33

1K 109 13
                                    

Sore itu sepulang sekolah Alca menghampiri Jannah yang sedang menjemur bajunya di lantai teratas dari gedung asramanya.

"Jannah," panggil Alca yang membuat wanita dengan kerudung Rabbani putih itu menoleh.

"Halo, Ning," sapanya ceria sembari menghentikan aktivitasnya.

Alca langsung menoleh ke sekitar takut ada orang lain selain mereka di sana.

"Aman kok, cuma ada aku di sini," ujar Jannah sembari terkekeh.

"Kenapa, Ca?" katanya yang tampak santai dan bersikap seperti biasanya meski telah tahu bahwa Alca adalah istri dari salah satu gusnya.

"Kamu tahu dari siapa tentang yang kemarin?"

"Oh," kata Jannah dan lanjut menjemur bajunya. "Dari mbak-mbak ndalem," lanjutnya yang membuat Alca mengerutkan keningnya.

"Siapa?" tanyanya penasaran, pasalnya setahu Alca tak ada yang tahu selain orang-orang yang kemarin hadir di ruang rawat inap bunyai—ketambahan para putra dan menantu pengasuhnya beberapa hari lalu. Namun mereka semua sudah sepakat menyembunyikan hubungan Alca dan Gus Kafa agar tidak mengganggu kegiatan belajarnya.

"Kenapa, Ca?" tanya Jannah yang baru saja menjemur baju terakhirnya.

Alca mengerutkan keningnya.

Apanya yang kenapa?

Jannah lalu menatap Alca dengan pandangan antusias. "Kenapa disembunyiin? Padahal kalau temen-temen tahu bakal seru banget loh. Aku kalau jadi kamu bakal ngumumin ke semua orang kalau aku istri Gus Kafa. Biar semuanya iri karena aku dapet gus aku sendiri. Terus entar mereka semua menunduk hormat ke aku terus aku dapet perlakuan khusus dari mereka deh. Nggak ada lagi yang nitip-nitip nyetrikain baju ke aku atau pengurus yang teriak-teriak di kamar kita soalnya ada aku di sana."

Alca sampai tak bisa berkata apa-apa karena kehaluan Jannah yang sama sekali tak pernah terpikirkan oleh otaknya.

"Kebanyakan baca novel kamu," ujar Alca geli sembari meninggalkan teman sekelasnya itu takut otaknya tercemar oleh wanita itu.

Belum dua langkah, tiba-tiba Jannah berkata, "Loh nggak jadi pertanyaan tadi?" ujarnya yang membuat Alca kembali menghadap Jannah lagi.

"Jadi siapa?" tanya Alca tanpa ekspresi yang membuat Jannah tertawa terbahak-bahak.

Alca menunggui Jannah dengan sabar sampai wanita itu puas menertawakan perubahan mood dan ekspresinya.

"Sebenernya nggak ada yang tahu dengan pasti siapa istrinya, tapi aku nebak-nebak aja karena yang sering ke ndalem cuma kamu dan Ustadzah Nayla. Sedangkan yang kita semua tahu Ustadzah Nayla sudah menikah dengan Gus Hais. Lalu tinggal kamu aja kan? Kamu bukan keluarga ndalem,tapi bisa sedeket itu sama bunyai. Sampe mbak-mbak abdi ndalem heran ada orang yang sedipercaya itu sama bunyai selain Ustadzah Nayla. Cuma awalnya aku ngerasa nggak mungkin kamu istrinya karena kamu masih muda banget apalagi banyak ustadzah-ustadzah yang menurut aku lebih setara umurnya, tapi pas aku lagi bantu-bantu beresin ndalem, aku pernah lihat kamu dan Gus Kafa bicara. Disitu aku mulai curiga. Kemarin itu juga salah satu strategi aku buat ngorek informasi dari kamu. Semuanya mendukung dan tanpa disangka-sangka aku bisa denger jawabannya langsung dari kamu."

Alca menghela napas mendengar penjelasan dari Jannah. Tak heran, wanita itu memang cerdas karena masuk tiga besar di kelasnya apalagi skill keponya tinggi, pasti akan dikorek hingga menemukan jawaban dari kekepoannya itu.

"Boleh aku minta tolong di-keep cukup sampai kamu aja, Jannah? Aku ngga mau ada ribut apapun karena aku lagi kejar hafalan, juga mau fokus belajar untuk ujian-ujian yang akan datang. Setidaknya sampai kita lulus, Boleh, Nah?" tanya Alca yang langsung ditanggapi dengan pose hormat oleh Jannah.

Dear Anta, Ana Uhibbuka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang