21. Why should I?

1.3K 84 10
                                    

Vote Doeloe

**

Dentingan dari ponsel Gempi tiada henti keluarkan bising. Gempa mengorek telinga yang terasa ngilu mendengarnya, ia raih benda tersebut lantas mematikannya. Begitu melihat angka di sama, matanya sontak membuka sepenuhnya.

02.30

Gempi memasang alarm di jam tersebut entah untuk apa. Pun Gempa iseng menghidupkan WI-FI yang lantas hadirkan ribuan notifikasi muncul dari teman-teman Gempi. Ketidakhadiran selama dua hari ini Gempa sadari menjadi tanda tanya untuk mereka. Jangankan teman-teman Gempi, teman-temannya pun melakukan hal sama.

Ia hendak mengembalikan ponsel Gempi kembali ke tempatnya. Namun, dering telpon segera hadir buatnya urung. Tertera nama Keyyara dari sana. Merasa Keyyara bukanlah ancaman seperti Abraham, pun Gempa mengangkat telpon tersebut.

"Gempi!!! Lo ke mana aja? Baru sekarang angkat telpon? Lo gak amnesia dadakan, kan? Dua hari lo gak ngampus! Bahkan lo juga gak bales chat sama telpon kita! Kita nyariin lo anjir! Gak ada otak bener lo jadi temen! Bikin kita khawatir mulu!" Gempa dengar rentetan ocehan Keyyara malas. Memang beginilah respons orang normal kalau temannya hilang kabar.

"Gempi sakit," jawabnya singkat, berikan Keyyara kejutan. Samar Gempa mendengar pertanyaan Keyyara yang bukan mengarah padanya.

"Sakit? Kok bisa ampe gak pegang hp?" Sebuah kemustahilan orang di era serba apa-apa hp ini apabila sakit tidak memegang ponsel. Sebagai orang yang telah menjalani kehidupan bersama Gempi lima tahun, Keyyara merasa ada yang salah.

"Kepalanya pusing kalo liat hp. Hp-nya juga gak dicharger. Kayaknya dia lupa ngabarin lo." Alibi Gempa terdengar meyakinkan.

Sebagai orang dengan pengalaman banyak perihal kebohongan, Keyyara melayangkan tanya lagi. "Kalo gitu kenapa enggak lo yang ngabarin kita? Atau Bi Tatu gitu? Biasanya Bi Tatu yang sering Gempi suruh buat kasih kita kabar kalo dia sakit."

Diam-diam Gempa keluarkan decakan kesal. Akan mengundang kecurigaan apabila ia marah dan mengakhiri telpon begitu saja. Mau tak mau ia harus menjawab pertanyaan Keyyara. "Tiga hari ini Bi Tatu izin pulang, anaknya lahiran. Gue sendiri lupa kabarin. Sibuk ngurusin dia."

"Beneran?"

"Hmm."

"Oke." Merasa itu adalah penutup dari perbincangan mereka, Gempa hendak mematikan telepon sebelum Keyyara melanjutkan, "Tapi besok Gempi ngampus, kan? Apa dia masih sakit?"

"Let's see later," jawab Gempa asal, lantas sambungan mereka terputus.

Benda itu Gempa taruh dengan kabel tertempel dari sana. Mata Gempa dilarikan pada tubuh sepupunya yang masih dibalut tali. Kemudian ia bergerak guna melepaskan tali tersebut, ada rasa kasihan melihat perempuannya tidur dalam keadaan dibatasi.

"Sorry, My Bunny. I wouldn't be like this if you obeyed." Dia mengalunkan suara lirih sembari mengusap penuh sayang pelipis basah akibat keringat itu. Tali telah terlepas dari tubuh Gempi, anggota tubuh lain Gempi, Gempa bebaskan agar tidur Gempi terasa nyaman. Karena beberapa kali ia lihat embusan tapas gelisah berikut gumaman gelisah ia dapati dari Gempi sebelum ia lepaskan jeratan talinya.

Karena cuaca tengah panas-panasnya, Gempa meraih remote AC dan menambah suhunya, mengingat Gempi menyukai suhu kamar dingin agar tidurnya nyenyak. Selimut tebal Gempa berikan guna beri kehangatan pada tubuh perempuannya.

Ia hendak menyusul Gempi menyelami indahnya di pulau kapuk. Sayang, deringan telpon buatnya urung. Bukan dari ponsel Gempi, melainkan ponselnya. Begitu sebuah nama ia lihat dari sana, desisan malas keluar begitu keras.

The Predator's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang