasus pacaran ijazahnya bakal ditahan dua tahun," bujuk Leby sembari menarik lengan Alca agar kembali duduk.

Wanita itu lalu menjadi moderator yang menghubungkan komunikasi antara Alca dan Nendy.

Semua teman-temannya membundar ingin mendengar juga ujung dari labrakan Alca itu. Saat itu juga tatapan takut Nendy perlahan hilang, mungkin karena Leby tampak akan menjadi penengah atau malah ... tameng baginya.

"Jadi kamu nuduh Nendy pake nama kamu buat pacaran sama Alex?" tanya Leby memastikan.

Alca mengangguk.

Dear Anta, Ana Uhibbuka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang