39. Confidence

377 53 20
                                    

Yang enggak vote jodohnya kayak Vadel. Aamiin

Oke aing tau ini childish banget🥰

***

"Tangan Gempi gerak! Dia mau sadar! Tangannya gerak!" Alam bawah sadar Gempa ditarik secara paksa kala teriakan Varo memenuhi rungunya.

Dalam keadaan linglung Gempa terbangun dan hampiri Gempi yang sedang Varo panggil namanya. "Gempi udah bangun? Kenapa matanya masih nutup?" Dia berucap sembari mengucek matanya.

"Tadi gue liat tangannya gerak. Itu artinya dia mau bangun, kan?" Intonasi suara Varo masih meninggi akibat terkejut melihat respons Gempi saat ia mengajaknya berbicara seperti biasa.

Gempa memilih meneliti jemari tangan Gempi, untuk memastikan penglihatan Varo benar adanya. Namun, begitu tangan Gempi tidak memberi pergerakan, Gempa jadi skeptis.

"Mungkin itu halusinasi lo." Kesimpulannya mendapat penolakan.

"Gue liat jelas tangan dia gerak. Gini-gini tadi." Terlampau kesal tidak dipercayai, Varo menekankan setiap suku kata yang ia utarakan berikut contoh bagaimana tangan Gempi bergerak. "Orang pas gue ajak dia ngomong, gue lagi pegang tangannya."

Raut tak biasa Gempa pun tercetak. "Masa, si?"

"Iya, anjir. Ngapain sih gue bohong?" Mata kepalanya merekam sangat HD bahwa jemari kurus adiknya bergerak, sebab selama ia mengoceh matanya terus memandang tangan Gempi.

"Tekan nurse call coba. Kita tanya dokternya aja, biar lebih jelas." Pun Varo melalukan permintaan Gempa, sementara Gempa sendiri tiada henti sipitkan mata dengan harapan adanya pergerakan dari kelopak mata indah itu. Namun, sampai dokter tiba tidak ada tanda-tanda Gempi bangun.

"Kondisi pasien masih sama, tidak ada kemajuan atau bahkan kemunduran. Untuk estimasi kesadarannya pun masih sama. Mohon maaf." Dokter yang merupakan teman Nara itu memberi penjelasan dengan nada penyesalan.

Sebagai teman seperjuangan Nara di masa koas dulu, jelas dia pun merasakan kesedihan teramat terhadap pasiennya ini, terlebih saat dua orang di hadapannya ini memancarkan harapan yang begitu lekat kepadanya.

"Tapi tadi saya liat jelas jarinya gerak. Gerak." Varo tekankan kalimatnya, kesal sebab hasil dari penglihatannya tidak berarti.

"That's just your delusion. Definitely a tired effect." Varo tidak tahu saja, sering Gempa melihat jari Gempi bergerak. Karena tidak mau terlalu berharap, dia menyimpulkan kalau itu hanya halusinasinya sebab terlalu lelah atau bahkan terlalu berharap.

Dan benar saja, Gempi tidak kunjung bangun.

***

"Varo gak bohong, Ma. Varo liat jelas tangan Gempi gerak. Sebentar lagi dia bangun." Varo masih tidak percaya atas perkiraan dokter tadi, dan dia sangat meyakini penglihatannya sampai Nara dan Othello tiba pun dia langsung menceritakannya secara menggebu-gebu.

Dan ini sudah ke tiga kalinya ia yakinkan ibunya, tapi Nara tidak mempercayai setelah mendengar penjelasan dari Gempa.

"Kalo dia gerak pasti sekarang udah bangun, Varo." Dan Nara nyaris mempercayai Varo saat Varo langsung menyambutnya dengan ceritanya. Hingga dentuman harapan muncul kalau penglihatan Varo benar adanya. "Tapi buktinya? Gempi masih tidur. Dia masih tidur di sana." Suaranya mengecil, menahan isak tangis yang ingin keluar.

"Biar bagaimanapun, cucuku pasti akan bangun." Othello berbicara dengan bahasa Indonesia sangat fasih. Sedikit kejutkan Varo, tapi segera ia enyahkan keterkejutannya. "Yakinlah kalau dia akan bangun. Entah itu besok, lusa, atau seterusnya. Ia pasti akan bangun."

The Predator's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang