11. Between Wanting to be Close and Far Away

3K 147 16
                                    

Vote sama komen yokkkk biar rame mwehehe

***

Ini salah!

Kalimat itu terngiang dalam tempurung cantik Gempi. Disertai mata melebar, dua telapak tangannya memberi dorongan pada dada bidang Gempa yang terasa keras begitu ia sentuh. Sontak ciuman mereka terlepas secara paksa, buat Gempa bertanya-tanya sekaligus marah.

"Keluar lo dari kamar gue sekarang juga." Gempi ingin meneriaki kalimat itu. Namun, ia sadar betul kalau rumah ini tak hanya ada mereka, melainkan juga Nara turut serta mengisi rumah malam ini.

Perintah Gempi sangat Gempa tentang. Berusan Gempi membalas ciumannya juga menikmatinya. Namun, sekarang? Gadis itu layangkan laser membahayakan melalui mata coklat gelapnya. "What's wrong?"

"Ini salah Gempa! Lo gak lupa 'kan kalo kita masih ada hubungan darah?" Merambat rasa marah dalam benaknya. Kekecewaan hantam rongga dada secara membabi-buta, hanya karena ciuman Gempa, akal sehat yang biasanya terus ia kuasai itu runtuh. Dan Gempi marah pada dirinya sendiri.

"And then?" Gempa bertanya cuek. Memang mereka memiliki hubungan darah, tapi hanya sekadar sepupu. Baginya itu masih diperbolehkan dan masih berada dalam hal normal.

Bahkan temannya di Roma ada yang melakukan seks dengan saudara tirinya. Kalau saja Gempi mengetahui hal tersebut akankah dia sehisteris sekarang? Agaknya Gempi tak mengetahui bahwa banyak orang menikah dengan sepupu mereka.

Dalam satu tarikan napas, Gempi menjawab, "Gue gak mau pacaran sama lo."

Pernyataan itu tidak memprovokasi Gempa. Dia tetap tenang di tempatnya. Ini baru pertama, maka dia tidak akan koar-koar tak terima atau memaksa Gempi secara ugal-ugalan agar mau menjadi miliknya. Jika Gempi sudah menolak lebih dari lima kali, akan ia kurung perempuannya ini.

Gempa langkahkan kakinya satu langkah, telunjuknya menyentuh dagu Gempi sebelum ia gerakkan agar mata sepupunya mematri pada matanya. "I don't even care, Baby," katanya. "But you're still mine."

"Gue bukan barang!" Gempi tepis kasar tangan Gempa. "Dan jangan lagi deket-deket sama gue! Baik di rumah, maupun di kampus."

Gempa terkekeh sarkas sembari berkacak pinggang. "Kalo kamu mau orang-orang berpikir kita ada problem, silahkan. Dan nanti kamu yang menjelaskan."

"Gampang." Gempi menjawab cepat. "Gue tinggal bilang, lo maling barang gue, terus gue marah."

"Dan kalau ada yang bertanya padaku, aku akan menjawab jujur." Lehernya bergerak ke bawah guna melihat langsung getaran di manik Gempi. "Kita pernah tidur bareng. Kamu marah hanya karena kita sepupu? Padahal banyak sepupu yang melakukan itu."

"Gue enggak termasuk sepupu kayak gitu, ya." Gempi menekan kalimat yang ia lontarkan. "Mama gue juga gak suka sama lo, meski lo ponakannya."

"Itu buk—"

"Kalo pun lo bilang jujur, yang ada lo ditendang dari sini."

"Aku akan bawa kamu. Kurung kamu, lalu kita hidup tanpa bayang-bayang Mamamu. That's all." Kalimat ancaman Gempi sama sekali tak ada pengaruhnya terhadap Gempa. Dia masih berucap tenang di sela kemarahan Gempi.

"Gila lo!" hardik Gempi tanpa berpikir. Menyesal penilaian positifnya pada Gempa kalau tahu rupanya Gempa setoxic ini. Dan apa tadi? Mengurung? Hei! Dia manusia yang perlu kebebasan, bukan barang! Jangankan manusia, hewan dan tumbuhan saja perlu kebebasan untuk tetap tumbuh.

"Am I." Gempa menyahut mengakui hardikan Gempi. Kalau tidak gila mana mungkin ia meniduri Gempi lantas mengancam dengan mengurungnya.

Sebal sepupunya terus menunjukkan ketidakpedulian amarahnya, Gempi mendesis. "Pihak paling rugi di sini itu lo! Kalo lo koar-koar ke orang-orang udah ... nidurin gue, lo bakal ditatap rendah, dicaci maki, bahkan diusir dari sini."

The Predator's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang