05.

1.5K 147 12
                                    

Misi Alca sukses total. Dia beneran dimasukkan ke pesantren karena tak ikut tes masuk sekolah dan ... ribut dengan Saiful sampai jambak-jambakan. Dia juga ke-gep budenya menunjukkan jari tengahnya kepada Saiful.

Kalo ditanya sengaja apa engga? YAIYA, HAHA. Sebab karena hal itu, dia bisa sampai di sini, di gerbang pesantren Darul Amin-rumah Imron.

Kenapa bisa di rumah Imron? Itu karena Saiful yang merekomendasikannya katanya biar bisa dipantau lewat Imron.

Thanks Pul sudah memudahkan Alca. Haha.

First impression Alca tentang pesantren ini adalah penjara suci.

Kenapa penjara? Karena pondok ini di kelilingi pagar dan bangunan alias akses keluar masuk hanya ada di beberapa tempat yang ada papan peringatan 'Batas santri' di setiap gerbang keluar masuknya.

Lalu kenapa suci? Karena orang-orang di dalemnya tampak suci alias kelihatan alim-alim. Berpeci, berkoko, berjubah, berhijab. Adem sekali melihatnya.

Sepertinya dia salah menilai pesantren. Tak tampak buruk sama sekali. Malah terlihat indah karena penghuninya sangat sopan menyambut kedatangan para santri baru dan keluarganya.

Para santriwan ketika tak sengaja bertatapan dengan Alca langsung memalingkan wajahnya. Mereka menunduk lalu cepat-cepat pergi. Alca sampai speechless, memangnya dosakah? Alca tak tahu, tapi untuk santriwati yang tak sengaja bertatapan dengannya, mereka langsung tersenyum sopan ke arahnya, menunduk sebentar lalu menatapnya lagi sebelum akhirnya memalingkan wajah.

Alca seperti disambut begitu hangat.

Lalu saat sosok yang dikenalnya berjalan di halaman pesantren, seketika semua orang menyingkir dan memberi jalan yang begitu lebar baginya. Bahkan tak jarang santri-santri di sana mengucapkan salam padanya.

Seperti, "Assalamualaikum, Gus."

Sebentar, bukannya salam seperti itu hanya diucapkan saat masuk ke ruangan atau saat pembukaan pidato?

Alca bingung, tapi tertutupi dengan kekaguman pada Imron yang ternyata benar-benar gus.

Iya, Imron. Lelaki yang tampak disegani para santri tadi adalah Imron, sahabat abangnya.

Waw, di sini lelaki itu begitu dihormati sedangkan di rumahnya lelaki itu dijambak oleh Saiful.

Benar-benar ya si Saiful. Kualat entar mampus.

Dari kejauhan Imron tampak tersenyum pada Alca. Mungkin karena dia memakai pemberian lelaki itu.

Alca sedikit bersembunyi di belakang Saiful karena malu.

"Assalamualaikum, apa kabar, Bude?" sapa Imron sembari menyalami tangan Bude Nur. Dia juga bersalaman dengan Saiful sebelum akhirnya menyapa Alca.

"Apa kabar, Ca?" ujar Imron yang membuat Saiful menarik tubuhnya agar tak bersembunyi di belakang tubuh bongsor abangnya itu.

"Baik, Mas," ujar Alca malu-malu.

"Kesalahan fatal apa yang buat kamu masuk ke tempat pembuangan ini?" kelakar Imron yang membuat Saiful tertawa dan langsung menjelaskan jokes internal mereka itu pada budenya.

Wajah Alca mulai bersemu, jadi dia kembali bersembunyi di belakang tubuh Saiful.

Imron terkekeh sebentar sebelum akhirnya mempersilakan Bude Nur, Alca, dan Saiful untuk masuk ke dalam rumahnya.

Mereka pun berjalan bersama menuju rumah Imron yang berjarak kurang lebih 15 meter dari gerbang pesantren.

Tiba-tiba Alca tersadar mereka menjadi pusat perhatian.

Dear Anta, Ana Uhibbuka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang