Anjay malam Minggoeee kagak kemane-mane
Kasian
Mana aku juga gitu lagi
Sial
VOTE DOELOEEE
Nanti diterkam sama Gempa
Rawrrrrrr🦖
***
Bisikan setan di dapur terngiang-ngiang seiring dengan angin berembus, menyuruh Gempa untuk menerkam Gempi detik itu juga. Ingin sekali Gempa mematrikan mata pada wajah glowing Gempi akibat skincare, tapi tonjolan kecil imut itu jauh lebih menarik, seakan magnet dan matanya adalah benda berbahan besi.
"Mau minum?" Sang Dara bertanya, setitik pun rasa malu tak ada. Wajahnya terlalu santai untuk seorang mangsa menghadapi predator yang sedang menahan mati-matian hasrat telah mengikat erat, semakin menyiksa tanpa ampun.
"Hmm." Sementara sang predator tak kuasa menggerakan lidah, khawatir lolongan yang keluar. Apabila itu terjadi, akan sangat memungkinkan si mangsa lari terbirit-birit.
"Panas banget, sih, emang. Gue aja gak kuat." Tangan dikibas-kibaskan agar angin disekitar dapat membunuh panas yang menyerang, bersamaan dia berucap demikian matanya menangkap Gempa mengambil air di lemari es.
Otak dalam tempurung cantik itu terlalu suci, bangkitkan adrenalin Gempa untuk segera mengotorinya. Akan sangat menyenangkan apabila otak Gempi sudah ia pengaruhi dengan hal-hal yang sudah menjadi bagian dalam hidupnya.
"Mana di kamar gue AC-nya rusak." Dia masih mengibaskan tangan diiringi gerakan mendekatkan bibir gelas pada bibirnya sebelum kopi bercampur es itu membelai lidah, hadirkan sensasi dingin yang perlahan menyurutkan hawa panas.
Es kopi di tangannya dipindahkan ke kabinet begitu saja begitu netra coklat gelapnya menangkap suatu hal aneh pada sepupunya. Kedua tungkai ia seret mendekati Gempa tanpa berpikir bahwa reaksinya adalah ancaman untuk sepupunya.
"Mata lo, kok ... ijo?" Telunjuknya mengarah tepat di kedua kelereng hijau Gempa usai dia mendorong pelan pundak kiri lelaki itu agar menghadapnya.
Biasa melihat warna coklat di netra sepupunya, tak heran jika Gempi bertanya mengenai warna mata Gempa berubah. Dan Gempi tak menghiraukan arah pandang Gempa ke dadanya tepat ketika dia menginginkan atensi Gempa padanya.
"O-oh, pake softlens."
Fuck! Fucking nipples!
Berbagai umpatan Gempa tunjukkan pada tonjolan imut yang sudah mengikis kewarasannya. Bola mata hijau yang berhasil menarik perhatian Gempi ia arahkan ke wajah ayu sepupunya agar tak dianggap lelaki berengsek, meski kenyataannya dia berengsek.
Tawa kecil syahdu Gempi menguar mendengar jawaban ambigu Gempa. "Ngapain pake softlens malem-malem?" Umpatan kembali Gempa serukan di dalam benak diwaktu Gempi melipat kedua tangan di bawah benda kenyal yang terus menggodanya.
"Tapi lo lebih cakep kayak gini, sumpah!" Wanita yang seharusnya menjadi mangsa kali ini menubrukan punggung kecilnya di pintu kemari es. "Mupeng banget muka lo. Kenapa, sih? Jadi keliatan makin imut, anjir."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Predator's Obsession
JugendliteraturYang Gempi tahu, Gempa itu baik, Gempa itu introvert, Gempa itu pendiam, Gempa itu lemah, Gempa itu cupu. Tapi dia tidak tahu. Siapa Gempa yang sebenarnya. Dia hanya tahu covernya saja. Tidak tahu bagaimana isi kepala Gempa ketika melihatnya. Start...