04. Trembling

10.1K 427 11
                                    

Vote Doeloe baru bacaaaaa

***

Pertandingan telah usai, detik itu juga kaki Gempi segera melesat ke tribun penonton tanpa mau mengistirahatkan diri terlebih dulu. Saat ini kondisi Gempa jauh lebih penting, pikirannya tak bisa berhenti memikirkan kondisi lelaki itu, khawatir Gempa pingsan karena suatu penyakit parah. Dan apabila hal itu nyata, maka Gempi akan mendapat hukuman dari ibunya. Selain itu, dia juga akan sangat merasa bersalah sebab telah mengabaikan sepupunya.

Beberapa orang sempat ia tanya atas keberadaan Gempa sekarang. Banyak orang menjawab kalau Gempa pergi dibawa Keyyara, entah kemana. Lantas Gempi putuskan menelpon Keyyara.

"Lo dimana?" tanyanya begitu telepon tersambung.

"Di tribun pojok."

Usai mendapat jawaban, Gempi segera melarikan diri ke tempat yang Keyyara beritahukan. Karena kepanikan segera menyerang, Gempi bahkan tak menghiraukan Abraham dan yang lainnya.

Aliran napas tak ia rasakan ketenangannya, detak jantung sehabis main bola sepak yang belum sempat ia istirahatkan semakin menjadi detakannya tatkala panik menghantam dada. Berbagai spekulasi buruk menghantui isi pikiran tanpa henti sampai Gempi rasakan akibatnya— pusing.

"Keyyara!" serunya begitu tiba di tempat tujuan.

Buliran keringat memenuhi seluruh tubuh Gempi tanpa menyisakan satupun kulit tak disentuh keringat. Oksigen yang keluar-masuk dari hidung tak beraturan. Gempi mengabaikan lelahnya untuk kesekian kali. Gempa adalah prioritasnya sekarang, jika Gempa kenapa-kenapa, dia juga kena.

"Kok bisa pingsan, sih, Key?" tanyanya seraya memainkan surai depan Gempa.

"Kena bola kepalanya. Langsung pingsan." Penjelasan singkat Keyyara sama sekali tidak membuat Gempi bernapas lega.

Lantas kelereng coklat gelap Gempi menatap nanar sepupunya. "Udah dikasih minyak kayu putih?"

"Udah. Gue kira mau langsung sadar. Ternyata enggak," jawabnya. "Si Darma tolol. Dia nyuruh gue buat sembur biar sadar."

Napas Gempi terhentak dari hidung. "Gempa... bangun, yuk. Gue udahan mainnya."

Ringisan keluar dari Keyyara saat ia lihat Gempi membangunkan Gempa sangat hati-hati, juga tangan menepuk-nepuk pipi Gempa seakan ia membangunkan Gempa yang tengah tidur.

"Lo kasih ini aja." Pun akhirnya Keyyara berikan minyak kayu putih. Kalau dibangunkan dengan cara demikian, Gempa tak akan bangun. Dia yang sedari tadi terus membangunkan Gempa menggunakan minyak kayu putih yang diarahkan ke hidung agar dapat Gempa hirup pun tak membuahkan hasil.

"Moga aja dia bangun," ucap Gempi dengan harapan penuh. Akan sangat ribet kalau Gempa tak bangun juga. Dia memang tomboi, bukan berarti tubuhnya mampu menopang beban seberat Gempa untuk dibawa pulang.

Biarpun penampilan Gempa bak lelaki cupu, tubuhnya tak bisa dibilang cupu. Bahkan Gempi dapat merasakan kekencangan di tangan Gempa. Bahu lelaki ini terlihat sangat lebar dengan kaos pendek berwarna hitam ini, lengannya juga dipenuhi urat-urat menonjol serta benerapa tonjolan otot sebagaimana binaraga.

"Eh, bangun! Akhirnya!" Dia berseru senang usai ia arahkan botol minyak kayu putih yang dibuka tutupnya agar Gempa dapat menghirup bau tajam dari minyak kayu putih. Tak lama ia memberi pertolongan itu, mata Gempa membuka secara perlahan.

Jika Gempi bersorak senang akan keberhasilannya telah membangunkan Gempa, maka Keyyara terdiam speechless. Dia sudah berkali-kali melakukan metode itu, dia juga sudah menggoncang tubuh Gempa karena geram tak kunjung bangun juga, tak lupa ia tepuk pipi Gempa dengan tenaga sedang. Tadinya mau ia tampar, tapi mikir-mikir lagi. Yang ada nanti tangannya patah, mengingat pipi Gempa sangat keras.

The Predator's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang