Setelah hari itu, Alca dan Imron semakin dekat. Ilyas dan Yohanes sampai berpikir ulang, jangan-jangan Alca memang adik Imron seperti cerita di sinetron-sinetron?
Pasalnya kedua orang itu sekarang terheran-heran dengan kemiripan Alca dan Imron yang hampir 80℅. Mereka menatap cengo ke arah dua orang berbeda jenis yang sekarang tampak fokus pada buku masing-masing besebrangan di meja.
Sama-sama suka belajar.
Saat ini sama-sama berkaca mata.
Saat tersenyum matanya sama-sama berbentuk sabit.
Bahkan senyumnya pun mereka liat akhir-akhir ini tampak kembar.
Lalu Ilyas dan Yohanes menoleh ke arah Saiful yang tengah sibuk dengan game ponselnya di sofa.
NGGAK ADA MIRIP-MIRIPNYA!
Fix Alca adik Imron.
"Kakak adik kandung nih sregep banget belajar, kakak tirinya sibuk maen game," sindir Ilyas.
"Jangan kelihatan banget gitu dong tiri kandungnya," timpal Yohanes.
Biasanya sih Saiful senang sekali jika Alca dibilang adik orang lain dia bahkan dengan senang hati jika ada yang mau mengadopsi harimau kecil itu, tetapi akhir-akhir ini setelah melihat Alca terus mengekori Imron, malas sekali rasanya mendengar kelakar itu.
Jadi Saiful berdecak mendengar ucapan sobatnya itu lalu bangkit dari sofanya. Dia tiba-tiba melempari Imron dengan bantal sofa sebelum akhirnya berlari pergi. Hal itu membuat Alca mengaum.
Iya, Alca. Sekarang dia menjadi pawang Imron dari kelakuan jahil trio Anak Setan.
"Abang! Orang lagi fokus belajar juga!" katanya yang ditanggapi Saiful dengan tepukan pantat, membuat Alca berdecak. "Nggak sopan!" katanya yang tak ditanggapi abangnya itu.
Saiful meninggalkan ruang tengah menuju kamarnya. Entah untuk apa. Awalnya Alca kira sih abangnya itu pindah tempat bermain game karena malas dengan bacotan Ilyas dan Yohanes. Namun tak berapa lama Saiful keluar dengan beberapa buku dan tiba-tiba duduk di sebelah Alca untuk belajar bersama.
Alca mengerutkan hidungnya lalu segera bangkit dan berpindah duduk di seberang-- alias di sebelah Imron.
Semakin menyala Saiful, dia bangkit dan ikut berpindah duduk.
Jangan pikir Saiful pindah dengan tenang, lelaki itu mencari gara-gara dengan duduk di antara Alca dan Imron yang jaraknya hanya sejengkal.
"Bang! Kalo nggak buat perkara sehari aja nggak bisa ya?!" tanya Alca yang membuat Saiful mengangguk dengan ekspresi wajah menjengkelkan.
Imron menggeleng-gelengkan kepala. Dia masih mencoba fokus dengan bukunya sebab besok waktunya matematika--pelajaran yang paling tak dia sukai.
Alca berdecak, tetapi dia tak lagi pindah duduk sebab tahu si Saipul Hamil itu akan tetap jahil dengan mengikutinya.
Alca kembali fokus dengan kisi-kisi ujian untuk besok.
"Ca," panggil Saiful yang hanya ditanggapi dengan gumaman oleh Alca.
"Penghapus ada ga?" tanya Saiful yang membuat Alca menggeser tepaknya, menyuruh abangnya itu mencari sendiri yang dimau.
"Stabilo ada ga?" tanya Saiful lagi yang membuat Alca menatap penuh peringat ke arah abangnya. "Di tepak semua, kalo ga ada cari di tas," ujar Alca berusaha sabar.
Saiful tersenyum jahil, kentara sekali bahwa dia memang sedang menjahili Alca.
"Ca--"
"APA?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Anta, Ana Uhibbuka [END]
RomanceSeason I Alca menyukai Imron Hais Basalamah, sahabat kakaknya sekaligus gusnya di pesantren. Namun ... kisah percintaannya tak mulus kala bunyai menjodohkannya dengan seseorang yang tak dia duga.