13. Gempa's Position is Threatened

3K 133 13
                                    

"Akhir-akhir ini lo jarang banget kumpul sama kita. Sibuk banget nih ceritanya?" Pertanyaan retoris dari Darma buat Gempi merengut. Lima orang itu baru saja keluar dari kelasnya masing-masing seusai kelas hari ini tuntas. Ramainya koridor  akibat lalu-lalang para mahasiswa halangi jalan mereka, sesekali pula mereka menyelinap di antara banyaknya orang terburu menuju gerbang.

"You know lah, orang sibuk emang begini." Gempi menjawab dengan kelakar, dia juga mengibaskan tangan sebagai penambah akan kepongahan yang dibuat-buat.

"Hari ini lo dijemput, kan?" Keyyara tiba-tiba menyelinap hingga sosoknya berdiri menempel pada Gempi. Berdiri di belakang mereka, halangi pandangannya. Di belakang juga membuatnya tak leluasa bercengkrama sebab tak bisa melihat setiap ekspresi mereka satu-persatu.

"Main nyerobot aja nih upil satu," celetuk Gio, agak terkejut begitu tubuhnya digeser paksa sampai hampir terjatuh. Untung refleksnya bagus. Karena sempit, ia melipir ke depan dan berjalan mengimbangi Darma.

Seperempat siku terpatri di pelipis Keyyara. "Badan lo gede banget. Ngalangin jalan."

"Ikut kagak? Nonton kita latihan futsal?" Ucapan Gempi alihkan atensi Keyyara. Gadis itu nampak terdiam sejenak guna mempertimbangkan ajakan Gempi.

"Gempa diajak?" Gempi terdiam dengan riak muka berubah. Senyum yang sempat tersungging hilang kala pertanyaan Keyyara mengalun. Dan itu membuat empat temannya ikut terdiam dengan benak bertanya akan alasan ekspresi tak biasa Gempi. Terlihat adanya rasa tak suka dari sana. Aneh. Biasanya Gempi sangat antusias menceritakan sepupunya hingga tiga teman lelakinya bosan.

"Basically, pertanyaan itu dijawab, bukan ditanya," kata Abraham tiba-tiba. Dia merasa tak enak saja dengan situasi mendadak aneh begitu Gempi terdiam.

"Ikut deh gue. Di rumah mulu sumpek juga."

Di depan mereka, Darma pun menyahuti, "Lagi lo betah banget di rumah. Untung kagak jamuran."

"Gue keluar kok kalo weekend. Sama Gempi. Iya, kan, Say?" Tangan Keyyara meraih lengan Gempi untuk ia gandeng. Berharap dengan itu suasana hati Gempi yang mendung kembali cerah.

"Hmm." Mereka dibuat heran untuk kedua kali. Suasana hati Gempi yang sekarang tak pernah mereka rasakan sebelumnya. Biarpun dia dalam masa PMS atau mensnya sekalipun. Gempi tidak pernah sejutek ini. Dia selalu banyak bicara atau bahkan ceria. Paling-paling ia akan marah-marah kalau sudah pulang, atau tidak main basket sendirian di rumahnya sampai lelah mendera. Itu yang mereka ketahui dari ARTnya.

"Bra. Boleh gak gue pinjem jersey lo? Gue males pulang." Sering Gempi malas pulang karena kesepian di rumah sampai ia menginap di rumah Keyyara berhari-hari, tapi setelah kehadiran Gempa, jangankan menginap, main saja dia jadi jarang.

"Boleh. Nanti gue bawa." Abraham mendapat tatapan dengan arti sama dari tiga temannya. Ia hanya menjawab dengan senyuman kalem saja, membiarkan Gempi berlarut dalam mood tak mereka ketahui.

Sedangkan Keyyara yang merasa keyakinannya benar bahwa Gempi ada masalah dengan Gempa. Tak ayal pula ia merasa bersalah pada teman-temannya sebab karena pertanyaannya Gempi menjadi berubah hanya dalam hitungan detik.

"Sekali-kali ajarin gue main bola dong. Gue juga pengen main sama kalian." Berbicara seakan tak ada yang salah, sengaja Keyyara lakukan agar susana tegang ini segera hanyut.

"Heh, pantat kuda! Kita udah sering ngajarin lo! Tapi gak ada satupun yang lo bisa! Tetep aja kalo main kayak ulet keket! Heboh sendiri," cibir Darma. Keyyara melihat mereka main saja sudah sangat heboh, apalagi ketika main. Bola menjauh sedikit darinya, langsung histeris. Begitu bola direbut lawan, dia tarik ujung baju lawan agar ia bisa mendapatkan bolanya. Mereka enjoy saja mau mengajarinya. Namun, selain cara mainnya yang nyeleneh dan banyak melanggar aturan, Keyyara juga sering nolak dengan alasan capek.

The Predator's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang